Mengerikan, ada bakteri baru di Sungai Citarum akibat banyaknya sampah
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan menyebut bahwa penanganan sampah di Sungai Citarum menjadi agenda sangat penting. Sebab, dampak yang ditimbulkan karena tercemarnya sungai terbesar di Jawa Barat tersebut sudah sangat mengkhawatirkan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan menyebut bahwa penanganan sampah di Sungai Citarum menjadi agenda sangat penting. Sebab, dampak yang ditimbulkan karena tercemarnya sungai terbesar di Jawa Barat tersebut sudah sangat mengkhawatirkan.
Saat ini, banyak masyarakat menjadikan Sungai Citarum sebagai tempat sampah raksasa. Selain itu, sungai ini juga dijadikan pembuangan limbah lebih dari 146 pabrik.
-
Kapan Danau Maninjau terbentuk? Asal usul Danau Maninjau ini bisa terbentuk adalah akibat dari erupsi vulkanik dari Gunung Sitinjau yang terjadi pada 52.000 tahun silam. Erupsi tersebut membentuk sebuah kaldera yang dari waktu ke waktu berubah menjadi sebuah danau.
-
Dimana letak awal sungai Citarum? Titik nolnya berada di kawasan Situ Cisanti, Kecamatan Kertasari.
-
Kapan Danau Masigit mulai mengering? Sudah tiga bulan terakhir lokasi itu tidak digenangi air hingga tanah di dasar danau retak-retak.
-
Dimana letak Sungai Sanghyang Kenit? Air jernih kehijauan dengan arus yang tenang menjadi salah satu ciri dari Sungai Sanghyang Kenit, di wilayah Kampung Cisameng Cipanas, Desa Rajamandala, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
-
Kapan Danau Matano terbentuk? Dikutip dari berbagai sumber, Danau Matano terbentuk dari sebuah patahan atau disebut dengan istilah Strike-slip Fault. Patahan ini akibat adanya aktivitas tektonik dari zaman purba. Tak heran jika danau ini sudah berusia jutaan tahun.
Setelah dilakukan penelitian, ditemukan ada bakteri jenis baru di Sungai Citarum yang sangat berbahaya bagi kesehatan, terutama bagi wanita. "Hasil penelitian ini, plastik yang jadi mikro plastik nih kan dimakan ikan, ikan kita makan. Nih racun nih," kata Menko Luhut, dalam acara Afternoon Tea, di kantornya, Jumat (11/5).
Menurut Luhut, jika ikan ini dimakan oleh manusia, terutama wanita dampaknya sangat berbahaya. "Ikan itu dimakan akan berbahaya pada keturunan kita di masa mendatang. Manusia khususnya wanita yang hamil anaknya jadi kuntet," ujarnya.
Dalam pandangan Menko Luhut, ada 300 mata air di Citarum pada Tahun 2009. Jumlah tersebut berkurang drastis pada 2015 menjadi 144 mata air. "Lalu masyarakat di situ, tahun 80-an pakai sumur untuk minum, sekarang sudah gak bisa."
Selain itu, dampak dari bahayanya Sungai Citarum terlihat dari data BPJS Kesehatan yang menyebutkan bahwa Rp 1,9 triliun dari total Rp 9 triliun dana yang dikeluarkan berada di Jawa Barat.
"Rp 1,9 triliun dana BPJS dari RP 9 triliun itu atau 23 persen itu ditemukan banyak berobat di Jawa Barat. Rp 1,2 Triliun warga di sekitar Citarum. Di Jabar itu ada 70.000 orang yang sakit jiwa apakah karena makan ikan atau enggak, nggak tahu."
Baca juga:
Menko Luhut: Saya tanggung jawab dana pertemuan IMF - World Bank sebesar Rp 855 M
Menko Luhut: Persiapan pertemuan IMF - World Bank di Bali sudah 75 persen
Bertolak ke Vatikan, Menko Luhut perjuangkan nasib kelapa sawit RI
Menko Luhut: Posisi tawar kelapa sawit Indonesia di Uni Eropa semakin kuat
Menko Luhut beberkan pentingnya kelapa sawit bagi perekonomian Indonesia