Mengaku surplus, 4 daerah ini menentang impor beras 500.000 ton
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengklaim pemerintah terpaksa harus mengambil kebijakan impor beras, sebab, stok beras dalam negeri mulai menipis. Namun dalam fakta di lapangan, sejumlah daerah mengalami kelebihan pasokan (surplus) beras yang mampu mencukupi kebutuhan rakyatnya hingga masa panen tiba.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah menugaskan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mengimpor beras umum dan premium sekitar 500.000 ton. Hal ini merupakan penyesuaian, di mana sebelumnya impor beras dilakukan oleh PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) berupa beras khusus.
Kebijakan impor ini pun telah diresmikan dengan dikeluarkannya izin importasi beras oleh Kemendag dan berlaku hingga 28 Februari 2018.
-
Kenapa harga beras di Jawa Tengah naik? Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
-
Mengapa harga beras di Jakarta naik? Harga beras kualitas premium mengalami kenaikan menjadi Rp16.700 per kilogram dari kemarin Rp16.570.
-
Kenapa harga sembako di Pasar Belakang Kodim Brebes naik? Kenaikan harga ini diduga karena tingginya permintaan menjelang Natal dan tahun baru.
-
Kapan harga emas Antam naik? Harga emas Antam mengalami kenaikan sebesar Rp5.000 per gram pada Jumat (5/7/2024) pagi.
-
Bagaimana dampak kemarau panjang terhadap harga beras? Produksi sawah petani terancam gagal karena hal ini.
-
Apa yang dijual oleh nenek Niah? Nenek yang bernama Niah itu hidup sendirian dan harus bekerja untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Nenek Jualan Rujak Tengah Malam Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @xbankriba memperlihatkan seorang nenek sepuh bernama Niah yang ketiduran di pinggir jalan saat tengah malam.
"Sudah (dikeluarkan izinnya) sebanyak 500.000 ton, (berlaku) sampai dengan 28 Februari 2018," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan seperti dikutip Antara, Selasa (16/1).
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengklaim pemerintah terpaksa harus mengambil kebijakan impor beras, sebab, stok beras dalam negeri mulai menipis. Di beberapa daerah terjadi kelangkaan pasokan dan mengakibatkan harga beras melambung tinggi.
Sehingga, dia berharap dengan dibukanya keran impor beras tersebut sekaligus bisa menghajar para spekulan yang memainkan stok dan harga beras di pasaran.
"Dengan impor ini maka sekaligus saya juga memberikan warning (peringatan) kepada seluruh pemain beras, jangan pernah menimbun dan menyimpan beras, kosongkan itu gudang," kata Menteri Enggar di Kantornya, Jakarta, Jumat (12/1).
Menteri Enggar mengungkapkan saat ini impor berasa merupakan satu-satunya solusi untuk mengamankan pasokan beras dalam negeri. "Kalau ada yang mau tanya kenapa bapak harus impor, ada alternatif lain tidak agar beras tersedia?" imbuhnya.
Namun dalam fakta di lapangan, sejumlah daerah mengalami kelebihan pasokan (surplus) beras yang mampu mencukupi kebutuhan rakyatnya hingga masa panen tiba di Februari-Maret 2018. Berikut 4 daerah yang menentang kebijakan impor beras.
Baca juga:
Pemerintah siap impor beras, Jatim klaim stok masih surplus
Stok beras surplus, Pemkot Mataram tak setuju dengan impor beras
Selain impor, ini solusi jaga stabilitas pasokan beras RI
Jaga stabilitas pasokan, KPPU imbau pemerintah bangun pasar induk beras baru
Kemendag siap buka keran impor beras jenis khusus
Jawa Tengah
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta kebijakan mengimpor beras ditinjau ulang. Sebab, masuknya beras impor ke Indonesia, termasuk di Provinsi Jateng, yang bersamaan dengan panen raya akan sangat merugikan para petani.
Dia mengklaim, provinsi Jawa Tengah sudah swasembada beras, sehingga dia merasa beras impor tersebut tidak perlu masuk ke provinsinya. "Kita dorong daerah di luar Jateng yang butuh, monggo saja untuk dipenuhi, tapi saran saya kalau Jateng sudah swasembada beras sehingga masih cukup, gak usahlah impor beras," ujarnya.
Untuk itu, dia meminta Dinas Pertanian Provinsi Jateng memastikan daerah yang akan panen pada Februari dan Maret 2018 sebagai perhitungan stok cadangan beras. Setelah diketahui jumlah cadangan beras di Jateng, Bulog diminta langsung melakukan tindakan yang diperlukan, terutama di sentra-sentra yang mengalami kenaikan harga beras cukup fluktuatif.
Ganjar juga meminta Bulog menyediakan perangkat untuk mengeringkan gabah yang dibeli dari petani sehingga dari petani bisa dibeli dalam kondisi seperti yang ada pada Peraturan Menteri Pertanian. Tak hanya itu, dia berharap agar Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) bersama pihak kepolisian turun tangan mencegah adanya oknum yang memainkan harga beras.
"Ini mesti dihitung betul, kalau impor beras terjadi dan dua bulan lagi turun atau masuk ke tanah air. Saya khawatir masuknya impor beras pas panen rata sehingga harga beras nanti jatuh lagi, kita coba antisipasi berdasarkan pengalaman kemarin," jelasnya.
Gorontalo, Sulawesi Utara
Pemerintah Provinsi Gorontalo melakukan pemantauan stok beras di gudang Bulog dan peninjauan ke pasar sentral Kota Gorontalo. Dari pantauan di gudang Bulog, stok beras yang tersedia sangat melimpah atau mencapai 2.750 ton. Stok tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Gorontalo hingga 3 bulan ke depan.
"Sehingga itu saya minta masyarakat dan pedagang tidak terpengaruh dengan isu-isu, jangan berspekulasi apalagi sampai melakukan penimbunan, stok beras kita banyak," tegas Wakil Gubernur Gorontalo, Idris Rahim.
"Bulog Gorontalo sudah melakukan operasi pasar hanya kurang lebih 5 ton, kalau harganya melonjak pasti kembali akan melakukan operasi pasar."
Sementara itu, kepala Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo Muljady Mario menambahkan selain stok beras yang ada di gudang Bulog, secara keseluruhan stok beras di Gorontalo berlimpah. Puncak panen di Gorontalo ada pada bulan Desember 2017 dengan luasan panen mencapai 27.000 hektar.
"Dengan rata-rata produksi 4,8 ton, berarti ada 133 ton gabah yang setara dengan beras 79 ribu ton, sedangkan rata-rata kebutuhan kita perbulan hanya 10 ribu ton, berarti kita surplus," kata Muljady.
Untuk mengantisipasi gejolak pasar yang terpengaruh dengan isu kenaikan harga beras secara nasional, pihak Bulog Gorontalo sejak awal tahun 2018 sudah melakukan operasi pasar cadangan beras pemerintah.
Mataram, Nusa Tenggara Barat
Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, merasa keberatan dengan rencana pemerintah yang akan mengimpor beras. Hal itu akan disampaikan kepada pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pertanian.
Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram, H. Mutawalli mengatakan, Kota Mataram dan Nusa Tenggara Barat secara umum sejauh ini belum membutuhkan beras impor, sebab produksi beras di daerah ini sudah surplus.
"Produksi gabah kering giling di NTB sekitar 4 juta ton, sementara kebutuhan 800 ribu ton, selebihnya dikirim untuk memenuhi kebutuhan di luar daerah," kata Mutawalli.
Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah kota tidak setuju jika pemerintah berencana mengimpor beras, apalagi sebentar lagi masuk musim panen. Dikhawatirkan, impor beras justru akan mematikan usaha petani.
Sementara mengenai kenaikan harga beras, dia mencurigai adanya permainan orang-orang tertentu dikaitkan dengan rencana impor beras sehingga ikut-ikutan menaikkan harga. Hal itu akan menjadi atensi tim pengawasan pangan untuk melakukan penyelidikan terhadap indikasi tersebut agar masyarakat tidak dirugikan.
"Yang perlu diketahui masyarakat, stok beras di daerah ini mencukupi hingga masa panen tiba, dan harganya relatif stabil sesuai dengan jenis beras yang dibeli masyarakat yakni berkisar Rp 9.000 per kilogram hingga Rp 11.000 per kilogram," jelasnya.
Jawa Timur
Pemerintah Daerah Jawa Timur mengklaim masih memiliki cadangan 198.000 ton beras, sehingga tidak perlu beras impor di tahun ini. Bahkan Gubernur Soekarwo berani menjamin kondisi beras di Jawa Timur masih di level aman.
Sehingga masyarakat tidak perlu melakukan pembelian panik karena adanya kebijakan impor beras oleh pemerintah pusat. Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo ini menjelaskan, pada akhir 2017, Jawa Timur menutup tahun dengan stok surplus 200.000 ton.
Untuk produksi di bulan Januari 2018, mencapai 295.000 ton dengan tingkat konsumsi 297.000 ton. Sementara di Februari nanti, masih kata Soekarwo, Jawa Timur akan panen lagi 990.000 ton dan Maret akan kembali panen 1,7 juta ton.
"Atau (Januari) minus 2.000 ton. Jadi terdapat (sisa jumlah) stok 198.000 ton," tegas Soekarwo.