Ini Faktor Penyebab Menurunnya Kinerja Industri Gula di Indonesia
Ketua Umum Dewan Pembina DPP Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) HM Arum Sabil mengeluhkan kondisi industri gula yang saat ini menunjukkan penurunan kinerja. Salah satu bukti yakni jumlah produksi gula yang menurut dia mengalami penurunan.
Ketua Umum Dewan Pembina DPP Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) HM Arum Sabil mengeluhkan kondisi industri gula yang saat ini menunjukkan penurunan kinerja. Salah satu bukti yakni jumlah produksi gula yang menurut dia mengalami penurunan.
Dia menuturkan, berdasarkan catatan sejarah, industri gula telah menjadi industri tertua dan unggulan sejak jaman kolonialisme. Pada era sebelum Perang Dunia II tahun 1930-1940, pulau Jawa menjadi salah satu penghasil gula terbesar di dunia, sekaligus sebagai pengekspor gula terbesar kedua setelah
Kuba.
-
Di mana Gudeg Jogja Bu Iin berada? Sebuah kedai angkringan di Perumahan Taman Kota, Jakarta Barat, menjadi buruan para pecinta kuliner di ibu kota.
-
Apa yang dibahas Indonesia di Sidang Umum ke-44 AIPA di Jakarta? “AIPA ke-44 nanti juga akan membahas persoalan kesejahteraan, masyarakat, dan planet (prosperity, people, and planet),” kata Putu, Rabu (26/7/2023).
-
Kapan Sahrul Gunawan diwisuda? Alhamdulillah, guys! Hari ini, Selasa, 21 November 2023, setelah sukses banget lulus sidang tesis bulan April kemarin, kita semua merayakan Wisuda Magister Ilmu tafsir Al Quran universitas PTIQ yang pertama.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Apa fungsi utama Gedung Kesenian Jakarta saat ini? Saat ini, gedung tersebut masih aktif digunakan sebagai lokasi pertunjukkan seni khas nusantara maupun luar negara.
-
Siapa cawapres termuda di Indonesia? Gibran Rakabuming Raka dan Prabowo Subianto sementara ini menjadi pemenang Pilpres versi quick count. Gibran Rakabuming Raka dan Prabowo Subianto sementara ini menjadi pemenang Pilpres versi quick count. Hal ini membuat Gibran menjadi Wakil Presiden termuda sepanjang sejarah Indonesia.
Pada waktu itu, pabrik gula di Indonesia bisa menghasilkan hingga 3 juta ton per tahun dengan luas areal lahan tebu sebesar 200.000 hektare.
"Kita kejayaan luas area tebu 200 ribu hektare produksi 2,9 juta ton hampir 3 juta ton. Tahun 1930. Waktu itu dikenal pengekspor terbesar kedua setelah Kuba," ungkapnya, dalam diskusi di Jakarta, Jumat (28/6).
Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang saat ini sedang berjalan. Saat ini luas lahan tebu sekitar 400.000 hektar. Namun produksi gulanya malah turun. Diketahui pada tahun 2018 capaian produksi gula nasional mencapai 2,1 juta ton.
"Di zaman modern luas areal kita berkurang. Tiga tahun kalau 470.000 ha bisa 500.000 ha. tiga tahun belakangan ini jadi luas 400.000 ha, berkurang hampir 70.000 ha," ujar dia.
Dia membeberkan sejumlah faktor yang menyebabkan turunnya industri gula di tanah air. Salah satunya disebabkan belum sinergisnya kebijakan pemerintah dengan arah pemberdayaan pertanian tebu.
"Karena tampaknya tidak ada sinergi kebijakan pemerintah dengan arah bagaimana pemberdayaan pertanian. Dan pertanian tebu belakang ini tidak memiliki nilai ekonomi bagi petani sehingga semangat menanam tebu menjadi runtuh. Itu yang buat luas lahan menurun," tandasnya.
Selain itu masalah efisiensi pabrik tebu juga menjadi faktor turunnya industri gula tanah air. "Kenapa pada tahun 1930 itu luas 200 ribu ha tapi bisa menghasilkan 3 juta ton? Karena waktu itu punya efisiensi yang sangat tinggi. Rendemennya 12-14 persen," kata dia.
Faktor berikut yang dia sebut menjadi penyebab, yakni tidak berkembang lembaga riset dan penelitian. Padahal lembaga riset menjadi ujung tombak yang menghasilkan varietas-varietas tebu unggul.
"Saat ini walaupun areal hampir 2 kali lipat, yang terjadi saat ini krisis variasi unggul. Lembaga riset seperti Pusat Penelitian Gula Indonesia di Pasuruan, varietas tebu sampai hampir di atas 5.000 tidak dikelola karena para peneliti dibiarkan terlantar, karena sibuk dengan urusan ekonominya dan lembaga riset ini dibiarkan merana," jelasnya.
"Padahal kita tahu negara-negara produsen gula terbesar di dunia, bisa memiliki daya saing dan maju karena penelitian dan lembaga riset dijadikan garda terdepan," imbuhnya.
Baca juga:
Produksi Pabrik Gula Terbesar Indonesia di Bombana Ditarget Bisa Ekspor
Impor Gula Naik Tajam Hingga 216,99 Persen di Februari 2019
Soroti Impor, Prabowo Minta DPR Cek Kondisi Pabrik Gula
Jokowi Minta Petani Tebu Beri Waktu Seminggu untuk Bahas Kenaikan Harga Gula
Bertemu Jokowi, Petani Minta Harga Gula Naik Menjadi Rp 10.500 Per Kg
Ini Alasan Pengusaha Masih Butuh Gula Impor