Kilang apung LNG Blok Masela dinilai ancam penerimaan negara
Investasinya lebih mahal ketimbang pembangunan pipa laut.
Pembangunan kilang apung gas alam cair dinilai bakal kian menggerus pendapatan bagian negara di Blok Masela, Maluku. Sebab, investasinya lebih mahal ketimbang pembangunan pipa laut sepanjang 90 kilometer menghubungkan Lapangan Gas Abadi dan Pulau Selaru.
Haposan Napitupulu, Tenaga Ahli Bidang Energi Kementerian Koordinator Kemaritiman, mengatakan, biaya pembangunan Kilang LNG di Laut sekitar USD 23 miliar-USD 26 miliar. Taksiran ini mengacu pada biaya proyek serupa di Prelude-Australia.
-
Siapa Mbah Joget? Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, Mbah Joget sendiri merupakan seorang penari atau ronggeng pada masa kolonial Belanda.
-
Di mana lokasi Misis? Pernah ada masanya Misis, sebuah kota kuno yang telah berdiri kokoh selama 7.000 tahun di wilayah selatan Adana, Turki, dikenal sebagai kota abadi.
-
Di mana desa miskin tersebut berada? Salah satu desa miskin berada di Desa Cipelem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
-
Di mana lokasi Wisma Merapi Indah I? Secara administratif, penginapan itu berada di Padukuhan Kaliurang Barat, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Sleman.
-
Apa itu Miedes? Miedes merupakan makanan khas dari daerah Pundong, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kuliner ini banyak diburu wisatawan luar daerah karena cita rasanya yang pedas dan menggugah selera.
-
Dimana lokasi penemuan Batuan Sekis Mika di Karangsambung? Di daerah Karangsambung, Kebumen, terdapat sebuah batuan tua yang usianya mencapai 100 juta tahun. Batuan tersebut berlokasi di pinggir jalan penghubung antara Kecamatan Karangsambung dan Kecamatan Sadang, tepatnya di aliran Sungai Brengkok.
Sedangkan, biaya pembangunan kilang LNG di darat diperkirakan mencapai USD 16 milyar. Ini termasuk ongkos pembangunan pipa laut USD 1,2 milyar dan Floating Production Storage Offloading (FPSO) sekitar USD 2 miliar.
Ini mengacu pada biaya pembangunan 17 Kilang LNG darat. Sebanyak 16 diantaranya telah terbangun dan satu kilang masih dalam tahap perencanaan, Tangguh Train 3.
"Sehingga, secara keekonomian skenario LNG Laut lebih mahal, yang akan berakibat tingginya cost recovery atau semakin berkurangnya pendapatan bagian negara," katanya dalam siaran pers, Senin (25/1).
Saat ini, kata Haposan, bagi hasil Blok Masela setelah dikurangi cost recovery sebesar 60:40. Dimana 60 persen untuk pemerintah dan 40 persen kontraktor.
"Tujuan investor membangun kilang LNG Laut bukan karena faktor pendapatannya tergerus, melainkan untuk mendapatkan cost recovery setinggi mungkin," katanya.
"Riset kilang LNG Laut dilakukan oleh Shell, leading player di pembangunan LNG Laut. Implementasi pertama kali di dunia di lapangan Prelude-Australia. Sehingga jika kilang LNG Laut akan diimplementasikan juga di Masela, maka proyek Masela akan menanggung biaya riset yang telah dikeluarkan oleh Shell."
Selain itu, lanjut Haposan, Shell juga memproduksi refrigerant untuk kilang laut. "Sehingga komponen utama proses LNG hanya akan disuplai oleh Shell, tidak ada pilihan lain."
Kilang laut, kata Haposan, memberantkan industri petrokimia atau industri lain yang membutuhkan bahan baku gas. Sebab, proses regasifikasi membuat harga LNG lebih mahal sebesar USD 5-USD 6 ketimbang gas disalurkan lewat pipa.
"Sehingga LNG produk kilang LNG Laut akan di ekspor, khususnya ke Jepang, dalam rangka mengamankan security of supply."
(mdk/yud)