Hidupnya Prihatin Sejak Kecil, saat Dewasa Sukses Jadi Jenderal Polri yang Kini Bertugas Berantas Korupsi
Putra bungsu dari enam bersaudara itu harus menjalani kehidupan pahit manakala sang ayah meninggal dunia.
Putra bungsu dari enam bersaudara itu harus menjalani kehidupan pahit manakala sang ayah meninggal dunia.
Hidupnya Prihatin Sejak Kecil, saat Dewasa Sukses Jadi Jenderal Polri yang Kini Bertugas Berantas Korupsi
Hidup Susah dari Kecil
Menempuh jarak belasan kilometer tak menyurutkan bocah kecil itu untuk menempuh pendidikan. Akses tempat dia tinggal, di Lontar, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, kala itu sangat minim.
Putra bungsu dari enam bersaudara itu harus menjalani kehidupan pahit manakala sang ayah meninggal dunia, di usia anak-anaknya masih sangat belia.
Sebagai pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sosoknya sejak kecil sudah menjalani tempaan hidup memprihatinkan.
- Sambil Menangis, Luhut Sampai Tampar Pipi Jenderal Maruli saat Dilantik jadi Kasad
- Jenderal Bintang 3 Polri Sampai Hormat ke Polwan Bhabinkamtibmas, Bangga pada yang Dilakukannya
- Gagah Berseragam Polri, Intip Momen Jenderal Bintang 1 Besan Ketua MPR Turun ke Sawah Nyemprot Padi
- Hidup Berkecukupan, Pria di Purbalingga Ini Sudah 13 Tahun Tinggal di Makam Desa
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), ia sudah bekerja sebagai penyadap karet untuk membiayai sekolahnya. Hasil menyadap karet tersebut ia tabung untuk dibelikan sepeda.
Semasa SMP, dia sudah terbiasa berjalan ke sekolah sejauh 8 kilometer. Ini karena di sana hanya ada satu SMP di kecamatan tersebut. Pulang dari sekolah ia kemudian membantu ibunya di ladang.
Setelah SMP, dia kemudian pindah ke Palembang untuk melanjutkan sekolahnya.
Ketika SMA, ia melakoni berbagai macam pekerjaan mulai dari berjualan cabai, jualan kue, menjadi tukang cuci mobil hingga berjualan spidol untuk membiayai sekolah dan kebutuhan hidupnya.
Sosok ini adalah Firli Bahuri. Selepas SMA di tahun 1982 hingga 1983, Firli mencoba mendaftar seleksi Akpol (dulu AKABRI) tingkat pertama di daerah dan tingkat pusat di Magelang namun tidak lulus.
Kemudian mencoba lagi mendaftar pada tahun 1984 di ABRI dan lulus dengan pangkat Sersan II.
Ia pertama kali ditugaskan di Polres Cibabat, Polda Jawa Barat.
Pada tahun 1990 ia kembali mendaftar Akpol, dan hasilnya dia dinyatakan lulus.
Usai menyelesaikan sekolah kedinasannya di Akpol, dia kemudian melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan lulus pada tahun 1997.
Pada tahun 2001, Firli Bahuri menjabat sebagai Kapolres Persiapan Lampung Timur.
Setelah itu, ia mengikuti kursus Pendidikan Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah (SESPIMMEN) Polri pada tahun 2004.
merdeka.com
Pada tahun 2005, dia ditarik ke Polda Metro Jaya dan menjabat sebagai Kasat III Ditreskrimum.
Setelahnya, Firli dipindah tugas menjadi Kapolres Kebumen dan pernah menjadi Kapolres Brebes. Di tahun 2009, Ia kembali ke Polda Metro Jaya dan menjabat sebagai Wakapolres.
Karier Firli Bahuri terbilang bagus. Pada tahun 2010, ia terpilih menjadi Asisten Sespri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada tahun 2012, ia dipilih sebagai ajudan pribadi Wakil Presiden Boediono. Dua tahun berikutnya, dia diangkat menjadi Wakapolda Banten.
Pada tahun 2016, ia kemudian pindah posisi sebagai Karo Dalops Sops Polri dan kemudian menjadi Wakapolda Jawa Tengah.
Di tahun 2017, Firli mendapat promosi kenaikan pangkat menjadi Brigadir Jenderal Polisi dan menjabat sebagai Kapolda Nusa Tenggara Barat.
Setahun menjabat sebagai Kapolda NTB, Firli Bahuri pindah tugas ke KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan menjabat sebagai Deputi Penindakan KPK.
Sosok Kontroversi
Kala itu ia menjadi perbincangan karena sebelumnya pernah menjadi ajudan mantan wakil Presiden Boediono yang pernah diperiksa terkait Bank Century.
Kontroversi kedua ketika masih menjabat sebagai Deputi Penindakan KPK. Firli Bahuri pernah bertemu dengan Tuan Guru Bajang (TGB) sebanyak dua kali dan berbincang-bincang.
Padahal KPK sedang menyelidiki kasus dugaan korupsi Divestasi Newmont yang menyeret nama Tuan Guru Bajang (TGB).
Menurut KPK, hal ini termasuk dalam pelanggaran kode etik berat.
Selain itu menurut KPK, Firli Bahuri juga pernah mengadakan pertemuan dengan seorang ketua partai dan juga menjemput serta mengajak pejabat BPK yang berstatus sebagai saksi ke ruangannya.
Terkini, beredar foto Firli dengan Mantan Menteri Pertanian Syarul Yasin Limpo bertemu di sebuah arena olahraga.
Foto tersebut muncul ketika Syahrul diduga terlibat dalam kasus korupsi dan suap di Kementerian Pertanian.
Firli Bahuri menjabat sebagai Deputi Penindakan KPK selama setahun lebih dari tanggal 6 April 2018 hingga 20 Juni 2019.
Setelah itu, ia kemudian ditarik ke Polri dan mendapat promosi kenaikan pangkat sebagai Inspektur Jenderal Polisi dan menjabat sebagai Kapolda Sumatera Selatan pada tahun 2019.