Ekonomi membaik, jumlah perokok makin banyak
67,4 persen masyarakat Indonesia ialah perokok aktif.
Indonesia menjadi negara dengan pengisap rokok tertinggi. Dibandingkan dari 16 negara lain, lebih dari separuh kaum pria Indonesia adalah perokok, yakni sebanyak 67,4 persen.
Berdasarkan data Global Adult Tobacco Survei, pada 2008 sampai 2012, mencatat perokok Indonesia lebih besar dari China yang hanya 52,9 persen, Malaysia 44,9 persen, bahkan Brazil 22 persen.
-
Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia di era Soekarno? Dalam buku berjudul 'Jakarta 1950-1970', seorang dokter bernama Firman Lubis mengutarakan kondisi ekonomi Indonesia saat itu amat kacau. "Inflasi melangit dan menyebabkan nilai rupiah merosot tajam dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai gambaran, ongkos naik bus umum yang pada tahun 1962 masih Rp1 berubah menjadi Rp1000 pada tahun 65,"
-
Bagaimana cara Partai Nasional Indonesia (PNI) menjalankan politik ekonominya? PNI adalah partai yang fokus di dalam pemerintahan dengan menjunjung tinggi nasionalisme dan politik ekonomi bersifat nasionalis.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Apa saja contoh kerja sama di bidang ekonomi antara Indonesia dan Malaysia? Dalam bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi, Malaysia merupakan partner perdagangan terbesar kedua Indonesia, dengan jumlah investasi ke-5 di tahun 2022 di ASEAN.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Apa yang Airlangga Hartarto katakan tentang target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045," kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
"Kalau harga rokok naiknya (akibat cukai) sedikit-sedikit, alon-alon waton kelakon, tidak berdampak (pengurangan perokok). Malah meningkatkan keterjangkauan (masyarakat membeli rokok)," ujar Peneliti Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Indonesia (FE UI) Abdillah Ahsan dalam diskusi 'Kebijakan Cukai untuk Menurunkan Keterjangkauan Rokok' di Hotel Atlet, Jakarta, Senin (10/6).
Menurut Abdillah, saat ini seperlima remaja dengan usia 15 tahun sampai 19 tahun adalah perokok aktif. Hal itu disebabkan beberapa faktor yang mendukung antara lain, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
Ekonomi Indonesia yang tumbuh 6 persen per tahun selama 3 tahun berturut-turut menyebabkan kondisi demografis juga turut mendukung. Pasalnya, masyarakat kelas menengah naik 2 kali lipat.
Pada tahun 2013 masyarakat kelas menengah sebesar 74 juta, dan diperkirakan pada 2020 mendatang mencapai 140 juta jiwa.
"Penduduk Indonesia usia muda umumnya berkarakter ingin coba-coba," imbuh dia.
Abdillah menambahkan pertumbuhan produksi rokok pada tahun 2009 lalu mencapai 251 miliar batang per tahun, dan tahun 2012 sudah mencapai 302 miliar batang per tahun.
(mdk/bmo)