Menteri Bahlil Target Lifting Minyak Tembus 900 Ribu Barel per Hari di 2029
Seperti pada 2024, realisasi lifting minyak sekitar 571,7 ribu barel per hari. Jumlah itu jauh di bawah target APBN 2024 yang dipatok 635 ribu barel per hari.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia menargetkan angka produksi terangkut atau lifting minyak Indonesia pada 2029 bisa menembus 900 ribu barel per hari (bopd). Bahlil tidak menutup mata jika angka lifting minyak Indonesia selama ini mengalami tren penurunan dan belum mencapai target.
Seperti pada 2024, dengan realisasi lifting minyak sekitar 571,7 ribu barel per hari. Jumlah itu jauh di bawah target APBN 2024 yang dipatok 635 ribu barel per hari.
- Menteri Bahlil Klaim Lifting Minyak Tembus 600.000 Barel per Hari, Target 2025 Bakal Tercapai
- Menteri Arifin Sebut Ada Tambahan Produksi Minyak 100 Ribu Barel di 2028
- Realisasi Produksi Minyak 1 Juta Barel per Hari Mundur ke 2033, Ini Biang Keroknya
- Akibat Banjir Realisasi Lifting Minyak Semester I-2024 Tak Capai Target, Hanya 576.000 Barel per Hari
Namun, Bahlil berharap target lifting minyak di tahun-tahun berikutnya bisa terangkat. Sehingga bisa mendekati angka target lifting 1 juta barel minyak per hari pada 2030.
"Kalau lifting, duitnya ada kita bor dulu. Ada hasil baru kita bicara. Tapi InsyaAllah, kita targetkan nanti sampai dengan 2029, harus lebih baik. Rencana kita kurang lebih di angka sekitar 800-900 ribu barel," ujar dia di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (16/1).
Demi mengejar target itu, Bahlil lantas meminta Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM untuk menyelesaikan proses lelang 60 wilayah kerja (WK) migas atau blok migas baru pada 2027. Target waktu itu lebih cepat satu tahun dari rencana awal, yakni pada 2028.
Mantan Menteri Investasi/Kepala BKPM itu menilai, pengoperasian WK migas baru jadi salah satu kunci untuk mengejar target swasembada energi. Terlebih angka lifting migas terus menurun setiap tahunnya.
"Tugas bapak (Dirjen Migas) berat. Lifting kita tiap tahun menurun terus. Konsumsi kita tiap tahun naik kalau tidak dikonversi jadi bioetanol," kata Bahlil.
Koordinasi dengan SKKK Migas
Oleh karena itu, dia meminta Dirjen Migas berkoordinasi dengan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), Djoko Siswanto, untuk lebih cepat menuntaskan lelang 60 WK migas.
"Menyangkut minyak, ada sekitar 60 wilayah kerja yang akan kita tenderkan sampai dengan 2028. Saya minta 2027, dari 60 itu semua sudah ditenderkan. Jangan ditahan, semua dijalankan," serunya.
Di lain sisi, Bahlil pun menyatakan, dirinya bakal mengevaluasi blok migas yang tak kunjung berproduksi, meski telah mengantongi persetujuan Plan of Development (PoD).
Bahkan, ia mengancam akan mencabut izin pengelolaan WK migas yang belum menghasilkan produksi selama 20 tahun lebih. Namun, Bahlil tak merinci nama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang dimaksud.
"Kalau itu perlu dicabut, ya dipertimbangkan untuk kita clear-kan. Artinya, kita pro sama dunia usaha, kita dukung dunia usaha, tapi jangan dunia usaha mengatur negara," tegas Bahlil.
Bahlil menyatakan, dirinya tidak akan pilih kasih dalam mencabut izin pengelolaan blok migas yang mandek. Bahkan untuk KKKS yang berstatus sebagai perusahaan pelat merah besar.
"Apalagi kalau wilayah kerja sudah 20 tahun lebih sudah kita kasih, enggak produksi-produksi. Negara butuh. Tidak pandang bulu, mau punya BUMN mau punya swasta, harus ditertibkan agar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Supaya kita kerjasamanya enak," tuturnya.