Kaum Ekonomi Kelas Menengah, Jangan Lakukan Ini Jika Ingin Kaya
Menghabiskan uang demi penampilan akan menjadi kehancuran terbesar.
Masyarakat ekonomi kelas menengah justru lebih sering menghabiskan uang hanya untuk terlihat hebat di masyarakat.
Kaum Ekonomi Kelas Menengah, Jangan Lakukan Ini Jika Ingin Kaya
Kaum Ekonomi Kelas Menengah, Jangan Lakukan Ini Jika Ingin Kaya
Seringkali seseorang tidak sadar bahwa setiap keputusan finansial yang diambil, membuatnya tidak pernah keluar dari jerat ekonomi kelas menengah.
Ahli perencana keuangan, Christopher William berpandangan, masyarakat ekonomi kelas menengah justru lebih sering menghabiskan uang hanya untuk terlihat hebat di masyarakat.
- Sosok Keluarga Bunuh Diri di Malang di Mata Tetangga Dikenal Baik, Secara Ekonomi Cukup
- Ekonom: Kenaikan Gaji PNS Lebih Tinggi dari Pertumbuhan Ekonomi, Bisa Picu Kesenjangan Sosial
- Ekonom: Kenaikan Gaji PNS 2024 Jadi Beban Berat APBN
- ASN Kelurahan Kelapa Gading Barat Paksa PPSU Utang Pinjol Belum Dicopot
"Satu kebiasaan paling merusak adalah menghabiskan uang melebihi pendapatan Anda," kata Christopher dikutip Go Banking Rates, Minggu (12/11).
Berikut beberapa kebiasaan yang patut dihindari oleh masyarakat ekonomi kelas menengah:
Banyak masyarakat kelas menengah saat ini menjadi membership di banyak toko ritel, pusat kebugaran, atau berlangganan setiap aplikasi online.
"Ini mungkin terlihat murah, tapi ketika biaya ini terakumulasi, itu akan menjadi pengeluaran yang signifikan. Misalnya, jika Anda berlangganan beberapa platform streaming tetapi hanya menonton sesekali, Anda mungkin juga mengeluarkan uang terlalu banyak untuk hiburan," kata pakar keuangan, Jonathan Merry.
2. Investasi untuk Barang Bernilai Susut
Tidak sedikit juga masyarakat ekonomi kelas menengah membeli barang-barang bernilai susut. Misalnya saja, membeli sepeda motor, mobil, ponsel, dan sebagainya. Semua itu bisa menghambat Anda untuk menabung atau berinvestasi agar keluar dari jerat ekonomi kelas menengah.
Perencana keuangan Shirshikov mengatakan, menghabiskan uang demi penampilan akan menjadi kehancuran terbesar.
"Pengeluaran emosional yang didorong oleh keinginan untuk mengimbangi teman sebaya atau tekanan masyarakat bisa sangat merugikan," ujarnya.
Dia bercerita memiliki kolega dengan gaji ratusan juta, namun keuangannya tidak berkembang, atau bisa dikatakan hidupnya tergantung dari gaji ke gaji. Penyebabnya, kebutuhan terus-menerus untuk melakukan upgrade, baik itu gawai, liburan, atau bahkan lemari pakaian. Semua itu yang dilakukan rekan-rekan dan tetangganya.