Korban kecelakaan pemudik tinggi, YLKI desak pengoptimalan kereta
Tulus menyebut tingginya angka korban kecelakaan pemudik Ramadan tahun ini sudah pantas disebut bencana nasional.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyebut tingginya angka korban kecelakaan lalu lintas musim mudik Lebaran tahun ini sebagai bencana nasional. Selama H-7 dan H+7 Mudik Lebaran, menurut Korlantas Mabes Polri, jumlah korban meninggal dunia karena laka lantas lencapai 628 orang, luka berat 1.028 orang, dan luka ringan 3.808 orang.
"Dengan korban masal seperti itu, sudah sangat pantas jika mudik Lebaran tak ubahnya sebagai bencana nasional!" ujar Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, dalam keterangan tertulisnya pada merdeka.com di Jakarta, Minggu (26/7).
Maka dari itu, YLKI mendesak pemerintah untuk memperbaiki dan memperbanyak akses angkutan umum di sektor darat, khususnya perkeretaapian. Angkutan kereta, menurut Tulus, lebih efisien dan aman.
"Jadi sungguh aneh bin ajaib jika Kemenhub mengklaim bahwa mudik Lebaran 2015 dinyatakan berhasil!" tegasnya.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan mencatat total kecelakaan, dari H-15 hingga H+2 Lebaran 2015, mencapai 3.950 kasus. Kecelakaan tersebut telah menimbulkan kerugian material sebesar Rp 10,15 miliar.
Dari data Kementerian Perhubungan, korban meninggal dunia mencapai 760 orang. Untuk korban luka ringan mencapai 4.677 orang dan korban luka berat 1.228 orang.
"Dari kecelakaan yang terjadi menyebabkan kerugian materi sebesar Rp 10,15 miliar," ujar Menteri Perhubungan Ignasius Jonan di Jakarta, Minggu (19/7).
Kecelakaan terbanyak terjadi pada H-8 Lebaran 2015 sebanyak 332 kasus dengan kerugian mencapai Rp 745 juta. Sedangkan, kerugian terbesar terjadi pada H-1 yang mencapai Rp 798 juta dengan 253 kasus kecelakaan.
Sementara itu, pada H+2 hanya terjadi 212 kasus dengan korban meninggal mencapai 42 orang. Nilai kerugian materi kasus yang terjadi pada H+2 mencapai Rp 458 juta.