Mengenang Sosok Achmad Mochtar, Ilmuwan Kedokteran Asal Sumatera Barat yang Berjasa di Bidang Penelitian
Ia sempat dituduh mencemarkan Vaksin Tetanus oleh militer Jepang lalu dieksekusi mati.
Ia sempat dituduh mencemarkan Vaksin Tetanus oleh militer Jepang lalu dieksekusi mati.
Mengenang Sosok Achmad Mochtar, Ilmuwan Kedokteran Asal Sumatera Barat yang Berjasa di Bidang Penelitian
Seorang dokter bernama Achmad Mochtar mungkin tidak begitu dikenal banyak orang, akan tetapi kisah maupun perjuangan heroiknya selama hidup sangat patut untuk dikenang.
Dr. Achmad Mochtar lahir di Bonjol, Sumatera Barat pada tahun 1892. Ia terlahir dengan kecerdasan yang mumpuni sehingga bisa menempuh pendidikan di STOVIA dan lulus pada tahun 1916. Setelah itu Ia sempat menjadi dokter di Panyabungan lalu melanjutkan ke Universitas Amsterdam pada tahun 1927. (Foto: Wikipedia)
-
Apa kontribusi ilmuwan ini? Salah satu kontribusi terpenting Brahe adalah pengamatan yang sangat akurat terhadap gerakan planet Mars. Data yang dikumpulkannya menjadi landasan penting bagi Johannes Kepler dalam pengembangan hukum gerak planet.
-
Siapa yang menemukan Raden Mochtar? Saat itu, mereka sedang minum kopi di sebuah depot. Tiba-tiba seorang pemuda melintasi mereka dengan mengendarai motor. Albert Balink kemudian mencoba mengejar pemuda itu dengan mobil. Karena ketakutan, pemuda itu memacu cepat sepeda motornya.
-
Siapa yang mengumumkan penemuan vaksin kanker? Presiden Vladimir Putin mengungkapkan bahwa mereka kini selangkah lebih dekat untuk penemuan vaksin kanker.
-
Siapa tokoh intelektual tersohor dari Aceh? Salah satu tokoh tersebut bernama Abu Bakar Aceh, seorang tokoh intelektual tersohor asal Aceh yang telah melahirkan banyak karya di bidang keagamaan, filsafat, dan kebudayaan.
-
Apa profesi Raden Mochtar? Ia aktif menghiasi dunia layar lebar Indonesia pada dekade 1930-an hingga 1990-an.
-
Siapa ilmuwan terbaik di Universitas Gadjah Mada? Jumlah ilmuwan dalam indeks : 497 Ilmuwan terbaik dalam institusi : Abdul Rohman
Putra dari pasangan Omar dan Roekajah ini berhasil meraih gelar doktor setelah menempuh pendidikan di Amsterdam. Lalu ia bergabung dengan lembaga Eijkman. Dr. Achmad Mochtar menjadi orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai direktur di Laboratorium Eijkman.
Selain itu, ia pernah meraih Nobel Kedokteran pada tahun 1929 berkat penemuan vitamin pencegah Neuritis (Antineuritis) yaitu Tiamin alias Vitamin B1 (Anti Beri-beri).
Ahli di Bidang Penelitian
Selama Mochtar berkarier sebagai dokter, saat bertugas di Panyabungan ia sempat bertemu dengan seorang peneliti Belanda bernama W.A.P Schuffner yang saat itu sedang meneliti Malaria. Dari pertemuan tersebut, Schuffner menjadi mentor Mochtar.
Ketika Mochtar sedang menempuh pendidikan di Amsterdam, ia menulis disertasi tentang penyangkalan soal Leptospira sebagai penyebab dari demam kuning, yang saat itu diketahui di bidang ilmu kedokteran.
Saat Mochtar kembali ke Hindia Belanda, ia kembali melanjutkan penelitian terkait Leptospirosis. Ia juga sempat berpindah ke berbagai daerah sekaligus aktif mempublikasikan karya ilmiahnya ke berbagai jurnal ternama.
Kedatangan Militer Jepang
Pada tahun 1942, Jepang pun berhasil menduduki wilayah Hindia Belanda. Mereka pun langsung menangkap seluruh orang Belanda yang masih tersisa termasuk di Lembaga Eijkman.
Direktur Lembaga Eijkman saat itu, W.K. Martens juga termasuk dalam daftar yang ditangkap oleh tentara Jepang. Namun, dirinya mengidap penyakit beri-beri saat berada di penjara militer Jepang, lalu meninggal dunia. Dari situlah Mochtar kemudian diangkat menjadi direktur Lembaga Eijkman.
Tuduhan Sabotase Vaksin
Melansir dari situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, pada bulan Oktober 1944, ilmuwan Eijkman ditangkap karena tuduhan sabotase vaksin yang menyebabkan ratusan Romusha tewas pada tragedi Klender.
Beberapa minggu setelah kejadian, para peneliti Eijkman sempat melakukan analisa sample jaringan hasil autopsi pada korban Romusha yang sudah meninggal dunia. Dari hasilnya dapat disimpulkan jika vaksin tersebut sudah tercemar Toksin Tetanus.
Dr. Achmad Mochtar selaku direktur Eijkman pun melakukan negosiasi dengan pihak Jepang. Ia menyerahkan diri dan siap disalahkan agar para ilmuwan lainnya bisa terbebas dari jeratan hukuman Jepang.
Meninggal dengan Tragis
Melansir dari berbagai sumber, ada beberapa versi terkait kematian dari Dr. Achmad Mochtar. Mulai dari dihukum pancung, hingga ada spekulasi jika dirinya digiling secara hidup-hidup menggunakan alat untuk memadatkan tanah.
Setelah itu, mayat Dr. Achmad Mochtar dibuang ke liang kubur massal. Sejak dirinya meninggal pada tanggal 3 Juli 1945, lokasi jenazahnya tidak pernah terkuak sedikitpun.
Namun melalui sebuah investigasi yang dilakukan oleh Direktur Eijkman, Sangkot Marzuki bersama koleganya berhasil menemukan makamnya yang berada di Ereveld, Ancol pada tahun 2010. Jasadnya dikuburkan dalam satu liang bersama 9 orang lainnya.
Diberikan Penghargaan
Untuk mengenang jasa dan perjuangannya selama hidup, Pemerintah Indonesia memberikan penghargaan Satyalancana Kebaktian Sosial pada tahun 1968. Kemudian Mochtar juga diberikan Bintang Tanda Jasa Kelas 3.
Selama hidupnya, Mochtar bukan hanya menjadi pahlawan Indonesia saja, tetapi juga pahlawan di bidang penelitian dan kemanusiaan khususnya dalam pengorbanan atas hukuman tentara Jepang.
Kini, namanya telah diabadikan sebagai nama rumah sakit di daerah Bukittinggi dengan nama Rumah Sakit Achmad Mochtar.