Kurs Rupiah Ditutup Menguat ke Rp14.272 per USD Dipicu Target Vaksinasi Covid-19
"Pasar merespons positif terhadap klaim pemerintah yang sudah memenuhi target penyuntikan 100 juta dosis vaksin-19 tepat di 31 Agustus 2021."
Nilai tukar atau kurs Rupiah ditutup menguat 10 poin di level Rp14.272 per USD dibanding penutupan sebelumnya di level Rp14.282 per USD. Sedangkan dalam perdagangan besok, mata uang Rupiah kemungkinan di buka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp14.260 hingga Rp14.310 per USD.
"Pasar merespons positif terhadap klaim pemerintah yang sudah memenuhi target penyuntikan 100 juta dosis vaksin-19 tepat di 31 Agustus 2021," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim dalam riset harian, Jakarta, Kamis (2/9).
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Kapan Indonesia mendevaluasi nilai tukar rupiah untuk pertama kalinya? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Bagaimana nilai IDR ditentukan? Perubahan nilai IDR dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik, seperti inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik, dan faktor-faktor global seperti kondisi pasar internasional.
Vaksinasi merupakan salah satu yang penting dalam menurunkan laju penyebaran virus Covid-19 Ini sesuai dengan target yang sudah direncanakan. Sedangkan rincian 100 juta dosis vaksin Covid-19 tersebut adalah vaksinasi dosis pertama 63.265.720 (30,49 persen).
Kemudian, vaksinasi dosis kedua 36.050.866 (17,31 persen), vaksinasi dosis ketiga (booster) bagi tenaga kesehatan 640.532 (43,61 persen). Dijelaskan, hingga saat ini sudah sebanyak 140 juta dosis vaksin telah didistribusikan.
"Pada Agustus, rata-rata vaksin yang dikirim mencapai 8-15 juta dosis. Sekitar 15,2 juta didistribusikan pada minggu keempat Agustus dan 20,3 juta di minggu kelima hingga awal September," kata Ibrahim.
Meski diklaim memenuhi target 100 juta dosis di akhir Agustus, vaksinasi Covid-19 juga banyak mendapat catatan. Salah satunya terkait ketidakmerataan akses vaksinasi. Sementara di satu wilayah akses vaksin begitu berlimpah, di wilayah lain banyak warga harus berjuang sekuat tenaga hanya untuk mendapatkan vaksinasi dosis pertama.
Demikian pula untuk dosis 2, sejumlah warga harus mengalami keterlambatan karena berbagai hal. Ada yang karena stok yang tidak kunjung datang, ada juga yang administrasi datanya bermasalah sehingga dilempar sana-sini saat hendak vaksin dosis 2.
Waspada Varian Baru
Di samping itu, pemerintah harus tetap waspada tentang varian baru Covid-19 yang sudah menyebar di berbagai negara. Belum lama ini WHO menegaskan bahwa pihaknya terus memonitor berbagai varian covid-19 yang merebak.
Setelah varian Delta sekarang ada varian 'MU'. Jenis varian ini berpeluang untuk bisa lolos dari kekebalan tubuh jika sebelumnya pernah terinfeksi maupun divaksinasi. Dan varian ini pertama kali ditemukan di Colombia dan saat ini sudah menyebar ke 39 negara.
Virus Covid-19 selalu memiliki kemungkinan untuk bermutasi seiring penularan kasus. Oleh karena itu, para ahli mengingatkan angka penularan kasus harus ditekan agar virus tidak bermutasi mejadi varian yang lebih membahayakan.
WHO memaparkan bahwa varian Mu baru terdeteksi 0,1 persen kasus Covid-19 di dunia. Meski begitu, varian Mu sudah menginfeksi 39 persen warga Kolombia. Dengan begitu, varian Mu tidak bisa diabaikan dan sedang dalam perhatian WHO.
(mdk/idr)