Ketua INSA Soroti Persaingan Tidak Sehat dalam Industri Pelayaran
Tantangan yang dihadapi pelayaran nasional, termasuk persaingan yang tidak sehat akibat keterlibatan BUMN yang tidak memiliki inti bisnis di sektor pelayaran.
Industri pelayaran nasional menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, baik antar perusahaan swasta maupun dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Namun, di balik itu semua sektor ini juga menyimpan sejumlah peluang besar yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Ketua Umum Indonesian National Shipowners’ Association (INSA), Carmelita Hartoto menyoroti tantangan yang dihadapi pelayaran nasional, termasuk persaingan yang tidak sehat akibat keterlibatan BUMN yang tidak memiliki inti bisnis di sektor pelayaran.
- Tak Hanya Industri, Kemasan Rokok Polos Tanpa Merek Buat Pedagang Asongan hingga Petani Rugi
- Tindak Perusahaan Tunggak Iuran, BPJS Ketenagakerjaan Batam Serahkan Surat Kuasa Khusus ke Kejari Batam
- Kedekatan Para Pelajar dengan Ibu Kantin jadi Sorotan, Beri Pelukan Hangat Usai Lulus Sekolah Bikin Haru
- Bukan Hanya Kendaraan, Petugas Juga Bakal Tes Kesehatan Sopir Jelang Mudik
"Kita ingin agar iklim usaha pelayaran nasional tetap kondusif dan persaingan yang sehat dengan mengedepankan kolaborasi antara perusahaan-perusahaan pelayaran niaga nasional baik swasta nasional maupun dengan BUMN," ujarnya dalam Ngobrol Santai bersama wartawan di Kantor DPP INSA, Rabu (18/12).
"Pelayaran BUMN dapat tetap angkut 30 persen dari produk mereka, sedangkan sisanya diberikan kesempatan kepada swasta nasional melihat target pemerintah terkait pertumbuhan ekonomi 8 persen, maka dibutuhkan sektor swasta nasional yang bertumbuh sehingga dapat berinvestasi untuk ikut mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," tambahnya.
Peluang di Sektor Pelayaran pada 2025
Meski menghadapi tantangan, sektor pelayaran nasional juga memiliki sejumlah peluang besar pada tahun 2025. Salah satunya adalah di bidang tug and barge, yang diperkirakan tetap tumbuh positif seiring meningkatnya kebutuhan sumber daya batubara dan nikel. Armada tug and barge akan tetap menjadi andalan untuk pengangkutan kedua komoditas ini.
Selain itu, peluang juga terlihat di sektor peti kemas domestik, yang mendapat dorongan dari komitmen pemerintah melalui program 8 Misi Asta Cita Kabinet Merah Putih. Program ini mencakup pengembangan infrastruktur yang mendukung logistik, energi, dan ekonomi kreatif.
"Ini dapat menjadi peluang besar bagi industri pelayaran container domestik," kata Carmelita
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 diproyeksikan mencapai 5,2 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2024 yang sebesar 5,1 persen. Pertumbuhan ini diharapkan berdampak langsung pada peningkatan kinerja sektor kontainer, yang sebagian besar didorong oleh konsumsi masyarakat.
Terakhir, sektor kapal tanker juga diproyeksikan tetap tumbuh, seiring dengan peningkatan penggunaan bahan bakar B40 yang direncanakan menjadi B50 pada tahun 2025. Perubahan ini akan membutuhkan lebih banyak angkutan FAME (Fatty Acid Methyl Ester) untuk mendukung distribusi bahan bakar ramah lingkungan tersebut.
Reporter Magang: Thalita Dewanty