![Penyebab Nilai Tukar Petani di Mei 2024 Turun](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/6/3/1717400605471-2ry5t.jpeg)
Penyebab Nilai Tukar Petani di Mei 2024 Turun
Indeks harga yang diterima petani turun 0,16 persen lebih dalam dibandingkan dengan penurunan indeks harga yang dibayar petani.
Indeks harga yang diterima petani turun 0,16 persen lebih dalam dibandingkan dengan penurunan indeks harga yang dibayar petani.
Penurunan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,16 persen.
"Ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun 0,16 persen lebih dalam dibandingkan dengan penurunan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,10 persen," kata Plt Kepala BPS, Amalia A Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (3/6).
Amalia menuturkan komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan indeks harga terima petani (it) nasional adalah kelapa sawit, gabah, jagung dan cabai rawit.
Sementara itu, peningkatan NTP tertinggi pada subsektor hortikultura naik sebesar 1,26 perswn kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 1,13 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani Mengalami penurunan sebesar 0,14 persen.
"Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan It adalah subsektor hortikultura antara lain kol ataupun kubis, bawang merah, petai dan bawang daun," jelas Amalia.
Sedangkan penurunan NTP terdalam terjadi pada subsektor tanaman pangan yang turun sebesar 0,86 persen, penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,99 persen atau lebih dalam dibandingkan penurunan indeks harga bayar petani (ib) sebesar 0,13 persen.
"Komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan it adalah gabah, jagung dan ketela pohon," tuturnya.
Di sisi lain, nilai tukar usaha petani (NTUP) pada bulan Mei 2024 tercatat sebesar 119,92 atau turun 0,27 persen dibandingkan April 2024.
Amalia menyebut penurunan NTUP terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,16 persen, sementara indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,11 persen.
"Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan BPPBM adalah bakalan sapi, bibit bawang merah, bibit sapi dan upah pemanenan," tutup dia.
Lonjakan inflasi juga terjadi pada harga gabah di tingkat petani sebesar 5,64 persen secara bulanan, dan 11,34 persen secara tahunan.
Baca SelengkapnyaIndustri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca SelengkapnyaKelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar berasal dari makanan minuman dan tembakau.
Baca SelengkapnyaPada Desember 2023, NTP Provinsi Sulawesi Tengah mengalami kenaikan tertinggi mencapai 2,22 persen dibandingkan NTP provinsi lainnya.
Baca SelengkapnyaPer 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen.
Baca SelengkapnyaPemicu masih mahalnya harga beras disebabkan oleh pola konsumsi beras dan masa tanam hingga panen.
Baca SelengkapnyaSejumlah wilayah sentra produksi kini telah memasuki musim panen raya.
Baca SelengkapnyaPerusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.
Baca SelengkapnyaGuna mengatasi harga beras yang mahal, pemerintah melalui Perum Bulog menyuplai beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke pasar-pasar.
Baca Selengkapnya