ESDM cuma andalkan pengendalian hadapi lonjakan konsumsi solar
Pemerintah mengandalkan pengendalian melalui kewajiban pencampuran 10 persen biofuel sawit dengan solar untuk industri.
Kuota Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi untuk tahun anggaran 2014 terancam jebol. Salah satu penyebabnya adalah konsumsi solar triwulan I yang tercatat melonjak 3,9 persen dibanding tahun lalu.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik menyatakan pihaknya tidak mungkin mengusulkan tambahan kuota kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), kendati akan ada pembahasan APBN Perubahan. Solusi yang diambil pemerintah berkutat pada aspek pengendalian distribusi. Terutama melalui kewajiban pencampuran 10 persen biofuel sawit dengan solar untuk industri.
"Akan lebih berat lagi subsidi kita, makanya tidak ada penambahan kuota. Karena yang naik solar, makanya solar kita kurangi dengan biofuel. Kalau itu berjalan solarnya kan kurang banyak," ujarnya di Jakarta, Senin (28/4).
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Edy Hermantoro berpendapat serupa. Dia mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Badan Pengatur Usaha Hilir Migas (BPH Migas) supaya menjalankan Permen ESDM Nomor 1 Tahun 2013 secara konsisten.
"Memang solar naik, kita coba pengendalian-pengendalian. Untuk itu kan selalu dikaji dengan BPH, keputusan menteri nomor 1 kan sudah jelas, misalnya yang tidak boleh membeli (BBM Bersubsidi) kendaraan pakai stiker," kata Edy.
Dalam triwulan I 2014, PT Pertamina selaku pelaksana tugas penyaluran distribusi BBM subsidi telah menyalurkan premium sekitar 7,1 juta kiloliter atau sekitar 22 persen dari kuota sebesar 32,32 juta KL. Realisasi tersebut naik 1,63 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013
Untuk Solar, Pertamina mendapat kuota sebesar 14,14 juta KL tahun ini. Dalam tiga bulan pertama tahun ini, Pertamina telah menyalurkan sebanyak 3,85 juta KL.
"Realisasi penyaluran solar bersubsidi menunjukkan kenaikan lebih besar yaitu 3,91 persen dari periode yang sama sebesar 3,7 juta KL," kata Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir.