Ekonomi global masih bergejolak, bagaimana nasib perusahaan di ASEAN?
Berdasarkan laporan HSBC Global, perusahaan di Asia Tenggara memiliki prospek perdagangan paling menjanjikan di dunia meski di tengah kekhawatiran mengenai proteksionisme. Perusahaan ASEAN justru melihat ketegangan perdagangan global sebagai peluang ketimbang ancaman.
Perekonomian global masih bergejolak disusul adanya proteksionisme dari negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (AS). Juga adanya perang dagang antara AS dan China, yang turut berdampak pada ekonomi negara-negara berkembang.
Lalu bagaimana nasib perusahaan-perusahaan di negara ASEAN?
-
Bagaimana cara ASEAN dan Tiongkok memperdalam kerja sama perdagangan dan ekonomi? Para menteri juga mencatat implementasi Program Kerja 2022-2026 untuk memperdalam kerja sama Perdagangan dan Ekonomi ASEAN China FTA, termasuk kerja sama finansial dan dukungan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ASEAN dan dukungan Tiongkok untuk promosi ekspor produk ASEAN.
-
Apa yang diusulkan oleh Kementan untuk memperkuat sektor pertanian di negara Asean? Indonesia sendiri mendorong semua negara Asean untuk meningkatkan teknologi pertanian digital, ekonomi sirkular, energi biomassa, pengurangan emisi gas rumah kaca dan pengendalian hama terpadu,
-
Apa yang disampaikan Menteri Perdagangan tentang peran Tiongkok dalam perdagangan ASEAN? Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar bagi ASEAN sejak 2009. Tidak hanya itu, mereka juga sumber investasi asing terbesar keempat di antara mitra-mitra dialog ASEAN.
-
Apa saja contoh kerja sama di bidang ekonomi antara Indonesia dan Malaysia? Dalam bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi, Malaysia merupakan partner perdagangan terbesar kedua Indonesia, dengan jumlah investasi ke-5 di tahun 2022 di ASEAN.
-
Kenapa kerja sama antara ASEAN dan Tiongkok perlu ditingkatkan? Melihat peran ASEAN dan Tiongkok yang penting bagi kawasan, kerja sama antara kedua belah pihak harus terus ditingkatkan,” kata Zulkifli Hasan.
-
Bagaimana Kemendag ingin meningkatkan hubungan perdagangan antar negara ASEAN, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan? Diharapkan implementasi program kerja tersebut akan meningkatkan hubungan perdagangan antara ASEAN, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan, khususnya dalam menghadapai tantangan yang muncul dalam perkembangan regional dan global.
Berdasarkan laporan HSBC Global, perusahaan di Asia Tenggara memiliki prospek perdagangan paling menjanjikan di dunia meski di tengah kekhawatiran mengenai proteksionisme. Perusahaan ASEAN justru melihat ketegangan perdagangan global sebagai peluang ketimbang ancaman.
Temuan tersebut terangkum oleh HSBC Navigator, sebuah survei global yang melibatkan 8.500 bisnis di 34 negara. Di Asia Tenggara, HSBC Navigator melibatkan lebih dari 1000 responden di lima pasar ASEAN terbesar (Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Vietnam).
ASEAN adalah salah satu kawasan yang memiliki tingkat optimisme tertinggi terhadap prospek perdagangan dan aktivitas komersial, walaupun banyak perusahaan melihat peningkatan sentimen proteksionisme. Di mana 86 persen perusahaan ASEAN memiliki optimisme mengenai prospek perdagangan luar negeri, dan 75 persen bisnis di ASEAN percaya bahwa banyak negara menjadi lebih proteksionis di pasar ekspor utama mereka.
"Perusahaan-perusahaan ASEAN sangat optimis melihat prospek bisnis mereka dan memperkirakan peningkatan proteksionisme di masa mendatang. Hal ini sekilas terlihat kontra-intuitif dan tentu saja menimbulkan pertanyaan apakah mereka meremehkan risiko perdagangan akibat meningkatnya proteksionisme atau mencoba melihat peluang di tengah konflik perdagangan. Apapun itu, rantai suplai akan beralih ke ASEAN dan perusahaan harus siap," kata Presiden Direktur PT Bank HSBC Indonesia, Sumit Dutta melalui keterangan resminya.
Rantai pasokan ASEAN paling berpotensi dalam persaingan perdagangan
HSBC Navigator menyoroti bahwa China dan AS sejauh ini telah menjadi fokus kebijakan perdagangan proteksionis, tetapi mungkin ada dampak tidak langsung pada blok ASEAN mengingat tingkat ekspor yang tinggi di kawasan itu ke kedua negara tersebut. Pada saat yang sama, laporan tersebut menemukan bahwa tarif juga membuka peluang bagi pasar ASEAN di berbagai bidang seperti elektronik, tekstil dan otomotif.
Negara-negara ASEAN seperti Thailand dan Malaysia sudah memiliki jaringan produksi elektronik, terutama dalam perakitan hard disk drive (HDD). Thailand mengekspor jumlah yang sama dari unit penyimpanan akhir ke AS seperti yang dilakukan China, yang akan membuatnya relatif lebih mudah untuk menggeser perakitan di sana, terutama karena pengiriman HDD China ke AS sekarang tunduk pada setidaknya 10 persen dari tarif AS.
Anggota lain dari blok seperti Singapura, Filipina dan Vietnam juga menghasilkan berbagai komponen elektronik, sementara Vietnam dan Indonesia telah menjadi semakin kompetitif dalam manufaktur ringan dan ekspor tekstil.
Dalam tekstil, Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina dan ekspor pakaian dan produk tekstil Vietnam hampir mencapai tiga kali lipat dari USD 24,4 miliar pada tahun 2001 menjadi USD 71,8 miliar pada tahun 2014. Pada tahun 2016, ekspor tekstil menyentuh 42 miliar. Negara ASEAN berikutnya, Indonesia mengekspor barang senilai 16 miliar.
Di bidang otomotif, Frost & Sullivan memprediksi bahwa ASEAN akan menjadi pasar otomotif terbesar ke-6 secara global pada 2018. Sektor otomotif adalah salah satu sektor utama bagi ekonomi Thailand, yang terus tumbuh sekitar 8,1 persen dari PDB.
"Merelokasi basis produksi ke negara-negara berbiaya rendah di ASEAN bukanlah sesuatu yang baru. Pergeseran kegiatan produksi ke wilayah ini akan menjadi kelanjutan dari tren yang sudah terjadi. Ketegangan hubungan perdagangan mungkin akan mempercepat tren ini dalam jangka pendek, yang akan mempengaruhi secara positif negara-negara yang memiliki kapasitas produksi, seperti Filipina dan Vietnam, tetapi pergeseran rantai pasokan dalam skala besar bukanlah sesuatu yang dapat terjadi dalam semalam. Jika ketegangan perdagangan berlangsung lama, Thailand, Malaysia, dan Vietnam akan menikmati keuntungan selektif dari pengalihan ekspor," jelas Dutta.
Perusahaan ASEAN fokus terhadap peningkatan teknologi
Dengan peningkatan produksi dalam genggaman negara-negara anggota ASEAN, teknologi akan menjadi elemen kunci dalam mengelola peningkatan kapasitas yang terjadi. Tampaknya, peningkatan teknologi akan menjadi fokus untuk banyak perusahaan ASEAN.
Menurut HSBC Navigator, 37 persen responden di ASEAN berfokus terhadap peningkatan adopsi konsep digital dan teknologi dalam bisnis mereka (dibandingkan 28 persen secara global). Bagi 34 persen responden ASEAN peningkatan penggunaan teknologi menjadi rencana utama dalam perubahan dalam 3 tahun ke depan, lebih tinggi dari rata-rata global (27 persen).
Dutta pun berharap akan adanya resolusi untuk perang proteksionisme perdagangan antara AS dan China. Dia pun mengimbau agar perusahaan-perusahaan di kawasan ASEAN harus mempersiapkan diri untuk ketegangan yang terjadi dalam jangka menengah.
"Perusahaan yang mempertimbangkan untuk memindahkan rantai pasokan mereka ke kawasan ini harus mengajukan banyak pertanyaan kepada diri mereka sendiri: 'Apakah ada kapasitas lokal, bagaimana pabrik akan menerima bahan mentah, apakah mereka memiliki kapasitas sumber daya manusia yang cukup, apakah sebaiknya membangun pabrik yang baru, apakah mereka akan diizinkan? Teknologi akan menjadi benang merah di antara pertanyaan-pertanyaan yang muncul dan akan menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing dan daya tarik," tutup Dutta.
Baca juga:
4 Fakta di balik menguatnya Rupiah sentuh level Rp 14.800 per USD
Terlibat sengketa perdagangan dengan AS, China akan gelar dialog antar-pemimpin
Mendag Enggar hindari perang dagang dengan China
Jack Ma: Perang dagang AS-China adalah hal paling bodoh
Ada perang dagang, Kemendag kaji pengenaan bea masuk produk China
Indonesia kebanjiran ubin keramik dari China akibat perang dagang