Kondisi mengenaskan industri ritel, laba anjlok hingga gulung tikar
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Dodi Budi Waluyo mengakui angka penjualan industri ritel mengalami pelemahan hingga Juni 2017. Hal ini menandai adanya penurunan daya beli masyarakat.
Industri ritel Indonesia nampaknya tengah menghadapi situasi sulit. Hal ini tercermin dari pertumbuhan industri ritel pada Bulan Ramadan 2017 mengalami penurunan 40-50 persen dibanding pertumbuhan tahun lalu.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), Roy N. Mandey menduga, kondisi ini terjadi dikarenakan bonus demografi Indonesia, di mana jumlah penduduk dengan usia produktif lebih besar dibanding usia muda dan usia tua. Sehingga belum terserap pada pekerjaan formil dengan upah yang layak.
-
Kapan Ririn Ekawati merayakan bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
-
Apa yang dirayakan Ririn Ekawati dalam acara peluncuran bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
-
Di mana Widodo merintis usaha kerajinan limbah kayu jati? Setelah pensiun tahun 1994, ia pindah ke Desa Tempurejo, Kabupaten Boyolali. Saat pensiun itulah Widodo merintis usaha kerajinan yang diolah dari limbah kayu jati.
-
Apa bisnis yang dirintis oleh Risma di Yogyakarta? Risma memulai usaha kecil-kecilan dari pre-order di rumah. Dari sinilah Risma mulai mengumpulkan modal sedikit demi sedikit hingga akhirnya memberanikan diri untuk membuka bisnis ramen.
-
Bisnis apa yang dijalankan Lesti dan Billar di bidang ekonomi kreatif? Salah satu bisnis utama Lesti & Rizky Billar adalah Leslar Entertainment, sebuah perusahaan di bidang ekonomi kreatif yang mengelola kanal YouTube yang sangat populer dengan jumlah pelanggan yang besar.
-
Dimana Forum Bisnis Indonesia-RRT digelar? Forum Bisnis Indonesia-Republik Rakyat Tiongkok resmi digelar di China World Hotel, Beijing, RRT pada Senin (16/10/2023) lalu.
"Sehingga mereka juga akibatnya bekerja sesuai dengan kemampuannya itu. Jadi ini sebagai akibat bonus demografis kita," katanya.
Ekonom mikro, James Adam menilai, salah satu faktor rendahnya pertumbuhan industri ritel serta maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap para pekerja ritel sejak awal 2017 adalah karena berkembang pesatnya belanja dalam jaringan (daring) atau online.
"Pelaku usaha ritel mengakui kesulitan dengan kondisi (belanja online dominasi belanja konvensional) yang tengah dialami industri jenis ini sampai merambat ke para pekerja ritel di-PHK akibat lemahnya daya beli masyarakat secara langsung ke ritel," katanya seperti dikutip Antara Kupang, Senin (17/7).
Namun, Roy mengatakan bahwa fenomena belanja secara online atau dalam jaringan yang kini meningkat bukan ancaman terhadap keberadaan mal, tetapi bila disinergikan dengan tepat malah akan membawa manfaat yang besar bagi keduanya.
"Adanya belanja daring jelas menjadi ancaman bagi pusat perbelanjaan konvensional, sehingga dalam hitungan bisnis harus ada revisi strategi dan daya saing" katanya.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Dodi Budi Waluyo mengakui angka penjualan industri ritel mengalami pelemahan hingga Juni 2017. Hal ini menandai adanya penurunan daya beli masyarakat.
"Kenapa konsumsi rendah karena angka ritel sales hanya 6,7 persen tumbuh dan Juni lalu alami turun. Tahun lalu 8 persen pada periode yang sama tahun lalu. Bulan Juni 3-4 persen. Semester pertama 3,6-3,8 persen," kata Dodi di Jakarta, Kamis (20/7) malam.
Menurutnya, ada beberapa penyebab daya beli masyarakat menurun. Di antaranya penyesuaian tarif listrik bersubsidi yang dilakukan oleh pemerintah, dan gaji ke-13 pegawai negeri sipil (PNS) yang baru cair pada bulan ini.
"Daya beli masyarakat terpengaruh tarif listrik dan penundaan gaji PNS aktif dari bulan Juni ke bulan Juli," imbuhnya.
Apapun penyebabnya, industri ritel Indonesia saat ini harus menelan pil pahit. Berikut kondisi industri ritel Tanah Air.
Baca juga:
Disebut daya beli masyarakat RI menurun, ini kata Darmin
Sudah tutup, 7-Eleven nunggak utang Rp 240 miliar ke Bank Mandiri
Pembeli sepi, pedagang Pasar Glodok pilih jualan online
CT: Satu Transmart butuh Rp 400 M, tahun ini akan bangun 30 lagi
Belanja online picu PHK ribuan pekerja ritel
5 Dampak mengejutkan hadirnya belanja online, termasuk PHK massal
4 Merek ini mati usai rasakan ketatnya persaingan bisnis di RI
Pasar Glodok tutup
Kios-kios di pusat penjualan barang elektronik, Pasar Glodok mulai banyak yang tutup. Toko elektronik yang buka pun tidak sebanding dengan jumlah pembeli yang datang.Â
"Lagi sepi bang. Sudah hampir dua bulan belakangan ini sepi," ujar pedagang laptop Yono di Pasar Glodok, Taman Sari, Jakarta, Sabtu (15/7).
"Tidak tahu juga (kenapa pengunjung sepi). Ya mungkin karena ada yang jualan online itu ya, jadi semuanya pada lari ke online," kata Yono.Â
Pantauan merdeka.com, suasana yang lebih lengang lagi akan terlihat bila pengunjung beranjak ke lantai yang lebih tinggi. Jumlah deretan toko yang ditutup makin banyak di tiap lantai.Â
Pedagang elektronik, Chandra mengatakan hal sama. Pasar yang dulunya ramai pedagang dan penjual barang elektronik sudah jadi gudang.
Menurutnya, sejak pindah dari Harco Glodok, para pedagang mengalami penurunan pengunjung dari waktu ke waktu. Bahkan, ada pedagang yang terpaksa gulung tikar akibat tak adanya pembeli.
"Sudah 4 tahun buka di sini. Menurun. Pada mulai tutup. Kayak yang depan saya ini, dulu buka setahun terus tutup lagi," katanya.
7-Eleven tutup
PT Modern International Tbk menutup seluruh gerai convenience store 7-Eleven di Indonesia. Penutupan gerai ini akan dilakukan pada 30 Juni 2017 lalu.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Rosan Roeslani angkat bicara terkait tutupnya seluruh gerai 7-Eleven di seluruh Indonesia. Menurutnya, hal ini terjadi karena adanya ketimpangan antara marjin pendapatan dan pengeluaran.
Menurutnya, kecilnya marjin pendapatan dari 7-Eleven dikarenakan gerai yang dikelola PT Modern 7-Eleven Indonesia ini lebih sering dijadikan tempat nongkrong. Sedangkan daya beli masyarakat di gerai ini kecil.
"Kadin lihatnya 7-Eleven (7-Eleven) mungkin bisnis modelnya kurang pas, karena marjin mereka tipis kan, tapi mereka sewa tempat besar, karena banyak dipakai nongkrong, tapi marjinnya tipis," kata Rosan di Jakarta, Minggu (25/6) malam.
Dia menambahkan, jika dibanding gerai lainnya, 7-Eleven jauh tertinggal. Volume pembelian masyarakat lebih besar di gerai Indomart dan Alfamart.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan tutupnya salah satu usaha ritel seperti 7-Eleven bukan disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat. Penutupan gerai ini disebabkan oleh model bisnis yang dilakukan oleh perusahaan tak sesuai dengan ritel.
"Kalau ada yang ngomong sampai 7-Eleven tutup, 7-Eleven itu mungkn bisnis modelnya enggak sesuai dengan bisnis model ritel," ujar Darmin di Gedung DPR-MPR, Jakarta, Kamis (6/7).
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Mandey mengatakan ada dua faktor besar penyebab PT Modern International Tbk tidak bisa mempertahankan keberadaan semua gerai convenience store 7-Eleven (7-Eleven) di Indonesia. Sekitar 133 gerai 7-Eleven yang tersebar di Jabodetabek, kata Roy, terpaksa tutup karena faktor internal dan faktor eksternal.
"Kalau kita lihat secara dalam, yang menyebabkan dari faktor internal adalah karena pada saat bersamaan waktu penyewaan toko-toko habis selama lima tahun. Otomatis pendapatan kurang dari pengeluaran," kata Roy, kepada Merdeka.com, Jakarta, Rabu (28/6).
Pengeluaran yang meningkat, kata Roy, menjadi beban internal. Apalagi kondisi saat ini industri ritel di Indonesia sedang terpuruk. "Karena memang situasi saat ini industri ritel dalam kondisi under perform," ujarnya.
Selain hal-hal tersebut, Roy juga memaparkan faktor eksternal yang menjadi penyebab bangkrutnya 7-Eleven. Diantaranya adalah faktor regulasi dari pemerintah yang tidak mendukung berkembangnya bisnis 7-Eleven di Indonesia.
"7-Eleven memang belum didukung perizinan yang memadai, di mana mereka masih berkutat di Jakarta saja," ungkapnya.
Padahal, jika pemerintah bisa merevisi izin usaha untuk 7-Eleven bisa membuat bisnis tersebut berkembang dan melakukan ekspansi ke daerah-daerah lain. Mengingat umur 7-Eleven di Indonesia yang sudah mencapai lebih dari lima tahun.
"Otomatis mereka tidak bisa berkembang," pungkasnya.
Laba Indomaret anjlok
Pemilik minimarket Indomaret, PT lndoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) mencatatkan penurunan laba yang mengejutkan. Mengutip laporan keuangan perusahaan di Bursa Efek Indonesia, laba DNET tercatat hanya Rp 30,5 miliar di semester I-2017. Angka ini turun sekitar 71 persen dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 105,4 miliar.
Padahal, pendapatan perusahaan di semester 1-2017 naik signifikan menjadi Rp 22,5 miliar atau jauh lebih tinggi dibanding periode sama tahun lalu yang hanya Rp 9,1 miliar.
Namun demikian, beban penjualan perusahaan juga naik dari Rp 4,58 miliar menjadi Rp 17,8 miliar. Beban umum dan administrasi juga meningkat dari Rp 21,86 miliar menjadi Rp 32,1 miliar.
Dari data itu, laba usaha perusahaan akhirnya merosot dari Rp 105,8 miliar di tahun lalu menjadi Rp 22,7 miliar.
Total aset perusahaan tercatat sebesar Rp 8,47 triliun atau naik tipis dibanding akhir tahun lalu yang hanya Rp 8,33 triliun. Sementara total liabilitas meningkat dari Rp 105,68 miliar menjadi Rp 243,13 miliar.