Kreatifnya Karyawan Jepang Bikin Peternakan 60.000 Lebah di Atap Hotel
Para karyawan mulai menjual madu sejak sekitar musim panas.
Para karyawan mulai menjual madu sejak sekitar musim panas.
- Bikin Ngiler, Ini Potret Makanan Rumah Sakit dari Berbagai Negara, Bak Dimasak Chef Hotel
- Hobi Masak jadi Peluang Bisnis, Pria di Bandung Sukses Sulap Daun Anggur Jadi Kerupuk Laku sampai Jerman
- Karung Pupuk Bekas Ternyata Bisa Diubah Jadi Busana Unik, Begini Penampakkannya
- Kreativitas Warga Jateng Rayakan Hari Kemerdekaan, dari Peragaan Kostum Unik hingga Arak Bendera Raksasa
Kreatifnya Karyawan Jepang Bikin Peternakan 60.000 Lebah di Atap Hotel
Masyarakat Jepang seperti tak ada habisnya memanfaatkan peluang meski dalam kondisi sulit. Seperti yang dilakukan Marina Wada, karyawan sebuah hotel dekat stasiun JR Kyoto, Jepang.
Melansir The Asahi Shimbun, puluhan ribu lebah madu Barat hidup di atas hotel Thousand Kyoto di Distrik Shimogyo kota itu di bawah Proyek Peternakan Lebah Perkotaan, yang kini memasuki tahun keempat.
Proyek ini dimulai pada tahun 2021 ketika Wada mencetuskan ide untuk menyemarakkan kota di tengah menurunnya jumlah wisatawan akibat pandemi Covid-19.
Langkah pertama, hotel tersebut membeli sekitar 15.000 lebah madu Barat dari seorang peternak di Prefektur Gifu dan mendirikan sarang lebah di atapnya.
Para karyawan hotel itu merawat lebah-lebah yang ada saat mereka istirahat. Hingga akhirnya, lebah-lebah tersebut berkembang biak menjado 50.000-60.000 ekor.
Aktiitas para karyawan menjaga lebah berbuah manis.
Mereka mengumpulkan 44 kilogram madu pada tahun pertama dan hampir melipatgandakan hasil madu itu menjadi 120 kg tahun lalu.
Lebah madu Barat memiliki jangkauan 2 hingga 3 kilometer. Lebah-lebah ini diyakini telah mengumpulkan nektar dari ceri, plum, dan semanggi putih di distrik Higashiyama dan daerah di sepanjang sungai Kamogawa.
Penggunaan pestisida dan bahan kimia lainnya dibatasi di daerah ini, sehingga menyediakan lingkungan yang ramah bagi lebah.
“Madu yang berasal dari bunga musim semi memiliki ciri khas aroma yang ringan dan mewah,” kata pemimpin proyek Marina Wada, 26 tahun. “Menarik juga untuk mengetahui bagaimana rasanya berubah dari musim ke musim.”
Wada menjadi begitu terpikat dengan pemeliharaan lebah sehingga ia memperoleh kualifikasi sebagai penasihat madu dari Japan Honey Meister Association.
Hotel tersebut, yang dinamai sesuai julukan kota tersebut sebagai “ibu kota seribu tahun,” menjual madu dalam toples dan menyajikannya di restoran dan kafenya.
Tahun lalu, madu tersebut dituangkan pada risotto yang dimasak dengan keju Gorgonzola dan digunakan sebagai pemanis dalam minuman teh hijau “matcha”.
Satu set toples madu telah diterima dengan baik karena memungkinkan pembeli untuk mencicipi rasa yang berubah sesuai musim.
Para karyawan mulai menjual madu sejak sekitar musim panas.
“Cobalah Madu Seribu kami yang diproduksi di ibu kota seribu tahun tersebut,” kata Wada.