Maret, rata-rata Rupiah menguat 4,38 persen
Secara rata-rata, Rupiah pada Maret 2014 tercatat Rp 11.420 per USD.
Bank Indonesia (BI) mencatat pada Maret 2014 nilai tukar Rupiah berada di level Rp 11.360 per USD, menguat 2,19 persen dibanding dengan level akhir Februari 2014. Secara rata-rata, Rupiah pada Maret 2014 tercatat Rp 11.420 per USD, menguat 4,38 persen dibanding dengan rata-rata Rupiah pada Februari 2014 sebesar Rp 11.919 per USD.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara mengatakan dengan perkembangan ini, Rupiah sampai Maret 2014 menguat 7,13 persen dibanding dengan level akhir pada 2013, atau secara rata-rata menguat 2,85 persen dibandingkan dengan rata-rata Rupiah tahun lalu.
"Perekonomian yang semakin berimbang dan mendorong perbaikan kinerja sektor eksternal berdampak pada menguatnya nilai tukar Rupiah," ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Selasa (8/4).
Menurutnya, bank sentral tetap konsisten menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya dan didukung berbagai upaya untuk meningkatkan pendalaman pasar uang.
"Berbagai kemajuan dalam pendalaman pasar uang baik Rupiah maupun valas seperti mini MRA dan transaksi lindung nilai akan ditingkatkan dan menjadi fokus kebijakan ke depan," jelas dia.
Bukan hanya itu, ketahanan industri perbankan juga tetap kuat dengan risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang masih kuat. Tercatat pertumbuhan kredit sektor swasta melambat 20,9 persen (yoy) pada Januari 2014 menjadi 19,9 persen (yoy) pada Februari 2014.
"Stabilitas sistem keuangan terjaga ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan perbaikan kinerja pasar keuangan," ungkapnya.
Ke depan, bank sentral akan terus berkoordinasi dengan otoritas jasa keuangan (OJK) untuk mengarahkan pertumbuhan kredit sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih sehat dan seimbang. Sementara, kinerja pasar modal pada Maret 2014 semakin baik tercermin pada IHSG yang berada dalam tren meningkat dan imbal hasil SBN yang menurun.
"Perbaikan kinerja pasar modal ini didorong meningkatnya optimisme investor terhadap perekonomian domestik," tutup dia.