Melihat Jejak Sejarah Eijkman, Lembaga Riset Kesehatan Warisan Belanda
Badan riset kesehatan yang berdiri sejak era Kolonial Belanda ini berperan penting atas penemuan konsep vitamin ketika terjadi wabah penyakit beri-beri.
Badan riset kesehatan yang berdiri sejak era Kolonial Belanda ini berperan penting atas penemuan konsep vitamin ketika terjadi wabah penyakit beri-beri di Batavia.
Melihat Jejak Sejarah Eijkman, Lembaga Riset Kesehatan Warisan Belanda
Wabah penyakit sudah bermunculan sejak pendudukan Belanda di Bumi Nusantara. Masalah ini membuat para pakar ahli di bidang kesehatan memutar otak untuk menemukan ramuan yang tepat untuk mengatasi wabah tersebut.
Christiaan Eijkman, adalah peneliti berkebangsaan Belanda yang berhasil menemukan konsep sebuah vitamin ketika melakukan studi penyakit beri-beri di Batavia yang kala itu cukup merebak. (Foto: Wikipedia)
-
Siapa yang menjadi direktur pertama di Eijkman? Dr. Achmad Mochtar menjadi orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai direktur di Laboratorium Eijkman.
-
Bagaimana Kementerian Kesehatan dibentuk? Pemerintah melalui Peraturan Presiden No. 47/2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara yang dikeluarkan pada 3 November 2009, mengubah semua bentuk Departemen, Kantor Menteri Negara dan Kantor Menteri Koordinator menjadi Kementerian Negara.
-
Apa yang dilakukan Belanda? Pada praktiknya, tanah milik sultan itu kemudian disewakan kepada Belanda. Sementara itu, pemerintah kolonial memberikan konsesi kepada pemodal untuk mengolah hasil perkebunan tersebut. Mirisnya, rakyat yang ingin menggarap tanah harus memberikan konsesi kepada pemilik Afdeling.
-
Apa tugas Kementerian Kesehatan? Tugasnya membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
-
Dimana lokasi makam Belanda? Kompleks permakaman Belanda di Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur nasibnya miris.
-
Siapa Menteri Kesehatan Pertama RI? Presiden Soekarno menunjuk langsung Boentaran sebagai Menteri Kesehatan Pertama RI Kabinet Presidensial. Itu karena Soekarno melihat latar belakang dan kemampuan intelektualnya di bidang kesehatan.
Mengutip dari berbagai sumber, pada tahun 1888 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Geneeskundig Laboratorium atau dalam bahasa Indonesia Laboratorium Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang berada di Batavia. Christiaan Eijkman pun ditunjuk sebagai direktur pertama.
Sejak tahun 1938, lembaga ini berubah namanya menjadi Eijkman Institut sebagai bentuk penghargaan kepada peneliti Belanda tersebut. Sejak saat itu, institusi ini menjadi laboratorium riset untuk Patologi dan Bakteriologi.
Dipimpin Orang Indonesia
Pada tahun 1938, Lembaga Eijkman dipimpin oleh Prof. Dr. Achmad Mochtar yang menjadi orang Indonesia pertama yang menjadi direktur di lembaga tersebut.
Perannya cukup besar terhadap kelangsungan lembaga dan juga perkembangan kesehatan di Hindia Belanda. Namun, Ia harus menerima kenyataan pahit karena dituduh mencemari Vaksin Tetanus yang menyebabkan banyak Romusha tewas.
Selain itu, Mochtar juga menjadi pahlawan karena Ia rela berkorban atas tuduhan tersebut agar para peneliti lainnya terbebas dari jeratan hukuman tentara Jepang.
Sempat Tutup
Perkembangan Lembaga Eijkman ini tidak selalu berjalan mulus. Pada tahun 1960-an, lembaga ini terpaksa harus ditutup akibat pergolakan ekonomi dan politik di Indonesia.
Dengan kondisi yang tidak memungkinkan, Lembaga Eijkman pun terpaksa tutup lalu bergabung dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Bangkit Kembali
Setelah mandek selama kurang lebih 3 dekade, akhirnya pada tahun 1990 dalam memperingati satu abad penemuan Vitamin B1, B.J. Habibie yang menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi memutuskan untuk membangkitkan Lembaga Eijkman.
Wacana tersebut akhirnya terealisasi pada tahun 1992 dan laboratorium mulai beroperasi setahun setelahnya lalu diresmikan langsung oleh Presiden Soeharto.
Setelah Prof. Dr. Achmad Mochtar wafat, Lembaga Eijkman lantas dilanjutkan oleh Profesor Sangkot Marzuki sejak tahun 1992 hingga 2014.
Terintegrasi dengan BRIN
Pada 2022 lalu, Lembaga Eijkman menjadi sorotan publik karena digadang-gadang akan diambil alih oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional. Hal ini memicu pro dan kontra atas isu tersebut.
Pihak BRIN pun akhirnya memberikan pernyataan jika Lembaga Eijkman pun terintegrasi dengan BRIN. Artinya, Eijkman akan menjadi unit kerja sama yang mengangkat hak yang lebih bagi para penelitinya.
Saat itu Lembaga Eijkman bukan sebuah lembaga resmi pemerintah dan statusnya masih unit proyek di Kemenristek.