Impor Beras Indonesia Diramal Mencapai 6 Juta Ton, Ternyata Ini Penyebabnya
Peningkatan kebutuhan pangan sejalan dengan pertumbuhan laju penduduk.
Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian (Kemenko), Ismariny, mengatakan penurunan produksi padi di Indonesia memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan impor beras.
Dia memperkirakan, pada akhir tahun ini, impor beras bisa mencapai 6 juta ton, meningkat dari 3 juta ton yang diimpor pada tahun lalu. Menurutnya, penurunan produksi padi disebabkan oleh berbagai tantangan.
"Ini kalau kita intenvarisin itu diantaranya tantangannya adalah ketersediaan lahan pertanian dan air yang terus berkurang. Kemudian adanya dampak pemanasan global yang mengakibatkan fenomena iklim dan gangguan organisme pengganggu tanaman sulit diprediksi," kata Ismariniy, dalam acara Sarasehan Pertanian Berkelanjutan dan Adopsi Teknologi Modern, Jakarta, Rabu (31/7).
Ismariny juga mencatat adanya kerusakan infrastruktur pertanian dan ketidaktepatan dalam pemenuhan sarana produksi seperti pupuk bersubsidi.
"Kami sedang berupaya memastikan distribusi pupuk bersubsidi tepat sasaran untuk membantu petani,"
tambahnya.
Dia menyoroti akses petani terhadap modal juga menjadi masalah, meskipun ada program Kredit Usaha Rakyat (KUR), program ini belum sepenuhnya menjangkau petani kecil.
Selain itu, kelembagaan pertanian yang belum berkembang secara optimal dan lemahnya koordinasi di berbagai tingkatan turut memperburuk situasi.
Di sisi lain, peningkatan kebutuhan pangan sejalan dengan pertumbuhan laju penduduk, dampak perubahan iklim global menjadi salah satu kendala yang dihadapi bersama-sama, sehingga pemerintah terus melakukan upaya yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan negara
Dia menilai, bioteknologi modern dapat menjadi salah satu solusi efektif dalam pertanian 4.0 untuk mendukung ketahanan pangan di tengah tantangan global yang ada saat ini.
"Bioteknologi modern merupakan salah satu pilar tutama dalam pertanian 4.0 dan menawarkan solusi efektif untuk mendukung ketahana pangan ditengah berbagai tantangan global saat ini, terutama memang terkait dengan perubahan iklim," tutup Ismariny.