Lima perusahaan asal Qingdao China minati 4 sektor investasi
China telah menjadi salah satu sumber investasi utama bagi Indonesia.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengungkapkan lima perusahaan prospektif yang berkantor di kota Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China minat menanamkan modalnya di Indonesia. Dari hasil kunjungan ke Qingdao kemarin (14/6), Franky mengidentifikasi beberapa sektor yang diminati oleh investor Tiongkok.
Franky mengatakan dalam pertemuan dengan beberapa perusahaan di Qingdao terdapat beberapa sektor utama yang menarik perhatian investor China untuk berinvestasi di Indonesia.
-
Bagaimana Cak Imin membandingkan pelayanan investasi di Indonesia dengan Cina? Menurut Cak Imin, pelayanan terhadap investasi di Indonesia masih jauh dari Cina. Kata ketua umum PKB ini, di Cina telah memberikan pelayanan yang memadai."Pelayanan yang diberikan kepada investasi jauh dari Tiongkok misalnya. Mereka betul-betul pelayanan yang memadai," ujarnya.
-
Apa yang akan dilarang oleh AS untuk investasi ke China? AS akan melarang investasi perusahaan Amerika Serikat (AS) di beberapa bidang sektor teknologi tinggi ke China, termasuk kecerdasan buatan.
-
Bagaimana BRImo membantu nasabah berinvestasi? Nasabah juga kini semakin mudah berinvestasi melalui BRImo. Kini Anda dapat melakukan pembelian emas, surat berharga, dana pensiun, hingga pembukaan deposito hanya dari smartphone.
-
Siapa yang mendorong investasi masuk ke daerah agar berkolaborasi dengan UMKM setempat? Di sisi lain, pihaknya mendorong setiap investasi yang masuk ke daerah, wajib berkolaborasi dengan pengusaha-pengusaha dan pelaku UMKM setempat.
-
Kapan Tiongkok menjadi investor kedua terbesar di Indonesia? Tercatat pada 2013 lalu, Tiongkok sudah menempati urutan 12 kontributor penanaman modal asing (PMA) di Indonesia. Posisi ini berubah di tahun 2022 di mana negara tersebut sudah berada di urutan kedua.
-
Kapan orang kaya berinvestasi? Orang kaya berinvestasi untuk jangka panjang dan tidak panik saat pasar bergejolak.
"Dalam pertemuan kemarin, tercatat yang hadir adalah perusahaan di bidang smelter, electronik appliances, infrastruktur dan industri minuman. Empat bidang usaha ini memang banyak masuk dari China," ujarnya melalui siaran pers, Rabu (15/6).
Franky menilai bahwa di bidang smelter, ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan China sudah mulai terlihat sejak beberapa tahun terakhir. Untuk sektor alat-alat elektronik dan industri minuman yang tergolong padat karya dan consumer goods, juga banyak perusahaan yang menyampaikan minatnya untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
"Perusahaan melihat biaya tenaga kerja yang kompetitif serta pasar Indonesia yang besar. Namun demikian, saya mengingatkan kepada mereka agar dapat memiliki jaringan distribusi yang baik," ujar Franky.
Sementara di bidang infrastruktur, perusahaan-perusahaan yang masuk dari China adalah perusahaan-perusahaan berskala besar, beberapa di antaranya adalah BUMN yang memiliki kemampuan untuk menanamkan modal dengan capital expenditure besar.
"Karakteristik infrastruktur adalah padat modal, beberapa perusahaan China sudah masuk di sektor ini termasuk transportasi, listrik, dan pelabuhan. Di Qingdao kemarin, saya bertemu secara khusus dengan ada beberapa perusahaan terkait infrastruktur di antaranya perusahaan pembiayaan infrastruktur, perusahaan konstruksi (kontraktor), industri pengolahan besi dan baja dasar serta pelabuhan," jelasnya.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan di Qingdao, turut hadir Duta Besar Republik Indonesia untuk China Soegeng Rahardjo, CPC Committee Secretary Mr. Li Qun, Minister Counselor for Economic and Commercial, Embassy of People’s Republic of China in Jakarta Mr. Wang Liping, Walikota Qingdao Mr. Zhang Xinqi.
China telah menjadi salah satu sumber investasi utama bagi Indonesia. USD 2,6 miliar investasi terealisasi sejak tahun 2010. Terutama di sektor infrastruktur, industri logam, mesin, dan elektronik. Sejak 2010, sudah USD 52,3 miliar komitmen investasi asal China terdaftar di BKPM. Dari data yang dimiliki oleh BKPM, periode triwulan pertama tahun 2016, realisasi dari RRT mencapai USD 464 juta terdiri dari 339 proyek dan menyerap tenaga kerja 10.167 tenaga kerja. Posisi China tersebut berada di peringkat keempat setelah Singapura, Jepang dan Hong Kong.
Baca juga:
20 Investor China minat investasi program infrastruktur RI
Investor asing diklaim tertarik rebut kekayaan emas Pulau Buru
Tertarik padamkan kebakaran hutan RI, Jepang siap investasi Rp 600 M
Jepang minat bikin pabrik pengolahan pohon kelapa di Bali
Genjot produksi bumbu penyedap, Ajinomoto upgrade pabrik di Karawang