Indef beberkan bahaya inflasi karena tingginya harga pangan
Peneliti INDEF, Abdul Manaf Pulungan menjelaskan, inflasi dari sisi gejolak harga pangan yang masih cukup tinggi ini tentu akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga. Dampak panjangnya akan mempengaruhi pula ke pertumbuhan ekonomi nasional.
Bergejolaknya harga pangan dan bahan pokok saat ini mengancam angka inflasi tahunan. Pemerintah harus mewaspadai angka inflasi, meski saat ini masih di bawah lima persen. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut inflasi pada Januari 2017 mencapai 0,97 persen. Secara tahunan atau year on year inflasi di bulan lalu sebesar 3,49 persen.
Peneliti INDEF, Abdul Manaf Pulungan menjelaskan, inflasi dari sisi gejolak harga pangan yang masih cukup tinggi ini tentu akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga. Dampak panjangnya akan mempengaruhi pula ke pertumbuhan ekonomi nasional.
-
Kapan harga bahan pangan di Jakarta terpantau naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Di mana harga bahan pangan di pantau? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Bahan pangan apa yang mengalami kenaikan harga di Jakarta? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Mengapa harga beras di Jakarta naik? Harga beras kualitas premium mengalami kenaikan menjadi Rp16.700 per kilogram dari kemarin Rp16.570.
-
Kenapa harga beras di Jawa Tengah naik? Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
-
Berapa harga Toyota Kijang Innova Reborn Diesel Matic di Jakarta? Toyota Innova Reborn Diesel matic dijual dengan harga Rp431.900.000 on the road (OTR) Jakarta.
"Ekonomi masih bergantung terhadap konsumsi rumah tangga, pemerintah tidak bisa mengelolanya melalui perbaikan daya beli. Inflasi dari sisi volatile food masih tinggi di atas 5,5 persen," ungkap Manaf di Kantor INDEF, Jakarta, Kamis (9/2).
Selain itu, tingginya angka inflasi juga akan mempengaruhi produsen. Inflasi akan menjadikan biaya produksi meningkat, hal ini akan mempengaruhi pendapatan dan laba yang menurun. "Dari sisi pembiayaan, inflasi yang tinggi akan menyebabkan suku bunga tetap tinggi, sehingga penyaluran kredit relatif rendah," ujarnya.
Untuk itu, dia memberikan solusi kepada masyarakat untuk menekan inflasi yakni dengan meningkatkan produksi pertanian, memperbaiki infrastruktur. "Selama ini untuk mengatasi inflasi, Indonesia hanya menyasar ke kebijakan moneter. Seperti menaikkan suku bunga waktu itu di pemerintahan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Tidak ke sumber masalah utamanya," pungkasnya.
Baca juga:
APTRI sebut Bulog gagal stabilkan harga gula
Warga: Beli cabai Rp 3.000 cuma dapat 12 buah, satu busuk
Harga cabai tembus Rp 130.000 per kilogram
Mentan resmi kirim pangan ke Toko Tani, harga daging Rp 73.000/Kg
Curhat para pedagang soal harga cabai tak kunjung turun