Sosok Yap Thiam Hien, Advokat Keturunan Tionghoa-Aceh yang Berjuang Tegakkan HAM di Indonesia
Meski saat itu jenjang kariernya sudah lebih baik, tetapi Tham Hien tidak lupa dengan penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh orang Indonesia.
Meski saat itu jenjang kariernya sudah lebih baik, tetapi Tham Hien tidak lupa dengan penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh orang Indonesia akibat penjajajahan Belanda.
Sosok Yap Thiam Hien, Advokat Keturunan Tionghoa-Aceh yang Berjuang Tegakkan HAM di Indonesia
Mr. Yap Thiam Hien atau yang biasa disapa dengan John oleh kawan-kawannya lahir di Kutaraja, Banda Aceh pada 25 Mei 1913. Ia merupakan keturunan Tionghoa dari pasangan Yap Sin Eng dan Hwan Tjing Nio.
Yap Thiam Hien tumbuh di lingkungan perkebunan feodal, yang akhirnya membentuk dirinya menjadi seorang yang membenci penindasan dan kesewenangan. (Foto: Wikipedia)
-
Siapa tokoh intelektual tersohor dari Aceh? Salah satu tokoh tersebut bernama Abu Bakar Aceh, seorang tokoh intelektual tersohor asal Aceh yang telah melahirkan banyak karya di bidang keagamaan, filsafat, dan kebudayaan.
-
Siapa yang mengalami pelanggaran HAM? Abdul mengaku mendapat telepon dari kerabat di Shanghai pada September 2017. Menurut Abdul, kerabatnya itu mengabarkan bahwa adiknya diambil dari kamp konsentrasi warga Uighur di China.
-
Siapa yang mendirikan organisasi Hwie Tiaw Ka? Dan di sanalah mereka mendirikan sebuah organisasi bernama Hwie Tiaw Ka.
-
Di mana orang Hakka mendirikan Hwie Tiaw Ka? Saat tiba di pelabuhan Surabaya, orang-orang Hakka ini menyusuri Sungai Kalimas. Kemudian membentuk sebuah perkampungan di sebelah kampung orang-orang Arab dan orang Eropa. Dan di sanalah mereka mendirikan sebuah organisasi bernama Hwie Tiaw Ka.
-
Bagaimana contoh penerapan HAM? Contoh hak-hak asasi pribadi yaitu:Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian, dan berpindah-pindah tempat. Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat. Hak kebebasan memilih dan aktif dalam organisasi atau perkumpulan.
-
Siapa pemimpin pemberontakan DI/TII di Aceh? Sosok Teungku Muhammad Daud Beureueh, Gubernur Militer yang Jadi Pemimpin Pemberontakan DI/TII di Aceh
Sejak usia 9 tahun, ia sudah ditinggal ibunya untuk selamanya. Ia bersama kedua adiknya dibesarkan oleh neneknya, Sato Nakashima yang merupakan seorang perempuan Jepang . Namun, meski tidak ada hubungan darah, Sato malah membentuk sebuah keluarga harmonis yang tidak Thiam Hien dapatkan selama ini.
Akan tetapi, sang ayah sudah membentuk kehidupan untuk anak-anaknya. Ia sudah memohon status hukum disamakan dengan bangsa Eropa. Maka dari itu, jaminan pendidikan dari anak-anaknya sangat terjamin dan memungkinkan bisa menempuh pendidikan Eropa.
Pindah ke Batavia
Tham Hien pernah mengenyam pendidikan di Europesche Lagere School, Banda Aceh kemudian melanjutkan pendidikan di MULO. Tahun 1920, sang ayah membawa Tham Hiem bersama adiknya untuk pindah ke Batavia.
Kepindahannya ke Batavia membuat Tham Hien harus mengenyam pendidikan di MULO Batavia. Kemudian melanjutkan ke AMS dengan program bahasa Barat di Bandung dan Yogyakarta dan lulus pada tahun 1933.
Tham Hien memeluk agama Kristen. Ia kemudian belajar memperdalam agama Kristen melalui kenalannya yang masih keturunan Indo. Ia pun akhirnya memutuskan untuk ngekos di Yogyakarta.
Berkarier Sebagai Guru
Melansir dari lk2fhui.law.ui.ac.id, Tham Hien mulai berkarier sebagai guru untuk membantu perekonomian ayahnya serta membiayai sekolah adik-adiknya. Ia pun mengajar di sekolah Kristen keturunan Tionghoa di Cirebon dan Lasem.
Tahun 1938, ia mendapatkan kesempatan untuk kuliah umum di Belanda melalui beasiswa. Tak berpikir lama ia langsung mengambil kesempatan itu dan berkuliah di Universitas Leiden. Tahun 1947 ia meraih gelar Meester in de Rechten.
Meski saat itu jenjang kariernya sudah lebih baik, tetapi Tham Hien tidak lupa dengan penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh orang Indonesia akibat penjajajahan Belanda. Ia sangat konsisten memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.
Jasa Perjuangan Tegakkan Keadilan
Setelah dirinya kembali ke Tanah Air, ia mulai berkiprah sebagai pengacara untuk warga keturunan Tionghoa di Jakarta. Selama menjadi pengacara ia pernah membela pedagang Pasar Senen yang digusur oleh pemilik gedung.
Selain itu, ia juga melakukan penolakan usul pemerintah dalam penggunaan kembali UUD 1945. Menurutnya, UUDS 1945 cenderung lebih baik ketimbang UUD 1945 yang berpotensi membatasi hak pikir, berbicara, menulis, mendirikan organisasi dan sebagainya.
Soebandrio saat itu dituduh terlibat dalam peristiwa G30S. Tham Hien yang terkenal sebagai anti-komunis pun tetap pada jalannya yaitu melakukan pembelaan sesuai dengan pekerjaannya di bidang advokat.