Masyarakat Diimbau Tak Menunda Belajar Kripto Meski Tak Berinvestasi, Ini Alasannya
Teknologi blockchain masih tergolong baru, sehingga edukasi masyarakat tetap diperlukan.
Dalam era Industri 4.0, teknologi seperti blockchain, Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan robotika dinilai berperan penting untuk menghubungkan industri secara efisien.
Masyarakat Diimbau Tak Menunda Belajar Kripto Meski Tak Berinvestasi, Ini Alasannya
Masyarakat Diimbau Tak Menunda Belajar Kripto Meski Tak Berinvestasi, Ini Alasannya
- Transaksi Perdagangan Digital Diprediksi Senuh Rp500 Triliun Sepanjang 2024, Tantangan Terbesar soal Edukasi
- Transaksi Kripto Tembus Rp211 Triliun, Diprediksi Bakal Jadi Teknologi Ekonomi Masa Depan
- Bappebti Beberkan Tantangan Dihadapi Industri Kripto Meski Transaksi Sudah Tembus Rp211 Triliun
- Terungkap, Ini Alasan Masyarakat Indonesia Terjun ke Investasi Kripto
CEO Indodax, Oscar Darmawan mengimbau masyarakat agar tak menunda untuk mempelajari blockhain dan aset kripto.
"Blockchain adalah langkah global yang perlu dipelajari dengan seksama, meskipun tidak semua orang perlu berinvestasi di dalamnya,” ujarnya dalam acara Indodax Goes to Campus di Universitas Indonesia, dikutip dari Jakarta, Rabu (5/6).
Dalam era Industri 4.0, teknologi seperti blockchain, Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan robotika dinilai berperan penting untuk menghubungkan industri secara efisien. Namun, teknologi blockchain masih tergolong baru, sehingga edukasi masyarakat tetap diperlukan.
Tak hanya itu, pemerintah Indonesia pun telah mendorong penggunaan mata uang digital seperti adanya proyek Garuda yang bertujuan untuk merancang rupiah digital tanpa bentuk fisik. Hal ini dinilai menandai langkah besar dalam adaptasi mata uang digital.
Kendati begitu, tantangan masih ada karena masyarakat berpendapat semua barang berharga harus memiliki bentuk fisik.
Padahal, sekarang dunia memasuki era di mana banyak barang mulai berubah menjadi bentuk digital.
Lebih lanjut, Bitcoin sebagai aset digital terbesar kedelapan di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar disebut menarik minat banyak pihak sebagai aset safe haven.
Koreksi harga dianggap penting untuk menjaga stabilitas pasar, dan keterlibatan perusahaan aset manajemen terkemuka semacam BlackRock menambah kepercayaan pada Bitcoin.
"Bitcoin sering disebut emas digital karena harganya ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Bitcoin dianggap sebagai safe haven asset di tengah ketidakstabilan ekonomi global,” ungkap Oscar.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Tirta Karma Senjaya mendukung penyesuaian regulasi aset kripto.
“Langkah ini penting untuk memperkuat pasar keuangan dan memastikan bahwa masyarakat memahami risiko dan peluang dari investasi kripto,” kata Tirta.