Kisah Sukses Heru, Petani Cabai dari Blitar yang Beromzet Ratusan Juta
Heru mengelola lahan sebesar 1 hektar. Lahan tersebut dibelikan orang tua Heru untuk dikeloanya.
Heru mengelola lahan sebesar 1 hektar. Lahan tersebut dibelikan orang tua Heru untuk dikeloanya.
Kisah Sukses Heru, Petani Cabai dari Blitar yang Beromzet Ratusan Juta
Petani Cabai dari Blitar yang Beromzet Ratusan Juta
Menjadi seorang petani biasanya banyak disepelekan orang. Sebagian orang bahkan merasa gengsi berprofesi sebagai petani. Berbeda dengan Heru Winoto, seorang warga Blitar justru sukses menjadi seorang petani.
Kisah dibalik kesuksesannya menjadi seorang petani disampaikan melalui Channel youtube Pecah Telur. Dirinya menceritakan awal mula memulai bertani hingga mampu membeli tanah dan kendaraan pribadi.
Heru memulai profesinya menjadi petani sebelum lulus SMA.
Dia diberi kepercayaan untuk mengerjakan lahan sendiri tanpa bantuan orang dari orang tuanya. Kepercayaan itu membuat Heru memilih untuk memulai bertani cabai.
Dia memilih bertani cabai karena panennya tidak hanya sekali. Jika tanaman dalam kondisi baik, maka cabai bisa dipetik hingga lima puluh. Hal ini berbeda dengan tanaman lain yang hanya satu kali panen dalam sekali tanam.
Hal ini berbeda dengan tanaman lain yang hanya satu kali panen dalam sekali tanam.
“Cabai kalau panen enggak cuma satu kali, kalau cabenya normal bisa lima puluh kali petik,” kata Heru pada Wawancara pada channel youtube Pecah telur, Rabu(15/11).
Dalam penanaman cabai, biasanya dapat dilakukan panen setelah tujuh puluh hari setelah penanaman.
Pertama kali panen biasanya cabai yang dapat dipanen hanya sedikit, berkisar sepuluh kilogram.
Dalam bertani, Heru mengelola lahan sebesar 1 hektar. Lahan tersebut dibelikan orang tua Heru untuk dikeloanya.
Tanaman yang banyak ditanam di lahan tersebut adalah cabai.
Penanaman cabai dilakukan secara bergantian tidak serempak satu hektar ditanami cabai. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kerugian.
Heru mengaku pernah mengalami kerugian karena melakukan penanaman cabai secara serempak.
Alhasil cabai yang dipanen dijual dengan harga pasaran yang rendah dan tidak balik modal.
“Dulu pernah serempak bangkrut, harga Cabai murah waktu itu,” kata Heru.
Dalam bertani cabai, banyak pengalaman yang didapatkan Heru.
merdeka.com
Manis asam bertani cabai sudah pernah dirasakan Heru. Dia pernah menjual cabai hingga Rp70.000 per kilogram (kg).
Tak hanya itu, dia juga pernah menelan pahitnya harga cabai yang dijual hanya Rp1.500 per kg. Tentu saja, harga cabai yang anjlok ini membuatnya menelan banyak kerugian.
Heru bilang, kalau harga jual cabai di atas Rp15.000 per kg, dia sudah dapat untung. Sebaliknya, kalau harga jual dibawah Rp15.000 sudah pasti buntung.
Pasang surut harga cabai ini tak lain dipicu cuaca dan daerah. Dalam bertani cabai, Heru tidak pernah mengenal kata libur. Walaupun harga turun Heru Tetap bertani cabai.
Heru mengatakan saat harga cabai naik, keuntungan yang didapatkan digunakannya untuk membeli hewan seperti sapi atau kambing.
Namun saat harga cabai jatuh dan rugi, hewan yang dibeli dijual kembali untuk dijadikan modal menanam cabai kembali.
“Waktu harga mahal diberikan sapi atau kambing, waktu harga murah dan mengalami men, kambing atau sapi dijual kembali,” kata Heru.
Kunci sukses yang ia tanamkan sebagai petani cabai adalah dengan tidak mudah menyerah. Meski mengalami kerugian, harus tetap tekun dalam menjalankan usaha.
“Kunci sukses seorang petani cabai adalah tidak menyerah,” kata Heru.
Saat ini, hasil dari bertani cabai Heru telah mampu membuka toko pertanian.
Dalam sekali panen Heru dapat menghasilkan lima kwintal cabai dengan uang yang didapat Rp15 juta.
Sementara itu, sekali tanam cabai, dia bisa memetik hingga lima puluh kali petikan.
Sehingga sekali menanam cabai Heru bisa mendapatkan penghasilan hingga ratusan juta.
merdeka.com