Emisi Karbon Ketenagalistrikan Indonesia Terendah di Asia Tenggara
Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN), Zulkifli Zaini mengatakan, emisi karbon yang dihasilkan sektor ketenagalistrikan di Indonesia hanya menyumbangkan 14 persen dari keseluruhan emisi nasional.
Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN), Zulkifli Zaini mengatakan, emisi karbon yang dihasilkan sektor ketenagalistrikan di Indonesia hanya menyumbangkan 14 persen dari keseluruhan emisi nasional. Sektor ketenagalistrikan Filipina dan Vietnam masing-masing berkontribusi 30 persen terhadap emisi, bahkan Malaysia mencapai 32 persen kontribusi emisi.
"Porsi ini termasuk yang terendah di ASEAN, di antara lima negara terluas di kawasan ASEAN," kata Zulkifli Zaini seperti dikutip dari Antara di Jakarta, Rabu (28/7).
-
Kapan PLN mulai mendukung ekosistem kendaraan listrik? PT PLN (Persero) berkomitmen untuk terus mendukung ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang berkembang pesat di Indonesia.
-
Apa yang menjadi pemicu semangat Jakarta Electric PLN untuk bangkit? Ketertinggalan menjadi sesuatu yang memacu semangat. Hal inilah yang berhasil dibuktikan oleh Jakarta Electric PLN yang berhasil comeback atas Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia.
-
Bagaimana PLN mendukung transisi ke kendaraan listrik? PLN siap mendukung upaya pemerintah dalam mendorong ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Pengguna EV tidak perlu risau, sebab infrastruktur telah dibangun lebih merata. Apalagi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU), dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) telah siap, mudah dan nyaman digunakan.
-
Apa yang akan dilakukan PLN di Bursa Karbon Indonesia? Pasalnya, PT PLN (Persero) akan segera melantai ke bursa karbon Indonesia. Dengan potensi yang dimiliki, PLN akan menjadi trader terbesar di bursa karbon Indonesia dengan membuka setara hampir 1 juta ton CO2. Hal ini merupakan bagian langkah PLN mendukung pemerintah dalam penurunan emisi dan mengakselerasi transisi energi.
-
Siapa yang memimpin langkah PLN masuk ke bursa karbon? Lebih lanjut Darmawan mengungkapkan, unit pembangkit berbahan bakar gas pertama di Indonesia, pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Blok 3 Muara Karang akan memimpin langkah pembangkit PLN masuk ke bursa karbon.
-
Di mana PLN akan melakukan perdagangan karbon secara langsung? Tidak hanya terdaftar di bursa, PLN juga melakukan perdagangan karbon secara langsung dengan melingkupi 3 dari 4 aspek perdagangan karbon, yaitu perdagangan emisi secara langsung, offset emisi secara langsung, dan perdagangan offset melalui bursa.
Sedangkan di Indonesia, penyumbang terbesar emisi karbon justru berasal dari alih fungsi lahan dan kebakaran hutan.
PLN telah menetapkan dua skenario dalam peta jalan perseroan untuk mengurangi penggunaan energi listrik berbasis fosil dari 2025 hingga 2060. Skenario pertama, energi berbasis fosil yang dikelola PLN akan hilang sepenuhnya dari bauran energi mulai 2056 mendatang.
Perseroan mempunyai tujuh tahapan penghentian PLTU batu bara mulai dari penggunaan teknologi konvensional sampai yang paling mutakhir.
Selanjut skenario kedua berupa pemanfaatan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCUS) akan mulai diterapkan pada 2035, dengan tetap menurunkan porsi energi berbasis fosil dari bauran energi. "Di sisi hulu PLN akan melakukan eksekusi proyek energi baru terbarukan dalam skala besar," pungkas Zulkifli.
Selanjutnya
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengungkapkan, pemerintah secara cermat mendorong transisi energi menuju non emisi karbon agar tidak menimbulkan masalah teknis dan sosial.
Dia menyampaikan mesti ada langkah substitusi konversi energi primer fosil hingga memperbesar porsi bauran energi baru terbarukan untuk menuju energi hijau.
"Sekarang ini kita melihat teknologi fotovoltaik maju pesat. Kami berharap PLTS atap ini bisa kami dorong cepat," ujar Menteri Arifin.
Dia memberi contoh Vietnam yang saat ini sudah memanfaatkan PLTS atap untuk menghasilkan energi sebesar 17 gigawatt dalam dua tahun terakhir.
Menurutnya, Vietnam bisa menyelesaikan sembilan gigawatt hingga akhir tahun lalu, sementara di Indonesia masih sekitar 100 megawatt. "Ini yang akan jadi fokus kami bagaimana kita bisa mengakselerasikan (PLTS atap) untuk meningkatkan bauran," kata Menteri Arifin.
(mdk/bim)