Istri bos perusahaan migas asing ini lolos seleksi capim KPK
Nama Nina sudah tidak asing di industri migas nasional karena telah berkarir selama 29 tahun di Pertamina.
Nina Nurlina Pramono, menjadi salah satu srikandi peserta calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Nina saat ini telah lolos seleksi tahap tiga capim KPK. Nama perempuan kelahiran 17 Agustus 1958 ini di kalangan pelaku industri minyak dan gas (migas) sudah tidak asing lagi.
Pasalnya, alumnus Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada (UGM) ini sempat menampakkan karirnya di PT Pertamina (persero) sebagai auditor keuangan sejak 1985. Sebelum berkarir di industri migas, Nina terlebih dahulu memulai karirnya di Industri Pesawat Terbang PT Nurtanio bagian Bidang Perencanaan selama kurang lebih empat tahun. Selama 21 tahun, Nina mengabdi di Pertamina bagian internal audit lantaran latar belakang pendidikannya adalah akuntansi.
Karir Nina di Pertamina pun moncer, terbukti dirinya didapuk menduduki jabatan Kepala Divisi Investigation di mana posisi tersebut serupa dengan tugas KPK. Di 2006, perempuan yang juga lulusan dari University of Kentucky, USA ditugaskan untuk membangun pusat pendidikan di mana pesertanya merupakan seluruh karyawan dari Pertamina.
Pusat pendidikan yang dia beri nama Pertamina Learning Centre tersebut fokus mempersiapkan SDM yang mampu membawa perubahan terhadap Pertamina saat itu dengan visi misi profit oriented, mengedepankan integritas dan bersih juga memberikan pelayanan terbaik untuk para stakeholdernya.
Tiga tahun fokus di Pertamina Learning Centre, ibu tiga orang anak ini bergeser menjadi Kepala Divisi People Management Pertamina. Namun, di tengah puncak karirnya pada 2010, Nina mengalami dilematis.
Pasalnya, sang suami Hardy Pramono, mendapatkan jabatan sebagai pimpinan di salah satu perusahaan migas asing yang notabenenya selama 47 tahun dipegang orang bule. Nina pun memilih untuk melepas jabatan yang tengah dia pegang di Pertamina dan beralih mendampingi suaminya.
Meski demikian, dia tak hanya diam di rumah. Nina mendirikan sebuah Yayasan untuk membantu anak-anak kurang mampu dalam memperoleh pendidikan. Hingga saat ini, dia masih berkecimpung di dalamnya.
Seperti diketahui, Hardy Pramono mencatatkan namanya dalam sejarah setelah ditunjuk menjadi President & General Manager Total E&P Indonesie (TEPI). Dia menggantikan Elisabeth Proust yang pindah tugas dan akan memimpin Total E&P Nigeria.
Hardy sudah menjalankan tugas baru di jajaran petinggi perusahaan migas Prancis ini sejak 14 Januari 2014. Sebelumnya dia menjabat sebagai Executive Vice President of Operations & East Kalimantan District Manager TEPI di Balikpapan. Saatritu, Handy juga tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang duduk di jabatan tertinggi di East Kalimantan District TEPI. Saat ini, dia juga menjadi orang Indonesia pertama yang memimpin salah satu afiliasi Total SA.
Handy mengklaim, perusahaan multinasional ini 97 persen karyawannya orang Indonesia. "Jadi walaupun 100 persen sahamnya dimiliki oleh perusahaan multinational, TEPI juga layak disebut sebagai perusahaan Indonesia," ucap Hardy melalui siaran pers yang diterima merdeka.com.