Menko Airlangga Sebut Surplus Neraca Perdagangan Potret Pemulihan Ekonomi Indonesia
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan capaian ini perlu diapresiasi. Namun beberapa hal tetap harus dicermati lagi.
Ekspor dan impor Indonesia pada Juni 2021 mengalami peningkatan, baik secara bulanan (mtm) maupun tahunan (yoy). Peningkatan ekspor dan impor tersebut menunjukkan aktivitas ekonomi di Indonesia terus pulih. Meski di tengah pandemi Covid-19, performa Neraca Perdagangan Indonesia masih cukup impresif.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan capaian ini perlu diapresiasi. Namun beberapa hal tetap harus dicermati lagi.
-
Apa yang dibahas dalam pertemuan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dengan Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Gam Ki Yong? Pertemuan keduanya terkait implementasi Program Tech:X, peningkatan kemudahan mobilitas bagi investor dari Singapura, pengembangan Pelabuhan Kendal, penguatan konektivitas udara, kerja sama agribisnis, dan kerja sama pariwisata.
-
Bagaimana Menko Airlangga Hartarto berencana memperkuat kerja sama ekonomi di KTT G20? “Di KTT India nanti Indonesia akan terus berupaya menjalin kerja sama dengan negara-negara lainnya dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang ekonomi. Sehingga nantinya pembangunan akan terus terjadi dan masyarakat akan sejahtera," tutur Ketua Umum DPP Partai Golkar ini.
-
Siapa yang bertemu dengan Airlangga Hartarto saat membahas investasi di Indonesia? Delegasi kongres Amerika Serikat yang terdiri Jonathan Jackson, Young Kim, Andy Barr, dan Jasmine Crockett, bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Jakarta di Jakarta, Senin (28/8).
-
Bagaimana Airlangga Hartarto meyakinkan para pengusaha AS tentang iklim investasi di Indonesia? Selama ini Pemerintah Indonesia telah mendorong reformasi struktural melalui UU Cipta Kerja, yang telah menciptakan iklim investasi yang kondusif sekaligus mendorong pemerataan pembangunan," tanggap Menko Airlangga.
-
Apa yang menurut Menko Airlangga Hartarto menjadi tantangan utama dalam pengembangan ekonomi platform di wilayah pedesaan? "Dalam menyambut besarnya kesempatan tersebut, kita juga harus menyadari bahwa terdapat juga tantangan-tantangan dalam pengembangan ekonomi platform, terutama di wilayah pedesaan dan daerah 3T. Tantangan tersebut diantaranya adalah akses terhadap teknologi dan koneksi internet yang terbatas, serta kurangnya pemahaman tentang penggunaan platform-platform ini," ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto yang hadir secara virtual dalam acara Peluncuran Hasil Studi Penggunaan Platform Digital di Pedesaan Indonesia oleh DFS Lab, Selasa (25/7).
-
Siapa yang Airlangga apresiasi dalam penerapan ekonomi sirkular? Lebih lanjut, Airlangga mengapresiasi banyaknya perusahaan rintisan (startup) dan bisnis baru yang menerapkan prinsip 9R dalam ekonomi sirkular.
"Performa neraca perdagangan yang cukup resilience di tengah pandemi tersebut perlu diapresiasi. Namun, untuk menjaga keberlanjutan surplus perdagangan ke depan, perlu terus dicermati beberapa faktor kunci," kata Airlangga Hartarto, di Jakarta, Jumat (16/7).
Surplus neraca perdagangan telah dialami selama 14 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, termasuk pada Juni 2021 yang surplus USD 1,32 miliar. Secara historis, surplus pada 2020 bahkan mencapai rekor tertinggi dalam satu dekade terakhir dengan mencatatkan nilai sebesar USD 21,62 miliar. Lebih jauh, angka ini juga telah mendekati rata-rata performa surplus pada peak periode 2001-2011 dengan nilai sebesar USD 26,16 miliar, sebelum akhirnya Indonesia lebih sering defisit sejak 2012.
Surplus tersebut khususnya ditopang oleh beberapa komoditas non-migas andalan Indonesia yaitu lemak dan minyak hewani atau nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72). Namun, surplus neraca perdagangan ditekan oleh beberapa komoditas yang mengalami defisit, utamanya berasal dari reaktor nuklir, ketel, mesin dan peralatan mekanis (HS 84), mesin dan perlengkapan elektris serta bagiannya (HS 85), serta plastik dan barang daripadanya (HS 39).
Airlangga menjelaskan faktor kunci keberlanjutan surplus neraca perdagangan tersebut antara lain stabilitas pertumbuhan permintaan global. Khususnya pada pasar utama, peran dan fungsi perwakilan perdagangan (Perwadag) dalam mendorong peningkatan ekspor, dinamika perkembangan harga dan volume ekspor komoditas utama dan potensial, dan strategi pemerintah dalam menjaga keseimbangan pertumbuhan impor khususnya pada komponen impor konsumsi.
Baca juga:
Data BPS: Neraca Perdagangan Surplus USD 1,32 Miliar di Juni 2021
Wamendag Soal Surplus USD 10,17 M per Mei: Tertinggi Sejak 10 Tahun Terakhir
Di Acara PPI Asia-Oceania, Wamendag Bongkar Rahasia Pemerintah Genjot Ekspor RI
IHSG Berpeluang Menguat Seiring Rilis Neraca Perdagangan Mei 2021
Neraca Perdagangan Surplus, KSP Sebut Ini Sinyal Pemulihan Ekonomi Indonesia
BI Catat Neraca Perdagangan Indonesia Surplus USD 4,1 Miliar di Triwulan 1-2021
Nilai Ekspor Impor Terjaga di Juni 2021
Berdasarkan data BPS (15 Juli 2021), nilai ekspor tercatat USD 18,55 miliar dan impor USD 17,23 miliar. Nilai ekspor di Juni 2021 ini mencatatkan rekor tertinggi sejak Agustus 2011. Sedangkan nilai impor merupakan tertinggi sejak Oktober 2018.
Jumlah ekspor tersebut meningkat 54,46 persen secara tahunan (yoy) yaitu dari USD 12,01 miliar di Juni 2020 menjadi USD 18,55 miliar di Juni 2021. Sedangkan impor naik 60,12 persen dari USD 10,76 miliar di Juni 2020 menjadi USD 17,23 miliar di Juni 2021. Lebih lanjut, ekspor Indonesia ini memiliki performa yang lebih baik dibandingkan negara-negara Asia lainnya, seperti Korea Selatan 39,8 persen (yoy), Taiwan 25,6 persen (yoy), dan Vietnam 20,4 persen (yoy).
Ekspor non-migas berkontribusi 93,32 persen atau USD 17,31 miliar dari dari total ekspor di Juni 2021. Terdiri atas ekspor industri (75,91 persen), tambang (15,70 persen), dan pertanian (1,75 persen). Sementara ekspor migas menyumbang 6,64 persen atau USD 1,23 miliar.
Peningkatan ekspor juga dipengaruhi oleh pergerakan harga komoditas global. Beberapa komoditas global yang mengalami peningkatan harga antara lain batu bara (Australia) meningkat sebesar 148,94 persen (yoy) dan CPO meningkat sebesar 54,99 persen (yoy). Kenaikan harga di kedua komoditas ekspor utama Indonesia ini telah berkontribusi terhadap peningkatan kinerja ekspor di Juni 2021.
Sementara, nilai impor Juni 2021 sebesar USD 17,23 miliar terdiri dari impor migas senilai USD 2,30 miliar dan non-migas sebesar USD 14,93 miliar. Secara penggunaan barang, dibandingkan bulan sebelumnya, nilai impor seluruh golongan penggunaan barang selama Juni 2021 mengalami peningkatan.
Peningkatan terbesar menurut penggunaan barang terjadi pada golongan barang modal yang meningkat sebesar 35,02 persen secara bulanan (mtm), diikuti bahan baku/penolong sebesar 19,15 persen (mtm), dan barang konsumsi sebesar 16,92 persen (mtm).
"Peningkatan impor bahan baku/penolong mencerminkan peningkatan kinerja sektor riil, sementara peningkatan barang modal juga cukup baik karena berdampak pada peningkatan kapasitas produksi," ujar Airlangga.
Capaian kinerja neraca perdagangan juga dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas manufaktur negara mitra dagang utama, terutama Amerika Serikat dan China. Indeks PMI manufaktur di kedua negara tersebut masih berada di level ekspansif, yakni 62,1 (AS) dan 51,3 (China). Masih tingginya permintaan global telah mendorong aktivitas produksi dalam negeri untuk memenuhi hal itu, sehingga indeks PMI Manufaktur Indonesia berada di level 53,5 dan kinerja ekspor Indonesia meningkat di Juni 2021.
Secara garis besar, pada Juni 2021, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan nonmigas dengan beberapa negara. Antara lain Amerika Serikat (USD 1,34 miliar), Filipina (USD 0,65 miliar), dan Malaysia (USD 0,32 miliar). Sementara, Indonesia mengalami defisit dengan China (USD -0,60 miliar), Australia (USD -0,48 miliar), dan Thailand (USD -0,33 miliar).