Kisah Hidup Sederhana WNI Nikahi Pria China, Jualan Bakso Hingga Bakwan di China Utara
Meski hidup sederhana, pasangan WNi dan pria China ini sangat transparan soal uang.
Perbedaan budaya antara pasangan tersebut pun memunculkan keunikan tersendiri.
Kisah Hidup Sederhana WNI Nikahi Pria China, Jualan Bakso Hingga Bakwan di China Utara
Kisah Hidup Sederhana WNI Nikahi Pria China
Pernikahan warga negara Indonesia dengan orang asing selalu menarik untuk disimak. Perbedaan budaya antara pasangan tersebut pun memunculkan keunikan tersendiri. Salah satunya dialami Yenny, wanita asal Pontianak, Kalimantan Barat. Dengan hidup di China, Yenny menunjukan jika perempuan Indonesia sangat mandiri, di manapun berada.
- Momen Uji Coba Jembatan Kaca di China, Begini Cara Tes Ketahanannya Tak Main-Main Soal Keselamatan Pengunjung
- Kisah Hidupnya Bak Negeri Dongeng, Anak Penjual Ayam Goreng Dinikahi Putra Pejabat Kini Ternyata Bakal jadi Ibu Wapres
- Mahfud Ternyata Suka Tidur di Kuburan China
- Peribahasa China Bijak, Berisi Pepatah serta Jadi Warisan Tak Lekang oleh Waktu
Awal mula kisah ini yaitu saat Yenny menikah dengan Xiao Dong, pria asal Hebei, China Utara. Dalam vlog yang diunggah Yenny melalui akun youtube ‘Yenny di China’ menunjukan kehidupan Yenny, suami, dan mertuanya cukup sederhana. Tidak ada kemewahan pada hunian Yenny. Pekarangan rumah mereka juga sangat becek setiap kali hujan turun. Bahkan, pada satu vlog, Yenny, suami dan anaknya bernama Xixi hanya mengendarai kendaraan roda tiga, ketika mengunjungi teman Xiao Dong
Meski berbalut dalam kesederhanaan, Yenny dan suami sangat kompak setiap kali mereka berjualan makanan. Berbagai menu makanan khas Indonesia dijual oleh Yenny di toko mertuanya. Mulai dari cilok, bakwan, bakso isi telur puyuh, bakso daging sapi, dan sebagainya.
Satu waktu, Yenny mencoba untuk berjualan bakso sapi. Yenny tidak banyak menggunakan daging sapi, khawatir bakso dagangannya tidak habis terjual.
Seluruh proses memasak bakso dilakukan Yenny sendiri. Ketika bakso sudah matang direbus. Yenny bersama suami bergegas ke toko mertua Yenny yang berada di pinggir jalan.
Suami Yenny dengan cekatan menyiapkan meja, panci elektrik, setumpuk mangkung kertas, dan untuk beberapa bahan pelengkap bakso.
Lokasi toko tersebut memang strategis, hanya saja karena tempat Yenny dan keluarga bukan di pusat kota, lalu lalang masyarakat tidak terlalu ramai. Meski demikian, keduanya sabar menunggu pembeli. Hingga akhirnya satu persatu masyarakat datang membeli bakso Yenny yang dibanderol 5 Yuan atau sekitar Rp10.000 per porsi. Menjelang malam, bakso Yenny tersisa sedikit. Suami Yenny enggan menjualnya karena ingin mencicipi bakso tersebut.
Aktivitas Yenny berjualan dan selalu laris manis bukan hanya kali ini saja. Yenny dan suami pernah berjualan gulai ayam di sebuah perayaan kuil. Seperti biasa, Yenny mengolah sendiri gulai ayam tersebut. Usai memasak, suaminya dengan sigap menyiapkan gerobak kecil sebagai stall tempat mereka berdagang. Yenny juga menjual es teh khas Indonesia yang dia banderol 1 Yuan per gelas. Sejak siang hingga menjelang sore, Yenny dan suami telah menjual puluhan gelas es teh dan beberapa porsi gulai ayam.
Yenny mengaku sangat terharu karena dagangannya sangat disukai warga. Gulai ayam racikannya pun ludes terjual.
Ketekunan Yenny dan suami setiap berdagang menuai respons positif. Hal ini terlihat dari komentar penonton YouTube ‘Yenny di China’ dan warga lokal yang membeli makanan Yenny.
Yenny dan Xiao Dong bahkan saling terbuka dan transparansi terhadap manajemen keuangan. Satu hari, Yenny berdiskusi kepada Xiao bahwa ibunya yang berada di Pontianak akan berulang tahun. Yenny bertanya kepada Xiao Dong, berapa nilai uang yang akan ditransfer ke Indonesia.
"200 Yuan?" kata Xiao Dong. "200 Yuan cukup untuk beli kue," kata Yenny menimpali. "Di rumahmu banyak orang. Kalau begitu kasih 500 Yuan saja," jawab Xiao Dong. Dia kemudian mentransfer 500 Yuan untuk ibu mertuanya yang berada di Indonesia.