Menteri Jokowi Ungkap Sosok Konglomerat China yang Investasi di Pulau Rempang
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkap sosok yang bakal melakukan investasi di Pulau Rempang
Investasi di Rempang Eco City ini tidak hanya dilakukan satu perusahaan saja
Menteri Jokowi Ungkap Sosok Konglomerat China yang Investasi di Pulau Rempang
Bahlil mengatakan, Xinyi Glass Holdings Ltd yang akan membangun pabrik kaca di Rempang. Tak cuma itu, perusahaan kakap China ini juga akan membentuk ekosistem pengolahan pasir dengan barang jadi siap ekspor.
Bahlil menekankan, investasi di Rempang Eco City ini tidak hanya dilakukan satu perusahaan saja. Xinyi Group disebutnya bakal membangun pabrik pemrosesan pasir silika, industri soda abu, industri kaca panel surya, industri kaca float.
Termasuk, industri silikon, industri pre silicon, industri pemrosesan kristal, industri steel dan modul surya, dan infrastruktur pendukung lainnya.
"Rencana investasi Xinyi Group USD 11,6 miliar. Ingat ya, Xinyi Group, bukan Xinyi sendiri. Di dalamnya itu ada pembangunan kawasan industri yang terintegrasi," tegas Bahlil.
- Wujudkan Misi Investasi, Presiden Jokowi Saksikan Kesepakatan Kerja Sama PLN dengan 9 Perusahaan di ICBF China 2023
- Oleh-Oleh dari China, Jokowi Bawa Investasi Senilai Rp197 Triliun
- Oleh-Oleh dari China, Jokowi Bawa Komitmen Investasi USD 11,5 Miliar
- Depan Pengusaha China, Jokowi Sebut Sudah Siapkan 34.000 Hektare Lahan IKN untuk Investor
"Artinya, ini bukan dia sendiri, ini grup. Kalau data ini enggak benar, saya yang bertanggung jawab. Saya siap diberi sanksi kapan saja," ungkap Bahlil
Menurut Bahlil, Indonesia akan banyak mengambil keuntungan lewat investasi grup Konglomerat China tersebut di Pulau Rempang
Selain bisa menyetop ekspor pasir ke pasar asing, Xinyi Group diyakini akan membentuk hilirisasi industri yang menciptakan nilai tambah perdagangan bagi Indonesia.
"Keuntungan ekonominya kalau ini jalan, selama ini kita ekspor pasir silika sama pasir kuarsa ke luar negeri. China, Korea, dan lain-lain. Ini kan sama kayak nikel bro, dulu kita larang ekspor orang demo saya 1,5 bulan," papar Bahlil.
"Nilai ekspornya dulu USD 3,3 miliar. Begitu kita stop ekspor ore nikel, sekarang sudah menjadi USD 33 miliar, karena sudah barang jadi. Berapa lapangan pekerjaan kita dapat? Berapa pendapatan negara yang lebih? Berapa multiplier effect yang terjadi akibat industri dalam negeri? Berapa nilai tambah neraca perdagangan kita? Itu kan sudah pasti terjawab," tutur Bahlil.
Jika sudah terbentuk ekosistem, Bahlil percaya Pulau Rempang akan jadi pusat produksi solar panel di kancah global
"Hampir seluruh dunia itu butuh solar panel, 80 persen dari industrinya ekspor, made in Indonesia. Jadi ini bukan hanya konsumsi dalam negeri, 80 persen ekspor bro," ucap Bahlil
Saat ditanyai kelanjutan komitmen investasi USD 11,6 miliar Xinyi di Pulau Rempang, Bahlil mengaku terus menjalin komunikasi intensif dengan mereka. Ia berharap realisasinya bisa segera terwujud.
"Bicara seberapa dalam komunikasi saya dengan mereka, intens. Dan menunggu kalau ini sudah selesai, Insya Allah kita doakan dalam waktu yang panjang kita akan melakukan action di lapangan," pungkas Bahlil.