Kenaikan Inflasi AS akan Pengaruhi Permintaan Ekspor RI
Inflasi Amerika Serikat (AS) kembali melonjak ke angka 9,1 persen (y-on-y) ini merupakan lonjakan yang sangat tinggi selama 40 tahun terakhir. Semula inflasi AS diperkirakan mencapai 8,8 persen akan tetapi ramalan itu melesat dan menjadi 9,1 persen.
Inflasi Amerika Serikat (AS) kembali melonjak ke angka 9,1 persen (y-on-y) ini merupakan lonjakan yang sangat tinggi selama 40 tahun terakhir. Semula inflasi AS diperkirakan mencapai 8,8 persen akan tetapi ramalan itu melesat dan menjadi 9,1 persen.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, ada 3 dampak tingginya inflasi AS yang bisa mempengaruhi ekonomi di Indonesia. Pertama inflasi di AS membuat tekanan pada sisi permintaan ekspor produk Indonesia baik komoditas maupun olahan produk.
-
Kapan inflasi terjadi? Inflasi terjadi ketika harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan yang terus-menerus dalam suatu periode waktu tertentu hingga mengurangi daya beli uang.
-
Apa itu inflasi? Sekadar informasi, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa, yang berdampak pada biaya hidup.
-
Kapan penurunan inflasi AS terjadi? Berdasarkan data terbaru, harga Bitcoin (BTC) berhasil stabil di atas angka USD 65.000 dan sempat menyentuh USD 66.000 setelah mengalami volatilitas sepanjang pekan ini. Per hari ini, 18 Mei 2024 Bitcoin menyentuh harga USD 66.967.
-
Apa saja penyebab utama inflasi? Salah satu penyebab utama inflasi adalah ketika permintaan barang dan jasa melebihi penawarannya. Jika banyak orang berusaha membeli produk atau menggunakan jasa yang terbatas, hal ini dapat menyebabkan kenaikan harga.
-
Bagaimana inflasi mempengaruhi nilai investasi? “Inflasi juga dapat memengaruhi nilai tukar. Negara-negara dengan tingkat inflasi rendah biasanya mengalami apresiasi nilai mata uang dibandingkan negara-negara dengan inflasi yang lebih tinggi,” ujar Kar Yong Ang.
-
Mengapa populasi alap-alap Amerika menurun? Menurut Survei Pembiakan Burung Amerika Utara, antara tahun 1966 dan 2019, populasi alap-alap mengalami penurunan sebesar 1,41% setiap tahun, menyebabkan penurunan total sekitar 53% selama 60 tahun terakhir.
"Konsumen di AS akan mengurangi pembelian barang impor dan cenderung lebih banyak berhemat akibat pelemahan daya beli," ujar Bhima, kepada merdeka.com, Senin (25/7).
Kedua, transmisi di pasar keuangan perlu dicermati karena investor akan beralih ke aset yang lebih aman menghindari risiko stagflasi dan resesi di AS. "Aset seperti dollar AS akan diincar sebagai safe haven dan ini akan memukul stabilitas kurs rupiah,"terangnya.
Ketiga, inflasi yang tinggi akan direspon oleh The Fed dengan kenaikan tingkat suku bunga yang tajam sehingga berdampak pada semakin cepatnya Bank Indonesia (BI) menyesuaikan tingkat suku bunga acuan. "Cost of fund pelaku usaha dan masyarakat umum dalam melakukan pinjaman akan naik dan hambat ekspansi usaha," tambah Bhima.
Baca juga:
Terungkap, Ini Alasan Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan di 3,50 Persen
Ganjar Gencarkan Diversifikasi Pangan Kelompok PKK Demi Tekan Inflasi di Jateng
Strategi 5 Negara di ASEAN Tekan Inflasi, Termasuk Indonesia
Ada Lonjakan Inflasi, IMF Bakal Revisi Pertumbuhan Ekonomi Global
Respons BI Soal IMF Minta Bank Sentral Dunia Naikkan Suku Bunga Acuan Hadapi Inflasi
Gara-Gara Cabai, Inflasi Juli 2022 Diperkirakan Capai 0,59 Persen