Kisah Haji Endang, Raup Jutaan Rupiah per Hari dari Jembatan di Karawang
Jembatan kayu yang dibangun berdampak besar bagi pergerakan ekonomi warga desa di Karawang.
Kisah Haji Endang, Raup Jutaan Rupiah per Hari dari Jembatan di Karawang
Modal ratusan juta yang digelontorkan Haji Endang Junaedi, untuk membangun jembatan kayu, berdampak besar bagi pergerakan ekonomi warga desa di Karawang, Jawa Barat.
Meski di awal, usulan Endang untuk membangun penyeberangan ditentang Pemerintah Kabupaten Karawang.
Dalam wawancara bersama SCTV, Endang bercerita, pertama kali dirinya membangun jembatan penghubung desa, setelah seorang tokoh masyarakat setempat menemuinya dan meminta bantuan Endang agar mau membangun akses penghubung antara desa satu dengan desa lainnya.
Sebab, desa tempat dia tinggal saat itu cukup terisolir.
-
Bagaimana cara Wawan memperbaiki jalan di Karanganyar? Dalam pengecoran jalan tersebut, Wawan mengajak para pemuda setempat. Selain itu ia juga mengajak perguruan silat PSHT setempat untuk memperbaiki jalanan tersebut.
-
Siapa yang membantu Wawan dalam memperbaiki jalan di Karanganyar? Dalam pengecoran jalan tersebut, Wawan mengajak para pemuda setempat. Selain itu ia juga mengajak perguruan silat PSHT setempat untuk memperbaiki jalanan tersebut.
-
Apa benda peninggalan dari Kerajaan Tarumanagara yang ada di Karawang? Salah Satu Peninggalan Tarumanagara Adalah Percandian Batujaya di Karawang.
-
Apa yang menarik dari Kawah Wurung? Salah satu wisata Bondowoso yang sayang dilewatkan begitu saja. Spot wisata ini mungkin tidak setenar Kawah Ijen, tapi pesona alamnya tak kalah indah.
-
Apa yang membuat Jembatan Kaca Kemuning Sky Hills menjadi istimewa? Mengutip dari pesonakaranganyar.karanganyarkab.go.id, jembatan kaca Kemuning Sky Hills menjadi jembatan kaca terpanjang di Jawa Tengah.
-
Apa yang menjadikan Gunung Karang istimewa? Sebagai salah satu gunung berapi kerucut, gunung tersebut kini tengah beristirahat dan berpotensi meletus kapan saja. Namun hal itu tak mengurangi keindahan dan pesonanya lewat berbagai daya tarik wisata pendakian dan religi yang dipercaya turun temurun.
Saat itu, tokoh masyarakat yang menemui Endang merekomendasikan pengadaan perahu penyeberangan. Endang bertanya anggaran yang sekiranya dibutuhkan untuk membuka akses tersebut. Tokoh tersebut menaksir biaya yang dibutuhkan sekitar Rp80 juta.
Endang menyanggupi permintaan tersebut. Beberapa hari kemudian, Endang dan tokoh masyarakat tersebut pergi ke kantor Pemkab Karawang untuk meminta pengadaan perahu penyeberangan yang akan menghubungkan desa satu dengan desa lainnya. Namun permintaan Endang ditolak.
Pihak Pemkab Karawang enggan ikut campur dengan proposal yang diajukan Endang.
Pemkab tidak ingin menanggung risiko jika terjadi sesuatu terhadap akses penyeberangan yang digerakan oleh Endang. Endang kemudian secara mandiri membangun perahu.
Dari taksiran awal pengadaan perahu sebesar Rp80 juta, nyatanya biaya tersebut tidak cukup. Endang meminjam uang kepada kerabatnya sebesar Rp200 juta.
Dari total uang yang berhasil dikumpulkan, Endang berhasil memiliki lebih dari 2 perahu kayu yang berfungsi menyeberangkan sepeda motor.
- Ketika Pegiat Wisata di Kutai Timur Belajar ke Desa Bonjeruk, Memahami Sapta Pesona
- Nenek Ini Pilih Wakafkan Tanah Berharga Miliaran Rupiah untuk Pemakaman Umum, Motivasinya Bikin Haru
- Ekonomi Terpuruk Sampai Pernah Dijuliki 'Raja Utang', Pria Ini Sukses Jadi Juragan Lele
- Kejar Cita-Cita Indonesia Emas di 2045, BRIN Gelar Pameran Riset Terbesar di NKRI
Hingga satu waktu, musibah menimpa Endang. Saat air sungai Citarum pasang, kapal perahu Endang terhantam sampah kayu besar. 23 unit sepeda motor yang berada di kapal tersebut jatuh ke sungai. Endang pun harus mengganti rugi.
Dari kejadian tersebut, Endang berpikir bahwa penyeberangan yang sebaiknya dibangun yaitu jembatan. Namun, modal yang dibutuhkan sangat besar. Dia kemudian memberanikan diri meminjam uang ratusan juta rupiah, ke bank milik negara.
Dari modal yang didapat, Endang membangun jembatan yang mana pada bawah jembatan tersebut merupakan susunan perahu-perahu milik Endang.
Sejak perahu kayu Endang beroperasi pertama kali di tahun 2010, hingga saat ini, perekonomian di desa setempat bergerak lebih baik. Dalam sehari, pendapatan Endang dari jembatan yang dia bangun mencapai Rp20 juta.
Endang menegaskan, bahwa pendapatan dari jembatan tersebut tidak dia nikmati seutuhnya. Sebagian besar penghasilan dari jembatan, dimanfaatkan juga oleh warga setempat yang bertugas menjaga keamanan para penyeberang.
Merdeka.com