Menteri Jonan usul lifting migas naik di 2019
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengusulkan lifting migas untuk Rencana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (RAPBN) tahun 2019 sebesar 2 juta barrel oil equivalent per day (BOEPD). Angka ini lebih tinggi dari tahun 2018 yang sebesar 1,921 juta BOEPD.
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengusulkan lifting migas untuk Rencana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (RAPBN) tahun 2019 sebesar 2 juta barrel oil equivalent per day (BOEPD). Angka ini lebih tinggi dari tahun 2018 yang sebesar 1,921 juta BOEPD.
"Lebih tingginya lifting migas tersebut justru membuat biaya produksi (cost recovery) yang tercatat 10,22 miliar dolar AS menjadi lebih rendah dari outlook tahun 2018, yaitu sebesar 11,34 miliar dolar AS," demikian data yang dihimpun Antara dari Kementerian ESDM, Jakarta, Sabtu (15/9).
-
Siapa yang mencium Jonas Rivanno? Asmirandah kemudian mengerjai Chloe dengan cara menunjuk sesuatu untuk mengalihkan perhatian sang putri. Setelah perhatian Chloe teralihkan, Asmirandah segera mengambil kesempatan untuk mencuri ciuman dari Vanno.
-
Kapan Lembaga Eijkman diresmikan? Wacana tersebut akhirnya terealisasi pada tahun 1992 dan laboratorium mulai beroperasi setahun setelahnya lalu diresmikan langsung oleh Presiden Soeharto.
-
Kapan Ivan Gunawan meresmikan Masjid Indonesia? Setelah dua tahun pembangunannya, masjid ini akhirnya selesai dan diresmikan langsung oleh Ivan Gunawan bersama pengurus masjid.
-
Mengapa Istighosah penting? Manfaat dari istighosah adalah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, mempererat hubungan antara hamba dan Rabbnya.
-
Kapan UGM diresmikan? Universitas Gadjah Mada (UGM) didirikan pada 19 Desember 1949 di Yogyakarta, Indonesia.
-
Siapa yang menolak mentah-mentah Kaesang menjadi Gubernur Jakarta? Kesimpulan Prabowo lawan perintah Jokowi dan menolak mentah-mentah Kaesang untuk menjadi gubernur DKI Jakarta adalah tidak benar.
Usulan ini selanjutnya akan dibahas lebih lanjut dan ditetapkan pada Rapat Kerja hari Senin (17/9). "Lifting minyak dan gas bumi sampai hari ini realiasasinya itu 1,921 juta BOEPD, outlooknya 1,902 juta BOEPD. Dan untuk RAPBN 2019 diusulkan lifting migas sebesar 2 juta BOEPD dengan biaya produksi 10,22 miliar dolar, dengan kurs sebesar Rp 14.400 per dolar AS," ujar Jonan.
Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, realisasi cost recovery hingga akhir agustus 2018 sebesar 7,77 milyar dolar dan outlooknya sebesar 11,34 miliar dolar. Untuk mengurangi cost recovery ini, tidak banyak yang bisa dilakukan, paling banyak 1/3 atau 40 persen karena sisanya merupakan sisa bawaan dari masa kontraknya puluhan tahun yang lalu.
Sementara itu, Kepala SKK Migas, Amin Sunaryadi menambahkan, lifting minyak bumi akan didominasi oleh 12 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) seperti PT. Chevron Pacific Indonesia, Mobil Cepu LTD, PT. Pertamina EP dan Pertamina Hulu Energi yang menghasilkan lifting hingga 88 persen dari lifting minyak nasional.
"Lifting minyak bumi hingga akhir bulan Agustus 2018 sebesar 774.425 BOPD atau 97 persen dari target lifting. Untuk tahun 2019 mendatang SKK Migas menetapkan prakiraan untuk tahun 2019 sebesar 750 ribu BOPD," ujar Amin.
Prakiraan 2019 itulah yang nanti pada Oktober hingga pertengahan bulan Desember 2018 itu yang akan dibahas secara detail perincian rencana kerja sehingga biaya yang akan menjadi cost recovery berapa termasuk produksi dan besar liftinganya.
Sejak tahun 2013 hingga 2018, realisasi cost recovery selalu melampaui target yang sudah ditetapkan, namun untuk tahun 2019 mendatang Amin menegaskan akan berkurang karena sebagian kontrak migas skema production sharing contract (PSC) cost recovery berubah menjadi PSC gross split.
"Saat ini yang sudah efektif menggunakan skema gross split, Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ dan yang baru akan mulai yaitu PHE Tuban dan PHE Ogan Komering. Nanti satu triwulan lagi akan ditambah dengan Sanga-Sanga dan South East Sumatera. Diharapkan penerapan skema gross split akan menurunkan biaya cost recovery," jelas Amin.
Ditambahkan Amin, komponen cost recovery terbagi menjadi beberapa komponen, dan komponen terbesar cost recovery hingga bulan Agustus 2018 ini adalah current year operating cost yakni sebesar 76,8 persen.
"Current year operating cost terbagi menjadi cost untuk produksi 67 persen, biaya untuk pengembangan 14 persen, biaya umum dan administrasi 10 persen, biaya untuk eeksplorasi 9 persen," tambah Amin.
Baca juga:
ESDM soal kewajiban pembelian minyak kontraktor: Aturan di negara lain lebih ketat
Arcandra: Pertamina berpotensi borong minyak dalam negeri 225.000 barel/hari
Harga minyak anjlok dipicu kekhawatiran risiko krisis negara berkembang
AS diperkirakan jadi produsen minyak mentah terbesar dunia hingga 2019
Harga minyak bervariasi dipicu kekhawatiran persediaan AS
Ada kejanggalan, KY diminta turun tangan soal putusan PN Jaksel
Bangun kampung hijau Cisalopa, ABM Investama Group sabet 11 penghargaan ISDA 2018