Kelebihan SBN Ritel ORI18 Dibanding Instrumen Investasi Lain
Pemerintah baru saja meluncurkan Surat Berharga Negara (SBN) ritel ORI18. Penerbitan surat berharga ini merupakan langkah pemerintah untuk membiayai defisit APBN akibat dampak pandemi Covid-19.
Pemerintah baru saja meluncurkan Surat Berharga Negara (SBN) ritel ORI18. Penerbitan surat berharga ini merupakan langkah pemerintah untuk membiayai defisit APBN akibat dampak pandemi Covid-19.
Dengan tingkat kupon sebesar 5,7 persen per tahun, masyarakat yang berminat berinvestasi pada instrumen ini bisa mulai memesannya secara daring. Berbeda dengan instrumen investasi lain, SBN ritel ORI18 memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya, dari segi keamanan.
-
Siapa yang berpendapat kemudahan dalam pembelian SBN bisa menggugah masyarakat untuk berinvestasi? Direktur Jaringan dan Layanan BRI Andrijanto berharap kemudahan dalam pembelian dan akses terhadap SBN semakin menggugah masyarakat untuk berinvestasi dan berkontribusi terhadap pembangunan Indonesia.
-
Bagaimana Kementerian Investasi meyakinkan investor tentang kelanjutan proyek IKN? “Saya tidak melihat dalam waktu yang singkat ini, itu berpengaruh (investasi di IKN),” kata Nurul dilansir Antara, Selasa (4/6).
-
Bagaimana Tavan mengawasi investasi di sektor swasta di IKN? Tugas utamanya adalah mengawasi investasi di sektor swasta di wilayah IKN dan juga bertindak sebagai penghubung antara para investor dari luar negeri.
-
Bagaimana Indra Kenz, Doni Salmanan, dan Wahyu Kenzo mempromosikan investasi bodong mereka? Indra Kenz kerap membuat konten yang memamerkan harta seperti rumah mewah, mobil sport hingga fashion branded.
-
Apa yang dimaksud Jokowi dengan 'Membeli Masa Depan' ketika berbicara tentang investasi di IKN? "Investasi di IKN Nusantara ini adalah membeli masa depan," ujar Jokowi di IKN, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (4/6).
-
Bagaimana Pertamina dan Kemendag melakukan penyegelan SPBU? Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan didampingi Direktur Pemasaran Regional Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo melakukan penyegelan dispenser SPBU 34.41345 Jalan Tol Jakarta – Cikampek (Japek) Rest Area KM 42, Wanasari, Telukjambe Barat, Karawang, Jawa Barat.
"ORI18 ini diterbitkan pemerintah, jadi insyaAllah aman. Kalau di luar mungkin banyak yang abal-abal, nah, ini diterbitkan pemerintah," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Luky Alfirman saat meluncurkan ORI18 secara virtual, Kamis (1/10).
Keunggulan lainnya ialah kemudahan dalam pembelian. ORI18 dapat diperoleh secara daring sehingga investor yang berminat hanya perlu mengaksesnya melalui gadget seperti smartphone atau laptop. Luky bilang, dulu jika investor ingin memberi SBN ritel, mereka harus datang ke bank. Bank pun hanya melayani di kota-kota besar saja, tidak bisa menjangkau ke kota kecil.
"Kemudian, return ORI18 ini sebesar 5,7 persen dan sifatnya fix. Dan kita juga kerjasama dengan mitra distribusi yang ikut memasarkan ORI18 ini, yaitu bank, bursa efek, dan fintech," ujar Luky.
Selain itu, investasi melalui SBN ritel tidak cuma sekadar menanam modal dan memanennya di masa depan, namun turut berkontribusi dalam pemulihan ekonomi nasional.
Luky menjelaskan, penyebab melebarnya defisit APBN dikarenakan pemerintah menggelontorkan dana untuk mengatasi masalah kesehatan, sebagai jaring pelindung sosial dan dukungan terhadap dunia usaha terutama UMKM di tengah pandemi. Dengan berinvestasi di ORI18, maka investor turut membantu pemerintah dalam pembiayaan defisit APBN tersebut.
"Jadi ini keunggulan yang tidak dimiliki investasi lain sekaligus kita bangun negeri, tangani covid, bantu pemulihan ekonomi dari pandemi," kata Luky.
Reporter: Athika Rahma
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Pemerintah Resmi Luncurkan SBN Ritel ORI18
Pemerintah akan Terbitkan SBN Ritel ORI18, Tingkat Kupon 5,7 Persen
BI Serap SBN Rp 183,48 Triliun Lewat Skema Burden Sharing II
Per 15 September, BI Beli SBN di Pasar Perdana Rp 48,03 Triliun
Bos OJK Catat Tren Pasar Saham dan SBN membaik per 26 Agustus 2020
Bank Indonesia Beli SBN Pasar Perdana Rp125 Triliun