JK nilai rasio subsidi Indonesia masuk tahap bahaya
Besaran subsidi Indonesia saat ini mencapai 22 persen dari total belanja negara.
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, mengatakan, besaran subsidi Indonesia terlalu besar. Komposisi subsidi saat ini, menurutnya, mencapai 22 persen dari anggaran belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Idealnya, besaran subsidi itu hanya 10 persen dari total belanja negara. "Subsidi itu memang penting, tapi kalau subsidi 22 persen dari APBN kan berat, idealnya sekitar 10 persen saja," ungkap Kalla di Hotel JW Marriott, Jakarta, Senin (27/1).
Menurut JK, subsidi ke Bahan Bakar Minyak (BBM) sudah masuk dalam rasio yang berbahaya dan belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Bahkan, JK melihat, tren subsidi BBM semakin meningkat.
"Subsidi yang harus harus dikurangi pemerintah itu ya BBM, tapi kalau beras harus tetap, pupuk juga jangan dikurangi," tegas Kalla.
Subsidi non energi sendiri dialokasikan dalam APBN 2014 sebesar Rp 51,6 triliun. Dengan demikian total subsidi, energi dan non energi sebesar Rp 333,7 triliun.
JK menilai, alokasi subsidi BBM bisa dialihkan ke sektor lain pendukung pembangunan. "Subsidi BBM dikurangi, dialihkan ke infrastruktur, tidak boleh masuk ke gaji pegawai dan hal lain yang tidak penting, lebih baik masuk buat bangun waduk, bangun bendungan, biar tidak banjir lagi," tutup Kalla.
Seperti diketahui, komposisi subsidi Indonesia ialah subsidi energi Rp 282,1 triliun yang terdiri dari subsidi BBM sebesar Rp 210,7 triliun dan subsidi listrik Rp 71,4 triliun. Total belanja APBN pada 2014 sekitar Rp 1.842,5 triliun.