Meneropong Harga Emas Hingga Pergerakan Saham di 2021
Meski begitu, tahun 2021 harus tetap dijalani dengan optimis dan tetap melangkah ke depan. Beberapa perusahaan farmasi telah berhasil menemukan vaksin anti virus corona. Beberapa negara juga telah melakukan vaksinasi kepada penduduknya agar menjadi kebal kala terpapar virus yang muncul di akhir tahun 2019.
Pandemi Covid-19 telah mengguncang perekonomian global. Pandemi tak hanya menyerang sektor kesehatan, hampir semua terdampak dan luluh lantak tak berkesudahan.
Meski begitu, tahun 2021 harus tetap dijalani dengan optimis dan tetap melangkah ke depan. Beberapa perusahaan farmasi telah berhasil menemukan vaksin anti virus corona. Beberapa negara juga telah melakukan vaksinasi kepada penduduknya agar menjadi kebal kala terpapar virus yang muncul di akhir tahun 2019.
-
Kenapa harga saham bisa naik turun? Salah satu yang sering jadi dilema adalah harga saham yang begitu cepat naik turun bagaikan roller coaster. Jadi, sebenarnya apa sih penyebab harga saham bisa naik turun?
-
Kapan PT Tera Data Indonusa Tbk melantai di bursa saham? Bahkan pada 2022, saat pandemi berlangsung, perusahaan ini berani mengambil langkah melantai di bursa saham.
-
Apa penyebab naik turunnya harga saham? Prinsip Ekonomi Dasar: Hubungan antara Penawaran dan Permintaan Saat banyak orang mencari suatu barang, stoknya akan terbatas sehingga harganya cenderung akan naik.
-
Bagaimana cara mengetahui fluktuasi harga emas? Harga Emas memang tergolong fluktuatif, atau dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu. Perubahannya pun tidak selalu meningkat, ada kalanya menurun pada hari berikutnya.
-
Kapan Bursa Berjangka Aset Kripto diluncurkan? Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meluncurkan Bursa Berjangka Aset Kripto di Jakarta, Jumat (28/7).
-
Di mana faktor eksternal memengaruhi harga saham? Keadaan Sektor Industri Tertentu Ekonomi dalam Negeri Secara Keseluruhan Faktor naik turunnya harga saham juga bisa berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi makro di sebuah negara. Misalnya saja pertumbuhan ekonomi yang positif cenderung mendorong perusahaan untuk memiliki kinerja yang prima sehingga harga saham pun cenderung baik. Berbeda jika terjadi inflasi atau suku bunga naik. Kondisi ekonomi tersebut juga mempengaruhi kinerja perusahaan yang membuat harga saham cenderung menurun. Jadi, penting bagi investor untuk memperhatikan ekonomi makro dan mempertimbangkan saham perusahaan yang akan dibeli.
Sektor ekonomi pun mulai menunjukkan perbaikan. Perlahan namun pasti, semua terus melangkah ke depan menjalani masa pemulihan. Masa terberat dalam setiap pertumbuhan ekonomi.
Lalu bagaimana prediksi perekonomian global di tahun 2021? Berikut ini merdeka.com mencoba merangkumnya.
1. Investasi
Wabah virus corona belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Beberapa negara telah mengalami gelombang kedua dari penyebaran virus corona. Bahkan di Eropa telah ditemukan virus corona yang telah bermutasi.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menilai tahun 2021 akan menjadi puncak dari penyebaran virus Covid-19 secara global. Kehadiran vaksin yang diproduksi beberapa negara nyatanya masih tetap membuat fluktuasi perekonomian global.
Fluktuasi di perdagangan internasional ini harus dimanfaatkan para investor untuk menanamkan modal. Sebab ada banyak keuntungan yang bisa didapat dari kondisi ini seperti keuntungan dari harga pembelian saham yang saat ini di kisaran lima ribuan.
"Fluktuatif harga di perdagangan internasional ini akan bisa dimanfaatkan untuk tanam saham atau investasi," kata Ibrahim saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Kamis (31/12).
Fluktuasi di tahun 2021 ini diperkirakan akan melebar. Artinya, hubungan yang diterima investor akan lebih besar. Ini dinilai lebih baik karena akan menghasilkan fluktuasi dari selisih harga beli.
"Fluktuasi sangat baik untuk mengambil keuntungan dari selisih harga," kata Ibrahim.
2. Harga Emas
Sepanjang tahun 2020 fluktuasi harga emas sangat tinggi. Ketidakpastian perekonomian membuat para investor berbondong-bondong mengamankan asetnya pada logam mulia.
Akhirnya, permintaan tinggi ini membuat harganya meroket. Namun, setelah ditemukan vaksin dan rencana program vaksinasi membuat fluktuasi instrumen ini menjadi lebih rendah.
"Harga emas tahun 2021 ini fluktuasinya akan lebih rendah," kata Ibrahim.
Saat ini harga emas sudah di angka USD 1.600-an per troy ounce. Diperkirakan harga emas tertinggi tahun 2021 sebesar USD 2.045 per troy ounce.
Ibrahim mengatakan harga emas akan terus mengalami penguatan di kuartal I-2020. Kondisi ini didorong akan dilantiknya Presiden Amerika Serikat terpilih Joe Biden yang menggantikan Donald Trump. Pun dengan ditandatanganinya stimulus Covid-19 di Negara Paman Sam tersebut.
"Kemungkinan harga emas di kuartal-I ini di atas USD 2000 (per troy ounce)," kata dia.
Sementara itu, memasuki kuartal berikutnya harga emas akan kembali turun bahkan rontok. Penurunan ini dipicu program vaksinasi yang telah dilakukan di berbagai negara. Sehingga tanda-tanda pertumbuhan ekonomi sudah mulai terlihat.
Harga emas diperkirakan akan mencapai titik terendahnya di angka USD 1.740 per troy ounce. Namun secara keseluruhan, dengan adanya fluktuasi harga emas, di akhir tahun akan berada di level USD 1.600-an per troy ounce.
"Angka ini sangat wajar karena 1.600 ini muncul dari fluktuasi harga emas di awal tahun dan mulai kembali turun setelah kuartal I-2021," tutur dia.
3. Pasar Saham
Pasar saham diperkirakan akan moncer di tahun 2021 setelah amblas di semester I-2020. Bangkitnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ini dipicu kehadiran vaksin dan program vaksinasi.
Selain saham perusahaan farmasi dan telekomunikasi, saham perusahaan penerbangan juga akan mengalami kenaikan.
"Setelah vaksin ini masuk, saham farmasi, penerbangan dan akan mencuat," kata Ibrahim.
Ibrahim memperkirakan, di tahun ini juga IHSG bakal mencapai puncaknya di level 7.000-an pada semester I-2021. Lalu kemungkinan akan kembali melandai dan bergerak di level 6.000-an pada semester berikutnya.
Apalagi pada penutupan perdagangan akhir tahun, 30 Desember ditutup turun 0,95 persen di level 5.979,07.
"Sangat wajar seandainya 2021 ini IHSG dipatok 6.000-an karena level tertingginya diperkirakan 7.000-an dan kemarin ditutup di level 5.000-an," jelas Ibrahim.
Prediksi ini berangkat dari kehadiran vaksin dan program vaksinasi, namun tidak bisa dijadikan patokan. Tingginya harga saham di semester I-2021 ini dikarenakan baru dimulainya program vaksinasi. Sementara dampak dari vaksin tidak bisa dilihat seketika. Sehingga terjadi memicu terjadinya ketidakpastian dan membuat saham akan melandai.
Ibrahim menambahkan vaksinasi tidak bisa mengubah kondisi ekonomi setiap negara. Sebab pertumbuhan ekonomi baru akan membaik setelah 2-3 tahun. Sehingga kehadiran vaksin ini belum tentu akan lebih baik dari masa sebelum adanya vaksin.
"Bank dunia bilang vaksin ini tidak bisa mengubah ekonomi menjadi membaik karena butuh waktu 2 sampai 3 tahun ke depan," kata dia.
"Jadi ini belum tentu lebih baik dari tahun sebelumnya," sambungnya.
4. Perbankan
Industri perbankan di tahun 2021 diperkirakan masih akan sama capaiannya dengan tahun 2020. Terganggunya perekonomian nasional turut memukul sektor ini, utamanya dari sisi pembiayaan.
Permintaan kredit tetap lemah karena pertumbuhan ekonomi masih terkontraksi. Baik itu permintaan kredit dari masyarakat atau investasi. Tak heran sepanjang tahun 2020 permintaan kredit tertinggi hanya 1,4 persen. Bahkan pada Oktober dan November pertumbuhan kredit juga terkontraksi.
"Dari sisi permintaan kredit tetap lemah karena ekonomi masih terkontraksi," kata Ekonom Indef, Enny Sri Hartati.
Sementara itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan justru melimpah. Enny menyebut pertumbuhan DPK tumbuh double digit dari biasanya. Pemicunya, banyak perusahaan besar yang menahan konsumsi dan berbagai dana investasi diamankan perbankan.
Hanya saja, tingginya DPK ini tidak serta merta berdampak pada penurunan suku bunga lending. Sebab ada kekakuan di pengaturan suku bunga di Indonesia. Apalagi dana yang masuk ke bank disebut Enny cukup mahal.
"Dana-dana yang masuk ke bank ini cukup mahal, karena ini berasal dari perusahaan besar. Kalau salah satu saja menurunkan suku bunga pasti akan berpindah sehingga itu ada kekakuan atau rigiditas dalam suku bunga reverse rate, sekalipun DPK tinggi," papar Enny.
Berbagai intervensi yang diberikan pemerintah pun dinilai belum banyak menolong. Restrukturisasi, subsidi bunga dan penempatan dana di bank himbara tidak cukup menopang penurunan permintaan kredit yang disebabkan lemahnya aktivitas perekonomian.
Enny mengatakan sebelum virus corona mewabah, sektor perbankan sudah mendapat tekanan atas-bawah. Tekanan ini datang dari persaingan pembiayaan oleh lembaga non bank. Termasuk dari pasar saham, fintech dan sebagainya.
"Perbankan sudah mulai mendapatkan persaingan, ditambah lemahnya permintaan ketika dampak dari pandemi," kata dia.
Kehadiran vaksin menurut Enny bukan obat mujarab bagi perbaikan ekonomi yang akan berdampak pada industri perbankan di tahun 2021. Industri perbankan hanya akan pulih bila perekonomian nasional sudah kembali bergerak. "Vaksin ini bukan satu-satunya yang bisa memastikan penyebarannya (virus) pasti terselesaikan," kata dia.
Disiplin masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan amat diperlukan selain program vaksinasi. Apalagi di beberapa negara telah ditemukan mutasi dari virus corona. Sementara vaksin yang ada belum tentu bisa menangkal virus yang bermutasi tersebut.
Saat ini yang diperlukan perbankan agar bisa bangkit dari dampak pandemi ini dengan mempercepat inovasi. Perbankan harus bisa mengadopsi instrumen lain yang ada di fintech atau jasa keuangan lainnya. Sebab jika hanya mengandalkan bisnis konvensional sebagai lembaga intermediasi atau penyalur pembiayaan, aktivitas perbankan akan terganggu.
"Ini yang harus mulai diperkuat, karena potensi pemulihan ekonomi ini masih tersendat-sendat," kata dia.
Tetapi jika sudah mulai diserfikasi, penetrasinya tidak hanya sekedar penyalur pembiayaan, maka pendapatan perbankan hanya sekadar selisih bunga. Sebaliknya, jika dilakukan inovasi dan adopsi dari perbankan dan produknya diperbanyak itu akan jadi penopang.
Enny menambahkan, kehadiran fintech saat ini bukan lagi sebagai pesaing. Bank harus melakukan adopsi teknologi yang digunakan perusahaan fintech. Adopsi teknologi digital untuk melakukan diserfikasi, sehingga tidak hanya penyaluran pembiayaan tapi juga jasa perbankan.
Dia menyarankan agar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bisa membuat peringkat pada industri jasa keuangan yang kredibel, dan amanah misalnya. Hal tersebut akan mempermudah lembaga perbankan dan sebagainya melakukan kolaborasi. Sehingga ada win-win solution, untuk meningkatkan kinerja perbankan dan masyarakat akan merasa lebih aman.
"Kalau terverifikasi akan baik, dan mengurangi potensi moral hazard atau fraud," kata dia mengakhiri.
(mdk/idr)