Korsel Jadi Konsumen Terbesar Barang Mewah, Lampaui China dan AS
Merek barang mewah yang laris diperdagangkan di Korea Selatan sepanjang periode Januari-September, yakni Chanel.
Merek barang mewah yang laris diperdagangkan di Korea Selatan sepanjang periode Januari-September, yakni Chanel.
Korsel Jadi Konsumen Terbesar Barang Mewah, Lampaui China dan AS
Korsel Jadi Konsumen Terbesar Barang Mewah, Lampaui China dan AS
Pemakaian merek mewah atau luxury brand di masyarakat Korea Selatan, tidak ubahnya seperti investasi.
Mereka bahkan gemar membeli barang-barang mewah meski itu bekas. Kebiasaan ini ada dalam utasan akun Twitter @tang__kira.
Dalam utasannya, dia melampirkan hasil survei mengenai tren barang Mewah bekas 2023. Survei tersebut dilakukan Googoos, sebuah platform spesialis barang-barang mewah bekas.
- Waktu Terbaik Berlibur ke Korea Saat Musim Panas 2024
- 71,2 Persen Nenek-Nenek di Korea Selatan Masih Bekerja, Gajinya Rp22 Juta per Bulan
- Temuan Ini Buktikan Orang Sudah Minum Bir Sejak 7.000 Tahun Lalu, Sebelum Era Mesir Kuno
- Sempat Rugi Rp70 Juta, Begini Kisah Penjual Olahan Ubi di Kuningan Bangkit Sampai Diminati Konsumen Korea
Dari survei tersebut menunjukan merek barang mewah yang laris diperdagangkan di Korea Selatan sepanjang periode Januari-September, yakni Chanel.
Merek selanjutnya yang juga populer diperdagangkan yaitu Hermes, Rolex, Louis Vuitton, dan Cartier.
merdeka.com
Mengutip Naver, secara khusus Hermes, Louis Vuitton, dan Chanel, adalah tiga merek mewah teratas yang dikenal sebagai 'Erusha,'.
Ketiganya menunjukkan tren yang kuat tahun ini, tanpa perubahan signifikan dibandingkan dengan peringkat merek populer yang dikumpulkan oleh Googoo tahun lalu.
Disebutkan pula berdasarkan kategori transaksi barang mewah bekas berdasarkan popularitas, tas menduduki peringkat tertinggi dengan persentase 49 persen.
Disusul jam tangan 21 persen, perhiasan 13 persen, pakaian 9 persen, dan sepatu 4 persen.
Produk tersebut diperdagangkan dengan harga 109 juta won atau sekitar Rp1,2 miliar. Angka ini 1,3 kali lebih tinggi dari harga eceran 84 juta won atau sekitar Rp976 juta.
Hasil rilis Googoos juga menyebutkan transaksi harian untuk barang-barang mewah bekas mengalami peningkatan.
Bahkan proporsi penjualan dalam seminggu naik sekitar 44 persen dari hari biasanya.
"Pada paruh pertama tahun ini, perdagangan barang mewah bekas lebih aktif karena kenaikan harga merek-merek mewah berturut-turut dan kemerosotan ekonomi," kata seorang pejabat Googoos.
Dia menambahkan, dengan mempopulerkan barang-barang mewah, permintaan akan merek-merek kelas atas dengan kelangkaan tambahan telah meningkat.
Kecenderungan masyarakat Korea Selatan terhadap barang mewah bahkan menjadi gaya hidup. Meskipun di sisi lain mereka harus berhemat untuk makan.
Berdasarkan hasil penelitian dari Bank Investasi dan Jasa Keuangan multinasional Amerika Serikat, Morgan Stanley menunjukan warga Korea Selatan merupakan konsumen terbesar untuk barang mewah per kapita. Bahkan, melampaui pasar di China dan bahkan AS.
Hasil penelitian yang dikutip oleh The Korea Times, itu juga menunjukan total pengeluaran barang mewah pribadi oleh warga negara Korea Selatan meningkat 24 persen menjadi 21,8 triliun Won Korea atau setara USD16,8 miliar pada tahun 2022.
"Ini sekitar 400.000 won atau USD325 per orang," demikian penjelasan yang dikutip pada Selasa (25/4) lalu.
Pada artikel The Korea Times juga mengulas pembelian barang-barang mewah sudah dianggap sebagai pelestarian kelas menengah, milenial dan Gen Z, atau biasa disebut 'Generasi MZ'.
Warga Korsel Rela Berhemat Demi Beli Tas Mewah
Baru-baru ini bahkan muncul generasi MZ sebagai demografi konsumen terkemuka yang memimpin ledakan pasar barang-barang mewah.
Seorang pekerja bernama Jang (32) mengaku membelanjakan gaji pertamanya untuk membeli tas mewah saat usianya baru 20 tahun.
"Saya membeli tas mewah pertama saya di usia 20-an ketika saya mendapatkan gaji pertama saya. Saya memutuskan akan ada saat-saat ketika saya membutuhkan tas yang bagus setelah memulai karir saya," tutur Jang di Seoul kepada The Korea Times.
Sejak saat itu, dia mengaku malah rajin membeli tas mewah.
Dia menyadari harga tas mewah tersebut lebih besar dari gaji yang diterima. Namun memiliki tas mewah justru menambah tingkat kepercayaan diri.
"Aku tahu itu mahal dibandingkan dengan gajiku, tapi itu memberiku kepercayaan diri. Aku menganggapnya sebagai hadiah untuk diriku sendiri setelah bekerja keras siang dan malam," tambah Jang.
Seorang profesor di Seoul National University, Kwak Geum Joo menjelaskan kondisi ini sebagai kultur antar generasi.
Satu generasi membangun kebiasaan menabung agar mampu bertahan di situasi sulit ekonomi, sementara generasi yang lebih muda justru menghabiskan uang mereka sebagai bentuk 'penghargaan diri'.
"Mereka (generasi MZ) berpikir kalau (membeli barang mewah) sebagai investasi. Mereka rela membeli barang mewah untuk kepuasan dan kesenangan mereka," ujar Joo.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Divisi Keuangan dan Ekonomi Korea Selatan pada Juli 2022, lebih dari 60 persen orang Korea percaya 'cukup penting' atau 'sangat penting' untuk terlihat kaya.
"Menampilkan kekayaan juga dapat diterima, dan terkadang dianjurkan dalam masyarakat Korea,".
Tren tingginya pemakaian barang mewah oleh masyarakat Korea juga selaras dengan tren pembelian dosirak atau kotak bekal khas Korea yang umum dijual di minimarket.
Stasiun SBS sempat menayangkan terdapat warga Korea dengan pakaian mewah justru membeli dosirak seharga 4.000 Korea Won.
Muncul juga istilah 짠테크 yang merupakan gabungan dari 짠돌이 (orang pelit) dan 재테크 (investasi).
Penggunaan istilah ini sebagai gambaran orang yang sangat menghemat di kehidupan sehari-hari dan uangnya dimanfaatkan untuk investasi.