E- Commerce Kini Gunakan Sistem Integrasi Vertikal di Jasa Logistik, Apa Untungnya Buat Konsumen?
E- Commerce Kini Gunakan Sistem Integrasi Vertikal di Jasa Logistik, Apa Untungnya Buat Konsumen?
Rantai pasok pengiriman barang jadi lebih efisien karena terhubung antara e-commerce dan penyedia jasa ekspedisi.
E- Commerce Kini Gunakan Sistem Integrasi Vertikal di Jasa Logistik, Apa Untungnya Buat Konsumen?
E- Commerce Kini Gunakan Sistem Integrasi Vertikal di Jasa Logistik, Apa Untungnya Buat Konsumen?
- Modus Licik Penjual Barang Kedaluarsa Cuan Hampir Rp1 M, Ubah Tanggal Lalu Dilempar di e-Commerce
- Jelang Hari Belanja Nasional, E-Commerce Bersiap Hadirkan Pelayanan Terbaik untuk Pengguna
- Cara Bertahan Bisnis Logistik di Tengah Gempuran Ekosistem E-Commerce
- Peta Persaingan E-Commerce dalam Tingkat Kepuasan Belanja, Riset IPSOS Ungkap Shopee Unggul
Sistem integrasi vertikal yang menggabungkan platform belanja online dengan jasa kurir saat ini disebut lazim dilakukan oleh para pemain eCommerce.
Menurut Direktur Ekonomi Digital Celios, Nailul Huda, pola bisnis seperti ini bertujuan memudahkan pengiriman barang dari platform belanja. Selain itu, konsumen juga diuntungkan. Rantai pasok pengiriman barang jadi lebih efisien karena terhubung antara e-commerce dan penyedia jasa ekspedisi.
“Praktik ini kan sebenarnya merupakan praktik integrasi vertikal di mana satu pihak perusahaan mempunyai lini bisnis atau bekerja sama dengan perusahaan lain dalam satu proses produksi atau distribusi mendukung kegiatan dari perusahaan tersebut,” kata Nailul.
Nailul menilai, sistem integrasi digital sah-sah saja jika platform e-commerce melakukan hal tersebut.
Menurutnya, hampir semua pemain e-commerce memberikan kesempatan kepada seller memilih perusahaan ekspedisi yang tersedia dan telah resmi bekerja sama.
Hal serupa juga, terbuka bagi buyer atau pengguna/pembeli yang bisa memilih perusahaan logistik mana yang akan mereka gunakan.
Penjelasan ini pun sekaligus menjawab rencana Komisi Pengawas Persaingan Usaha atau KPPU yang ini mendalami dugaan monopoli Lazada dan Shopee.
"Pemilihan kurir bisa kesepakatan bersama penjual dan pembeli. Jadi unsur mematikan usaha ecommerce/merchant/jasa kurir lainnya ini yang menurut saya harus dibuktikan oleh KPPU. Saya sih menduga tidak bisa membuktikan karena pasar yang masih terbuka luas,” ujar Nailul.
Nailul pun berpendapat, dugaan monopoli yang belakangan menjadi pembicaraan, perlu pembuktian. Sebab, Lazada, Shopee dan platform e-commerce lainnya seperti Tokopedia, Blibli, dan TikTok Shop, hampir menggunakan strategi yang sama yakni sistem integrasi vertikal pada platform. Sistem itu memungkinkan perusahaan ekspedisi terafiliasi ikut bermain dalam bisnis pengiriman barang.
“Kita lihat, Shopee mempunyai Shopee Express di mana pengiriman barang di platform Shopee melalui Shopee Express. Di menu pengiriman pun kita tidak memiliki pilihan untuk mengambil jasa kurir lainnya. Semuanya by sistem oleh Shopee begitu pun dengan beberapa platform lainnya,” kata dia.
Seperti Shopee, e-commerce ini menampilkan berbagai pilihan berdasarkan kategori harga, kecepatan dan kapasitas layanan pengiriman.
Namun, pembeli masih dapat mengganti perusahaan logistik yang tersedia berdasarkan kategori yang mereka pilih setelah checkout, sebelum penjual mengirimkan barang. Begitu juga di Tokopedia, Lazada dan Tiktok Shop.
Nama perusahaan logistik tidak tercantum dalam pilihan pertama layanan pengiriman. Hanya tersedia pilihan kategori Instant, Reguler, Same Day, Ekonomi/ Hemat hingga Kargo berikut tarif pengiriman.