Indonesia Jadi Penyumbang Sampah Makanan Terbesar se-ASEAN, Kerugian Ekonomi Capai Rp551 T
Indonesia menjadi negara penghasil sampah makanan terbesar di Asia Tenggara.
Indonesia menjadi negara penghasil sampah makanan terbesar di Asia Tenggara.
Indonesia Jadi Penyumbang Sampah Makanan Terbesar se-ASEAN, Kerugian Ekonomi Capai Rp551 T
Utusan Khusus Presiden Bidang Kerja Sama Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan, Muhamad Mardiono mengatakan, saat ini Indonesia berada di empat besar negara dengan produksi sampah terbesar di dunia.
Bahkan, Indonesia menjad penghasil sampah makanan terbesar di Asia Tenggara dengan kerugian ekonomi mencapai Rp551 Triliun.
"Indonesia berada di posisi ke 4 negara dengan produksi sampah terbesar di dunia," kata Mardiono dalam Focus Group Discussion (FGD) Peta Jalan Gerakan Nasional Reduksi Kehilangan dan Pemborosan Pangan, Jakarta, Senin (25/9).
Menurutnya, untuk mengubah karakter atau kebiasaan masyarakat diperlukan gerakan yang kuat sehingga masyarakat bisa meninggalkan budaya konsumsi makan berlebihan.
"Karena itu gerakan merubah budaya masyarakat untuk melakukan pemborosan perlu dilakukan secara masif," katanya.
Menurut indeks keamanan pangan global tahun 2022, Indonesia berada pada peringkat ke-63 dari 113 negara dengan skor 60,2. Peringkat skor ini masih jauh di bawah Singapura, Malaysia, dan Vietnam.
Selain itu berdasarkan data indeks kelaparan global masyarakat Indonesia juga tertinggi nomor tiga di Asia Tenggara pada 2022 setelah Timor Leste dan Laos. Indonesia mendapatkan skor indeks sebesar 17,9 poin yang termasuk dalam level sedng, sehingga Indonesia berada pada peringkat ke-77 dari 121.
Dekan Fisip UI, Semiarto Aji Purwanto mengatakan bahwa maayarakat indonesia memiliki kebudayaan menyisihkan makanan saat makan sehingga menambah jumlah sampah makanan.
"Makanan berkaitan dengan kebudayaan dimana sering kali manusia menyisakan makanan agar tidak dibilang rakus," kata Aji.
Melalui utusan khusus presiden republik indonesia berupaya menggerakan seluruh kalangan mulai dari pemerintah, tokoh agama hingga masyarakat hingga generasi Z melakukan penghematan konsumsi makanan.
Ketua Umum Asosiasi Dosen Indonesia, Mohammed Ali Berawi menjelaskan, dalam mengonsumsi makanan diperlukan B2SA, yaitu beragam, bergizi seimbang dan aman.
"Sehingga diperlukan makanan yang enak, sehat dan mengandung B2SA, yaaitu beragam, bergisi seimbang dan aman serta habiskan," kata Ali.
Upaya yang akan dilakukan seperti penerapan kebijakan food waste, penggunaaan teknologi digital untuk mengurangi sampah makanan, serta melakukan dukungan kepada Agripreneur.
Merdeka.com