Menengok mahalnya biaya hidup di Jakarta dibanding angka UMP
Pemerintah DKI Jakarta telah menetapkan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar Rp 3.350.000. Angka ini naik dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 3.100.000. Dengan adanya perubahan ini, maka ada kenaikan UMP sebesar 8,25 persen dari tahun 2016 yang lalu.
Bagi yang sudah berstatus warga Ibu kota, atau memang telah puluhan tahun tinggal di Jakarta tentu bisa membayangkan dan bahkan mengalami secara langsung pahit manisnya gejolak ekonomi di Jakarta. Kebutuhan hidup di Ibu kota tak sekedar perkara makan atau konsumsi saja, biaya lain-lain seperti untuk bersosialisasi juga menjadi bagian dari pengeluaran rutin setiap orang yang sudah pernah merasakan hidup di Jakarta.
Pemerintah DKI Jakarta telah menetapkan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar Rp 3.350.000. Angka ini naik dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 3.100.000. Dengan adanya perubahan ini, maka ada kenaikan UMP sebesar 8,25 persen dari tahun 2016 yang lalu.
-
Apa yang diukur oleh Indeks Bisnis UMKM? Indeks Bisnis UMKM merupakan indikator yang mengukur aktivitas UMKM di Indonesia yang dilakukan setiap kuartal oleh BRI Research Institute.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Siapa orang terkaya di Indonesia berdasarkan daftar Forbes? Di posisi pertama daftar orang terkaya Indonesia masih ditempati oleh Prajogo Pangestu dengan nilai kekayaan USD67,4 miliar.
-
Siapa orang terkaya di Indonesia berdasarkan Forbes? Prajogo Pangestu masih menjadi orang terkaya di Indonesia versi Forbes.
-
Di mana Indonesia berada dalam daftar negara dengan anggaran riset terbesar? Menurut data dari Research and Development World (R&D World) 2022, negeri ini menempati peringkat ke-34 dari 40 negara.
-
Di mana Indonesia berada dalam peringkat negara dengan miliarder terbanyak? Sementara itu, Indonesia menempati peringkat ke-20 negara dengan miliarder terbanyak di dunia.
Tapi, yang jadi pertanyaan berikutnya bukan soal besaran kenaikan tarif UMP, tetapi pertanyaannya apakah dengan UMP sebesar ini, masyarakat Jakarta yang berprofesi sebagai buruh dapat mengalami kenaikan taraf hidup? Di sisi lain, kira-kira berapa mahalkah biaya hidup di Jakarta tahun 2017 ini?
Menjawab dua pertanyaan di atas, serta mengingat betapa ibu kota masih menjadi magnet bagi para pendatang dan kaum urban. Dikutip dari cermati, merdeka.com membedah seluk beluk dibalik pertanyaan seputar biaya hidup di Jakarta tahun 2017 ini.
Kebutuhan tempat tinggal
Tempat tinggal adalah kebutuhan pokok yang harus jadi daftar pertama dalam list pengeluaran bulanan sebelum menguji nasib dan peruntungan di Ibu kota Jakarta.
Luasnya wilayah menawarkan beragam pilihan tempat tinggal mulai dari apartemen yang megah di jantung ibukota yang tentu sewanya tak murah hingga, kost-kostan di gang-gang kampung perkotaan dengan harga wajar.
Harga apartemen di Jakarta dengan fasilitas kamar saja atau sudah dengan perabotan saat ini berkisar antara Rp 13 juta hingga Rp 50 juta per tahun. Sedangkan kost-kostan berkisar antara Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per bulan. Sedangkan rumah kontrakan antara Rp 10 juta hingga Rp 50 juta per tahun.
Rentang harga tersebut dari harga terendah, menengah, sampai yang paling tinggi. Harga ini dipengaruhi oleh, lokasi, fasilitas, akses transportasi dan lingkungan.
Solusinya, pastikan sesuai kebutuhan, termasuk pertimbangan apakah akan datang dan hidup di Jakarta dengan keluarga atau lajang. Agar lebih ringan, ada baiknya mencari partner, bagi yang masih lajang, seperti teman atau saudara, nantinya membayar sewa dapat ditanggung secara patungan.
Kebutuhan transportasi
Setelah tempat tinggal, kebutuhan selanjutnya adalah transportasi. Biaya transportasi bisa dihitung sekitar RP 154.000 hingga Rp 1.100.100 per bulan. Semua tergantung moda transportasi yang digunakan.
Misalnya, menggunakan ojek online sekitar Rp 15.000 per hari. Dengan hari kerja 22 hari maka pengeluarannya adalah Rp 528.000 per hari. Jika menggunakan TransJakarta maka pengeluarannya adalah Rp 3.500 kali 22 hari yaitu Rp 154.000 per bulan. Jika menggunakan sepeda motor maka pengeluarannya adalah untuk bahan bakar sekitar Rp 15.000 dan parkir Rp 10.000, maka di 22 hari kerja pengeluaran transportasi ini mencapai Rp 1.100.000.
Kebutuhan konsumsi
Untuk yang ketiga dan harus masuk dalam daftar tentunya adalah yang terkait dengan makan dan minum, apalagi jika Anda memang tidak berencana memasak sendiri. Karena Jakarta punya standar harga yang lebih tinggi ketimbang kota-kota lainnya.
Contohnya, Yogyakarta  (di sana kita bisa mendapatkan sepiring nasi lengkap dengan minumannya untuk Rp 15.000) sedangkan di Jakarta setidaknya kita siapkan dana 2 kali lipat bila hendak makan di warung di Jakarta atau sebesar Rp 20.000 hingga Rp 30.000 untuk sekali makan.
Agar lebih murah, ada baiknya untuk memasak sendiri, menu makan pagi dan siang. Paling tidak bisa mengurangi biaya jajan di warung.
Biaya hiburan
Mencari hiburan semisal nonton bioskop, jalan ke mal atau lainnya, mungkin mengasyikkan. Apalagi Jakarta punya banyak pilihan tempat semacam ini. Tapi berhati-hatilah, karena bisa jadi kantong kering sebelum gajian berikutnya mengingat banyaknya godaan hiburan di kota metropolis ini.
Biaya hiburan ini jika dihitung bisa mencapai Rp 500.000 per bulan. Rinciannya, biaya nonton bioskop sebesar Rp 150.000, pulsa handphone atau internet Rp 100.000, belanja atau nongkrong di kafe sebesar Rp 250.000 per bulan. Maka totalnya mencapai Rp 500.000.
Dana hiburan ini bisa Anda kelola sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Perhitungan ini adalah perhitungan perorangan terendah yang mungkin tercapai, dan bisa saja membengkak bila bersama teman, kerabat atau saudara.
Asumsi total pengeluaran
Berdasarkan empat pos tadi maka dapat disimpulkan rumusan sebagai berikut. Rumusan ini bersifat asumsi yang tentu hanya sebagai bagian dari simulasi untuk tinggal dan menetap di ibu kota selama jangka waktu 1 tahun. Angka pengeluaran juga menghitung kemungkinan paling kecil.
Hitungannya, biaya tempat tinggal Rp 1 juta per bulan, maka total setahun adalah Rp 12 juta.
Biaya transportasi adalah Rp 154.000 sebulan, maka setahun mencapai Rp 18.480.000
Biaya konsumsi yaitu Rp 1.500.000 sebulan, maka setahun totalnya mencapai Rp 18 juta.
Biaya hiburan adalah Rp 500.000 per bulan, maka setahun mencapai Rp 6 juta.
Kemudian biaya lain-lain atau tak terduga adalah 10 persen dari total pengeluaran ini yaitu Rp 5.448.000.
Maka total pengeluaran atau biaya hidup setahun adalah Rp 59.928.000 per tahun.
(mdk/idr)