Didorong Faktor Eksternal, Rupiah Ditutup Menguat di Rp14.197 per USD
Nilai tukar Rupiah ditutup menguat ke level Rp14.197 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp14.285 per USD. Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup menguat direntang Rp14.160 hingga Rp14.230 per USD.
Nilai tukar Rupiah ditutup menguat ke level Rp14.197 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp14.285 per USD. Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup menguat direntang Rp14.160 hingga Rp14.230 per USD.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, Dolar Amerika Serikat (USD) naik pada Senin pagi di Asia tetapi tetap mendekati level terendah lebih dari dua bulan. Investor terus menilai laporan ketenagakerjaan AS yang mengecewakan minggu sebelumnya dan implikasinya terhadap kebijakan moneter menjelang data inflasi yang akan dirilis akhir pekan ini.
-
Kapan Pejuang Rupiah harus bersiap? "Jangan khawatir tentang menjadi sukses tetapi bekerjalah untuk menjadi signifikan dan kesuksesan akan mengikuti secara alami." – Oprah Winfrey
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Kapan Ayat Seribu Dinar turun? Ayat seribu dinar adalah sebutan untuk dua ayat dalam Surat At Thalaq, yaitu ayat 2 bagian akhir dan ayat 3 seluruhnya.
-
Kenapa seni rupa penting? Seni rupa, sebagai salah satu cabang seni yang sangat beragam dan kaya akan ekspresi kreatif, telah memberikan sumbangan berharga dalam menggambarkan kompleksitas dunia visual.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
"AS merilis laporan ketenagakerjaan April pada hari Jumat, yang mengatakan bahwa non-farm payrolls naik 266.000 selama sebulan, jauh di bawah perkiraan kenaikan 978.000. Tingkat pengangguran juga naik ke 6,1 persen lebih tinggi dari perkiraan di bulan April," ujar Ibrahim dalam riset harian, Jakarta, Senin (10/5).
Angka yang mengecewakan itu dikaitkan dengan kurangnya pekerja dan bahan baku, bahkan ketika situasi COVID-19 yang membaik dan langkah-langkah stimulus pemerintah mendorong pemulihan ekonomi negara dari COVID-19.
Investor sekarang menunggu data inflasi AS, termasuk Indeks Harga Konsumen Inti, yang akan dirilis akhir pekan ini. China juga akan merilis data inflasi pada hari Selasa. Beberapa investor tetap pesimis karena indeks dolar merosot ke level 90,128 untuk pertama kalinya sejak 26 Februari.
Dari sisi Internal, efektivitas kebijakan pemerintah mempercepat pemulihan ekonomi masih jauh dari harapan. Ini terlihat dari penanganan pandemi Covid-19 yang masih belum konsisten sehingga selalu tertinggal dari negara negara lain yang sudah tumbuh positif dan bisa menangani Covid-19 dengan vaksinasi.
"Pertumbuhan ekonomi yang masih minus merupakan bukti bahwa penanganan pandemi oleh pemerintah belum serius dan efektif. Jika pemerintah tidak memperbaiki kinerjanya dalam penanganan pandemi Covid-19 maka ada ketakutan di Kuartal Kedua tahun 2021 pertumbuhan ekonomi masih akan terkontraksi dan masih terjebak dalam jurang resesi atau walaupun positif kemungkinan hanya di 1-2 persen dan keluar dari jurang resesi," kata Ibrahim.
Lebih lanjut, kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang sebagian besar digunakan untuk mendorong konsumsi dan daya beli masyarakat masih perlu ditingkatkan efektivitasnya, terutama manajemen pendistribusian bansos, khususnya validitas data perlu dibenahi, mengingat temuan KTP ganda oleh Kemensos.
"Selain itu, masih besarnya SILPA tahun 2020 dan saldo pemerintah daerah dilembaga perbankan, menunjukkan kebijakan belanja baik pusat maupun daerah belum efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," jelas Ibrahim.
Oleh karena itu, tantangan pada kuartal-II 2021 jauh lebih besar, kebijakan pelarangan mudik tanpa ada alternatif untuk mendorong daya beli dan konsumsi masyarakat, akan membuat perekonomian nasional masih tertekan. "Dan yang terpenting pemerintah jangan terlalu ambisius dengan target pertumbuhan mencapai 7 persen, tetapi tetap realistis dengan pergerakan ekonomi yang masih dipenuhi ketidakpastian," tandasnya.
(mdk/azz)