Mengenal Nauru, Negara Terkaya Dunia karena Tambang Kini Jatuh Miskin
Setelah merdeka, Nauru secara keseluruhan telah menguasai operasi fosfat pada tahun 1970 dan pada tahun 1980-an.
Nauru tidak memiliki ibu kota resmi, namun kantor pemerintahan berlokasi di distrik Yaren.
- PNM Mekaar Hadir di Pulau Natuna, Genjot Inklusi Keuangan di Wilayah 3 T
- Cerita Nasabah PNM Mekaar Geluti Hobi Rajut yang Membawa Hoki
- BUMN Pertahanan: Perang di Beberapa Negara Buka Peluang Bisnis, tapi Rantai Pasok Terganggu
- Negara Ini Penduduknya Mayoritas Punya Berat Badan Lebih, Hobinya Merokok
Mengenal Nauru, Negara Terkaya Dunia karena Tambang Kini Jatuh Miskin
Mengenal Nauru, Negara Terkaya Dunia karena Tambang Kini Jatuh Miskin
Mungkin Anda tidak familiar dengan negara yang bernama Nauru. Ya, negara tersebut merupakan kepulauan di barat daya Samudera Pasifik. Negara itu sempat menjadi negara terkaya di dunia karena tambang fosfatnya.
Melansir dari Britannica, tak seperti negara lainnya yang memiliki ibu kota, justru Nauru tidak memiliki ibu kota resmi, namun kantor pemerintahan berlokasi di distrik Yaren.
Negara Nauru terkenal akan tambang fosfat sejak tahun 1907 silam. Selama beberapa dekade, fosfat merupakan sumber daya utama dan satu-satunya ekspor Nauru, mendominasi perekonomian pulau tersebut, dan kualitasnya merupakan yang tertinggi di dunia.
Hampir sepanjang abad ke-20 industri fosfat dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan yang dikelola bersama oleh pemerintah Inggris, Australia, dan Selandia Baru.
Serangkaian perkembangan pada tahun 1950an dan khususnya pada awal tahun 1960an mengarah pada pemerintahan mandiri dan akhirnya kemerdekaan politik serta kepemilikan industri fosfat .
Setelah merdeka, Nauru secara keseluruhan telah menguasai operasi fosfat pada tahun 1970 dan pada tahun 1980-an. Menariknya, Nauru pernah menjadi salah satu negara terkaya di dunia dalam hal produk domestik bruto per kapita.
Pemilik tanah menerima royalti dari pendapatan fosfat, namun banyak warga Nauruan yang menganggur karena pilihan mereka sendiri, karena merasa telah menerima royalti tersebut.
Namun, pada akhir abad ke-20, simpanan fosfat dengan cepat habis, dan Nauru mengalami penurunan pendapatan yang parah, yang menyebabkan negara tersebut hampir bangkrut pada tahun-tahun awal abad ke-21.
Nauru berjuang untuk mengembangkan sumber daya lain dan mencari sumber pendapatan alternatif.
Kendati begitu, negara ini mengalami kelonggaran ekonomi pada akhir dekade pertama tahun 2000-an ketika perbaikan dan peningkatan infrastruktur terkait pertambangan mempercepat ekstraksi dan ekspor sisa deposit fosfat primer dan memungkinkan ekstraksi deposit fosfat sekunder menjadi lebih sulit.
Dari sisi pertanian kecuali perkebunan kopi dan kopra di sepanjang garis pantai dan laguna, perikanan, manufaktur, dan pariwisata hanya mempunyai nilai kecil terhadap perekonomian secara keseluruhan.
Tetapi, Nauru memiliki zona ekonomi eksklusif yang membentang sejauh 200 mil atau 320 km lepas pantai. Penjualan izin penangkapan ikan komersial mulai menghasilkan pendapatan tetap selama tahun 1990an.