Ini 5 Industri Paling Berisiko Selama Resesi Ekonomi
Inflasi yang terus melonjak menyebabkan kekacauan di pasar saham dan perusahaan-perusahaan telah bersiap menghadapi masa depan yang tidak pasti dengan melakukan pemutusan hubungan kerja, pembekuan perekrutan.
Perekonomian dunia di tahun 2023 banyak diramalkan suram dan gelap sebagai dampak resesi ekonomi. Sejumlah pengamat percaya, penurunan ekonomi tidak bisa dihindari dah resesi global hanya tinggal menunggu waktu saja.
"Yang terburuk belum datang dan bagi banyak orang, 2023 akan terasa seperti resesi," dalam laporan International Monetary Fund pada 11 Oktober lalu.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Bagaimana responden menilai kondisi ekonomi nasional saat ini? Ini ditandai dengan 26,0 persen masyarakat yang menilai ekonomi nasional saat ini buruk. Angka ini seimbang dengan 26,0 persen masyarakat yang mengatakan ekonomi baik. Umumnya ekonomi nasional dinilai sedang, yakni sebesar 42,4 persen, akan tetapi lebih banyak yang menilai sangat buruk daripada yang sangat baik. Dengan persentase 3,5 persen sangat buruk. Lalu hanya 1,4 persen masyarakat yang menilai kondisi ekonomi nasional sangat baik.
-
Bagaimana Rey Utami mengatasi kesulitan keuangan saat pandemi? Pada saat itu, Rey dengan berani mengambil peran sebagai karyawan di warung kuliner miliknya sendiri, tanpa merasa malu sedikit pun.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Kenapa krisis moral menjadi masalah di Indonesia? Krisis moral tengah masif terjadi di tengah masyarakat. Apa yang menjadi penyebab dan bagaimana dampaknya?
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Disebutkan dalam laporan tersebut, inflasi yang terus melonjak menyebabkan kekacauan di pasar saham dan perusahaan-perusahaan telah bersiap menghadapi masa depan yang tidak pasti dengan melakukan pemutusan hubungan kerja, pembekuan perekrutan. Bahkan dalam beberapa kasus ekstrem, perusahaan membatalkan tawaran pekerjaan.
Meskipun tidak ada pekerjaan yang sepenuhnya kebal terhadap hambatan ekonomi, beberapa industri cenderung bernasib lebih buruk dari pada yang lain.
Dilansir dari CNBC Make It, para ekonom memprediksi, ada Industri yang paling berisiko terhadap pandemi. Di antaranya adalah perumahan, konstruksi, manufaktur, ritel hingga industri jasa dan pelayanan.
Ekonom senior di LinkedIn, Kory Kantenga memperkirakan pekerjaan pertama terdampak ketika resesi melanda adalah pekerjaan yang bergantung pada pengeluaran konsumen dan orang-orang yang memiliki pendapatan yang dapat dibelanjakan.
Kemudian dia menyebut, ritel, restoran, hotel, dan real estat adalah beberapa bisnis yang akan paling sering dirugikan selama resesi.
"Meskipun layanan semacam itu dapat meningkatkan kualitas hidup kita, layanan tersebut tidak diperlukan untuk mempertahankan standar hidup dasar kita," kata Kantenga.
Konstruksi dan Manufaktur
Kepala ekonom di ZipRecruiter Industri, Julia Pollak menyebut, industri yang membutuhkan banyak modal seperti manufaktur dan real estat, juga cenderung menderita karena kurang tahan terhadap resesi.
"Itu bisa terjadi pada resesi berikutnya, mengingat kenaikan suku bunga dan rekor inflasi tertinggi yang kita lihat saat ini," tambah Pollak.
Menurut data dari Biro Statistik Tenaga Kerja Konstruksi dan manufaktur Amerika Serikat, konstruksi dan manufaktur mengalami penurunan yang cukup besar dalam pekerjaan selama ‘Great Recession’ yang berlangsung dari 2007 hingga 2009.
Pollak memperkirakan bahwa industri-industri ini akan mengalami penurunan serupa jika resesi akan segera terjadi karena orang cenderung menunda pembelian besar seperti rumah dan mobil baru selama penurunan ekonomi.
Namun, Kepala Ekonom di Economic Innovation Group, Adam Ozimek mengungkapkan akan sulit untuk memprediksi dengan pasti apa yang akan terjadi selama penurunan ekonomi berikutnya, berdasarkan resesi masa lalu.
"Ini adalah ekonomi yang benar-benar aneh. Saya tidak yakin sejarah masa lalu akan menjadi panduan yang berguna bagi kami," ujarnya.
Meski begitu, Ozimek optimis bahwa bank sentral akan berusaha menekan inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi tanpa memicu resesi dan pengangguran yang tinggi.
"Saya rasa belum waktunya untuk panik. Risiko resesi itu nyata, tetapi saya pikir ada juga peluang yang sangat bagus bahwa kita tidak mengalami resesi sama sekali."
Reporter Magang: Hana Tiara Hanifah
(mdk/idr)