Hanya Lulusan SMP dan Pernah Jual Rokok, Pria Ini Sukses Punya Harta Rp64,3 Triliun
Nama Djoko Susanto kini tak asing di telinga masyarakat Indonesia.
Pria ini hanya menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat SMP pada tahun 1965.
- Hanya Lulusan SMP dan Dua Kali Tidak Naik Kelas, Tak Disangka Pria Ini Sukses Jadi Pendiri Bisnis Waralaba Mendunia
- Hanya Lulusan SD dan Buka Toko Kelontong, Pria Ini Pernah Jadi Orang Terkaya Nomor 2 di Indonesia dengan Harta Rp222 Triliun
- Kisah Martua Sitorus, Pernah Jadi Loper Koran dan Berdagang Udang Kini Punya Harta Rp53 Triliun
- Nekat Bisnis Ikan Mas Koki, Modal Seadanya Hingga Bisa Raup Omzet Rp20 Juta per Bulan
Hanya Lulusan SMP dan Pernah Jual Rokok, Pria Ini Sukses Punya Harta Rp64,3 Triliun
Nama Djoko Susanto kini tak asing di telinga masyarakat Indonesia. Pria yang lahir pada 9 Februari 1950 itu adalah pengusaha sukses dan pendiri Alfamart, jaringan ritel minimarket yang sangat terkenal di Indonesia.
Djoko Susanto lahir dengan nama Kwok Kwie. Kini, dia mengantongi kekayaan senilai USD4 miliar atau sekitar Rp64,3 triliun (kurs dollar: Rp16.090).
Djoko Susanto kini menduduki 12 besar daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes.
Sempat Putus Sekolah
Djoko hanya menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat SMP pada tahun 1965.
Ketika dia hendak melanjutkan pendidikan ke SMA, saat itu bertepatan dengan tutupnya semua Chinese School pada 6 April 1966. Sehingga Djoko tak bisa melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi.
Keadaan tersebut memaksa Djoko untuk bekerja di radio transistor. Selain itu, Djoko juga membantu orang tuanya menjaga warung kelontong di pasar Arjuna, Petojo, Jakarta Pusat. Akhirnya orang tuanya mengamanahkan Djoko untuk melanjutkan usaha warung kelontong pada 1969.
Di toko dengan nama ‘Sumber Bahagia’ itu, Djoko fokus pada penjualan rokok. Dia melihat omset rokok pada periode tahun 1975 - 1980 sangat luar biasa.
Hal tersebut yang melatarbelakangi Djoko membuat warungnya menjadi grosir rokok dari berbagai merk. Usahanya berkembang cukup pesat.
Djoko pun memiliki 15 toko kelontong yang tersebar di beberapa daerah seperti Melawai, Tanah Abang, dan Jatinegara.
Gabung PT HM Sampoerna
Pada 1989, Djoko bertemu dengan Putera Sampoerna. Keahlian Djoko dalam penjualan rokok membuatnya diajak bergabung dengan Sampoerna Group.
Tanpa mempermasalahkan latar belakang pendidikannya, dia ditawari jabatan sebagai direksi penjualan di HM Sampoerna.
Kesempatan itu tak disia-siakan, tanpa pikir panjang Djoko menerima tawaran dari orang besar yang sangat ternama saat itu.
Berkat kinerjanya yang baik, Djoko kembali mendapatkan penawaran dari Putera Sampoerna untuk bekerja sama mendirikan bisnis ritel untuk memperluas jaringan distribusi rokok.
Tanpa waktu yang lama, pada 27 Agustus 1989 lahirlah tokoh gudang rabat Alfa (Alfa TGR) retail Indonesia yang pertama di Jalan Lodan.
Alfamart Lahir
Untuk mengembangkan bisnis retailnya, Djoko berinovasi dengan mengembangkan konsep bisnis minimarket.
Dia pun membuka cabang pertamanya pada 1999 di Jalan Waringin, Tangerang, dengan nama Alfa Minimart. Selama 3 tahun hingga 2002 tokonya berkembang hingga memiliki 150 cabang.
Namun pada tahun 2005, Putera Sampoerna memutuskan untuk menjual perusahaan rokok miliknya ke Philip Morris. Putera juga menjual perusahaan rokok miliknya dan para anak perusahaannya, termasuk 70 persen sahamnya yang ada di Alfa Minimart.
Namun, Phillip tidak tertarik dengan usaha retail dan menjual saham Alfa Minimart kepada Djoko. Setelah itu, Djoko merintis bisnis ritel Alfa Supermarket.
Bisnis tersebut berada dalam naungan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Akhirnya Djoko memisahkan bisnisnya dari HM sampoerna.
Di bawah kepemimpinan Djoko, Alfamart sukses mendirikan bisnisnya di Indonesia.
Bisnis semakin berkembang dan saat ini, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, menjalankan lebih dari 5.500 toko, di bawah berbagai merek, meliputi Alfamart, Alfa Midi, Alfa Express, dan Lawson.
Bahkan Alfamart memperluas bisnisnya hingga ke luar negeri. Pada tahun 2014, Alfamart membuka gerai pertamanya di Kota Trece Martires, Cavite.
Tokonya berkembang menjadi lebih dari 1.400 cabang hingga 2022.