Kebutuhan Garam Nasional Terus Meningkat, Begini Teknologi Bisa Genjot Produksi Petani
Teknologi yang dikembangkan berupa pengenalan cuaca, teknologi ulir filter (TUF) dan kristalisasi garam berbahan bakar briket rakyat.
Program pengenalan cuaca merupakan peningkatan kapasitas petani garam untuk melakukan pemantauan awan agar dapat melakukan prediksi cuaca secara mandiri.
Kebutuhan Garam Nasional Terus Meningkat, Begini Teknologi Bisa Genjot Produksi Petani
Kebutuhan Garam Nasional Terus Meningkat, Begini Teknologi Bisa Genjot Produksi Petani
Produksi garam di Indonesia kian menurun. Sementara jumlah kebutuhan garam setiap tahunnya selalu meningkat.
Produksi garam di Kabupaten Bangkalan saja hanya 740 ton dari target yang ditetapkan yakni 4.000 ton atau hanya 18,5 persen dari target Kabupaten Bangkalan.
- Serius Bangun Sains & Teknologi, Ganjar-Mahfud akan Kumpulkan Para Ilmuwan
- Kemendagri Ungkap Enam Prioritas Utama Dalam Membangun Kota Cerdas dan Tangguh
- Pakai Teknologi Ini, Produktivitas Petani Melonjak Hingga 4 Kali Lipat dan Tahan Perubahan Iklim
- Ganjar Dorong Petani Milenial Manfaatkan Teknologi Tingkatkan Produksi Pertanian
Melihat fakta ini, perusahaan migas PHE WMO mengembangkan inovasi Salt Centre Terintegrasi untuk mempersiapkan petani garam bertahan di tengah ketidakpastian cuaca. Teknologi yang dikembangkan berupa pengenalan cuaca, teknologi ulir filter (TUF) dan kristalisasi garam berbahan bakar briket rakyat (Pengembangan Siram Berbakat).
Program pengenalan cuaca merupakan peningkatan kapasitas petani garam untuk melakukan pemantauan awan agar dapat melakukan prediksi cuaca secara mandiri. Kelompok penerima manfaat dilatih untuk mengakses data cuaca pemerintah sebagai data sekunder dan membuat laporan harian pengamatan cuaca.
Pengamatan cuaca dilakukan dengan menggunakan teropong binocular, windsocks dan juga anemometer untuk memastikan kondisi cuaca berdasarkan kondisi awan, arah angin dan juga kecepatan angin.
Selain itu, penerapan Teknologi Ulir Filter ini dilakukan dengan cara memodifikasi petak garam yang dibuat secara berulir untuk mempercepat laju air agar lebih cepat tua sehingga mempercepat proses kristalisasi garam.
merdeka.com
Jika dengan menggunakan metode konvensional proses kristalisasi air tua membutuhkan waktu 21-28 hari, dengan adanya teknologi ulir filter mampu mempercepat proses kristalisasi mencapai 14 hari. Teknologi Ulir Filter ini juga memanfaatkan limbah padat Non B3 PHE WMO berupa pipa sebanyak 0,34785 ton.
Desa Banyusangka memiliki kawasan TPI terbesar di Kabupaten Bangkalan, di sisi lain kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan juga masih rendah dan seringkali membuang sampah sembarangan.
Banyusangka yang berada di kawasan pesisir juga mendapatkan banyak sampah kiriman dari arus laut, bahkan kondisi ini juga menyebabkan banjir di Desa Banyusangka.
Pada 2022, PHE WMO telah melakukan inovasi rumah garam portable dan alat cuci garam untuk meningkatkan produksi dan kualitas garam, di mana capaian produksi yakni sebesar 32 ton. Kualitas garam rakyat juga meningkat dengan indikator pengukuran kadar NaCl dari sebelumnya 56,12 persen menjadi 94,07 yang telah memenuhi standar garam konsumsi/ garam meja.
Sedangkan pada tahun 2023, melalui inovasi yang telah dikembangkan untuk meningkatkan kuantitas produksi garam rakyat nyatanya telah berhasil meningkatkan produksi garam mencapai 54 ton.
PHE WMO berupaya mendukung produksi garam nasional dengan memberdayakan petani garam di Desa Banyusangka, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan melalui inovasi dan pengembangan teknologi sehingga usaha garam rakyat semakin efisien, berkualitas dan menjadi komoditi strategis yang dapat meningkatkan kesejahteraan petambak garam dan masyarakat.
"Kami ingin keberadaan kami membawa nilai manfaat kepada pemangku kepentingan, khususnya masyarakat di sekitar wilayah operasi. Ini sejalan dengan komitmen perusahaan untuk mendukung kinerja keberlanjutan melalui program Environmental, Social & Governance (ESG) dan mendukung pemerintah mencapai target agenda internasional khususnya Sustainable Development Goals, dimana program ini utamanya berkontribusi pada tujuan no. 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi,” ujarnya.
Garam yang diproses dengan evaporasi dengan memanfaatkan briket ini juga memiliki hasil yang lebih putih dan halus. Inovasi ini juga mampu meningkatkan kapasitas produksi mencapai 50kg per hari.
Field Manager PHE WMO, Markus Pramudito menjelaskan untuk menjaga stabilitas harga berupa pengembangan HUB 'Jaringan Kerjasama Petani Garam Rakyat'. Melalui inovasi ini, petani garam tidak hanya dari Desa Banyusangka tetapi desa sekitar lainnya seperti Desa Tlangoh juga bekerjasama dengan BUMDes Wijaya Kusuma dalam proses distribusi garam.