Gejolak ekonomi buat kinerja kredit perbankan melambat
Kredit perbankan per Oktober tercatat sebesar 12,62 persen (yoy), atau lebih rendah dibandingkan September 13,16 persen.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai perkembangan dan profil risiko di industri jasa keuangan hingga awal Desember secara umum berada dalam kondisi yang relatif stabil dan terkendali. Untuk perekonomian domestik, moderasi diperkirakan masih berlanjut pada triwulan IV tahun 2014.
Lucky F.A. Hadibrata, Deputi Komisioner Manajemen Strategis IB Otoritas Jasa Keuangan mengatakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan melambat hingga triwulan IV. Sehingga pertumbuhan ekonomi itu mempengaruhi kredit perbankan per Oktober yang tercatat sebesar 12,62 persen (yoy), atau lebih rendah dibandingkan September sebesar 13,16 persen (yoy).
-
Bagaimana OJK mendorong pengembangan perbankan syariah? Berbagai kebijakan dikeluarkan OJK untuk mendorong pengembangan perbankan syariah bersama stakeholders terkait beberapa inisiatif seperti: Mulai dari perbaikan struktur industri perbankan syariah yang dilakukan melalui konsolidasi maupun spin-off unit usaha syariah (UUS). Lalu penguatan karakteristik perbankan syariah yang dapat lebih menonjolkan inovasi model bisnis yang lebih rasional, serta pendekatan kepada nasabah yang lebih humanis; Pengembangan produk yang unik dan menonjolkan kekhasan bank Syariah, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat untuk meningkatkan competitiveness perbankan syariah. Lalu, peningkatan peran bank syariah sebagai katalisator ekosistem ekonomi syariah agar segala aktivitas ekonomi syariah, termasuk industri halal agar dapat dilayani dengan optimal oleh perbankan syariah; dan Kelima, peningkatan peran bank syariah pada dampak sosial melalui optimalisasi instrumen keuangan sosial Islam untuk meningkatkan social value bank syariah.
-
Apa yang dikatakan OJK mengenai sektor jasa keuangan Indonesia saat ini? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Bagaimana OJK mendorong penguatan governansi di sektor jasa keuangan? OJK telah meminta agar Industri Jasa Keuangan terus memperkuat governansi antara lain dengan penerapan manajemen risiko dan manajemen anti-fraud serta penyuapan.
-
Apa yang ingin dicapai OJK dari pengembangan perbankan syariah? Bank syariah saat ini sedang kita coba arahkan untuk memberikan alternatif produkproduk perbankan syariah yang bukan merupakan bayangan dari produk-produk yang sudah ada di perbankan konvensional,” kata Dian.
-
Kenapa OJK mengupayakan perluasan akses keuangan di Jawa Tengah? Otoritas Jasa Keuangan bersama seluruh pemangku kepentingan terus memperluas akses keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah.
-
Kenapa OJK mengimbau masyarakat waspada terhadap penipuan keuangan? Masyarakat Indonesia diimbau agar selalu waspada terhadap modus penipuan layanan di sektor jasa keuangan. Pasalnya sudah terjadi penipuan yang merugikan banyak korban.
"OJK mencatat pertumbuhan aset dan DPK perbankan kembali meningkat yang terjadi sejak Agustus. Pertumbuhan aset dan DPK per Oktober masing-masing sebesar 15,45 persen dan 13,93 persen yoy (September: 14,39 persen dan 13,32 persen yoy)," ujarnya dalam siaran pers, Jakarta, Rabu (24/12).
Sementara, kondisi perbankan dari segi permodalan dan rentabilitas perbankan relatif baik dan stabil. Hal itu ditandai dengan CAR Oktober sebesar 19,63 persen (September 2014: 19,53 persen). Rasio Modal Inti per Oktober naik menjadi sebesar 17,94 persen (September: 17,91 persen).
Sepanjang tahun 2014, kinerja CAR perbankan selalu berada di atas 19 persen. Sedangkan kinerja rentabilitas dan efisiensi perbankan relatif stabil yang ditandai dengan ROA dan NIM per Oktober 2014 masing-masing sebesar 2,89 persen dan 4,24 persen (September: 2,91 persen dan 4,21 persen), BOPO per Oktober stabil pada level 76,14 persen.
"Untuk kondisi di pasar saham, terjadi pelemahan IHSG pada paruh pertama bulan Desember yang didorong oleh pelemahan pada seluruh sektor, terutama sektor pertambangan," jelas dia.
Sedangkan NAB reksa dana meningkat signifikan pada bulan November. Memasuki bulan Desember, NAB reksa dana tetap membukukan peningkatan meski pasar melemah. Per akhir November, posisi NAB reksa dana meningkat 3,28 persen (mtm). Kenaikan yang signifikan ini didukung oleh kenaikan nilai portofolio investasi dan net subscription yang cukup besar.
"Nilai investasi untuk asuransi dan dana pensiun mengalami peningkatan. Nilai investasi asuransi naik sebesar 2,19 persen menjadi Rp 604,8 triliun, dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar Rp 591,9 triliun, sedangkan nilai investasi dana pensiun naik 1,35 persen menjadi Rp 175 triliun dibandingkan posisi September (Rp 173 triliun)," ungkapnya.
Sementara itu, kinerja perusahaan pembiayaan melanjutkan moderasi dengan aset per Oktober tercatat sebesar Rp 416,5 triliun. Sementara untuk profil risiko, pada perbankan risiko likuditas tergolong relatif rendah.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Oktober turun menjadi 88,45 persen (September 2014: 88,93 persen). Penurunan LDR ini disumbang oleh penurunan kredit sebesar 0,09 persen (mtm) sementara DPK mengalami peningkatan sebesar 0,39 persen (mtm), namun masih terdapat potensi risiko likuiditas sejalan ketergantungan terhadap pendanaan non-inti serta rasio deposan inti yang masih cukup tinggi.
Pada Pasar Modal, rata-rata bid-ask spread sempat melebar pada bulan November. Namun, rata-rata bid-ask spread menyempit pada bulan Desember. Untuk tahun 2014 (per 16/12), rata-rata bid-ask spread tercatat sebesar 3,82 persen, menyempit dibandingkan rata-rata tahun 2013 yang sebesar 4,18 persen.
Risiko kredit lembaga jasa keuangan secara umum berada pada level yang relatif rendah. Risiko kredit pada perbankan relatif rendah, kualitas kredit stabil, tercermin dari Non Performing Loan (NPL) yang rendah dan stabil. Perlu diwaspadai konsentrasi kredit pada debitur inti yang relatif tinggi, dan porsi kredit valas yang sensitif terhadap perubahan nilai tukar.
Perusahaan pembiayaan, Financing to Asset Ratio (FAR) menunjukkan penurunan dan Non Performing Financing (NPF) sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Perlu tetap diwaspadai potensi peningkatan suku bunga perbankan terhadap tingkat NPF.
Risiko pasar industri jasa keuangan relatif rendah, di sektor perbankan risiko masih dikategorikan rendah dengan rata-rata posisi Devisa Netto di bawah 3 persen selama setahun terakhir, atau jauh di bawah batas ketentuan 20 persen.
Nilai investasi asuransi dan investasi dana pensiun meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan nilai investasi reksa dana membukukan peningkatan pada sebagian besar instrumen utama di tengah pelemahan pasar pada paruh pertama Desember. Sementara itu untuk perusahaan pembiayaan, tingkat utang (gearing ratio) dan eksposur utang luar negeri per Oktober turun tipis, dipengaruhi nilai tukar Rupiah pada bulan tersebut.
(mdk/bim)