Sosok Abu Bakar Aceh, Cendekiawan Islam yang Tersohor dari Serambi Mekkah
Tokoh intelektual dari Aceh ini telah melahirkan berbagai karya-karya penting tentang keagamaan, filsafat, dan juga kebudayaan.
Provinsi Aceh tidak hanya terkenal dengan ragam budayanya yang begitu kental dan telah diwariskan turun-temurun dari nenek moyang. Daerah ini juga melahirkan banyak tokoh dan pahlawan pada masa kolonial sampai terjun di bidang ilmu pengetahuan.
Salah satu tokoh tersebut bernama Abu Bakar Aceh, seorang tokoh intelektual tersohor asal Aceh yang telah melahirkan banyak karya di bidang keagamaan, filsafat, dan kebudayaan.
-
Kata bijak Abu Bakar apa yang tentang ilmu dan ketakwaan? Semakin banyak ilmu yang kamu miliki, semakin besar pula ketakwaanmu kepada Allah.
-
Siapa yang membawa Aceh ke masa kejayaan? Sosok Sultan Iskandar Muda, Raja yang Bawa Kesultanan Aceh Menuju Masa Kejayaan Berkat jasanya yang begitu besar untuk Aceh, Pemerintah Indonesia menetapkan Sultan Iskandar Muda sebagai Pahlawan Nasional.
-
Kenapa nama tokoh Islam dunia jadi inspirasi? Banyak tokoh Islam dunia pula yang memiliki sejarah hidup yang mulia dan patut diteladani. Pantas rasanya jika para tokoh Islam dunia tersebut menjadi sumber inspirasi orang tua dalam memberi nama anak-anak mereka.
-
Bagaimana Teungku Muhammad Daud Beureueh memperjuangkan Islam di Aceh? Ia yang terpilih menjadi ketua umum secara aklamasi itu menghimpun ulama aktif di Aceh dalam program pengembangan sekolah-sekolah agama yang lebih modern sekaligus meningkatkan kualitas sekolah Islam di Aceh.
-
Siapa Abu Al-Abbas? Abu al-Abbas al-Saffah sendiri merupakan seorang khalifah keturunan dari keluarga Bani Abbasiyah yang telah lama menentang pemerintahan dinasti Umayyah.
-
Siapa tokoh inspiratif dari Aceh yang melawan Belanda? Teuku Nyak Arif, sosok pejuang dan gubernur pertama Aceh. Saat kolonialisme menguasai tanah Aceh, muncul orang-orang yang ingin melawan dan mengusir Belanda dengan berbagai cara.
Nama Abu Bakar bahkan masuk dalam buku Seratus Tokoh Islam yang Paling Berpengaruh di Indonesia yang ditulis oleh Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza. Selama hidupnya ia juga terjun di bidang partai politik serta ahli dalam beberapa bahasa seperti Bahasa Minang, Jawa, Sunda, dan Gayo.
Seperti apa sosok dan kiprahnya selama hidupnya? Simak informasinya yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber berikut ini.
Profil Singkat
Aboebakar Atjeh atau disebut juga Abu Bakar Aceh ini lahir di Peureumeu, Aceh Barat pada tanggal 28 April 1909. Ia lahir dari kalangan keluarga dengan kultur agama Islam yang kental dan kuat. Sang ayah, Teungku Haji Sjah Abdurahman merupakan Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman. Sang ibunda, Hajjah Na’in yang berasal dari perkampungan Peulanggahan.
Nama “Atjeh” yang tersemat ini bukanlah kebetulan saja, melainkan pemberian dari Presiden Soekarno kepadanya karena kagum terhadap kapasitas ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Bahkan, Abu Bakar termasuk dalam seratus tokoh Islam yang paling berpengaruh di Indonesia.
Selama pendidikannya, ia mengenyam di pendidikan dasar “Dayah” atau lembaga pendidikan non-formal/tradisional khas Aceh. Selain itu, ia juga menempuh pendidikan di Volkschool Meulaboh dan Kweekschool Islamiyah di Padang.
Berkat kegemilangan dan luasnya ilmu pengetahuan, Abu Bakar sampai dijuluki sebagai “Ensiklopedia Berjalan” dari teman-teman sejawatnya.
Sepak Terjang Organisasi
Setelah menempuh pendidikan, Abu Bakar sangat aktif mengikuti berbagai macam organisasi di bidang keagamaan dan kemasyarakatan di Aceh. Kemudian ia menjadi tokoh pendiri organisasi Muhammadiyah di Aceh pada tahun 1924 silam.
Setelah malang melintang di organisasi, ia pindah ke Jawa, di sana ia banyak bertemu dengan tokoh-tokoh besar dalam pergerakan nasional. Selain itu, ia sempat menjadi pegawai di Hindia Belanda sebagai Pustakawan dan Editor pada Kantor Urusan Dalam Negeri sejak tahun 1930 sampai takluknya Jepang.
Kemudian, ia juga sempat menjadi guru kursus dai setelah Indonesia merdeka, lalu menjadi pegawai di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Setahun kemudian ia diangkat menjadi Kepala Perpustakaan Islam yang berada di bawah Kementerian Agama dan menjadi Pimpinan Partai Masyumi di Yogyakarta.
Pada tahun 1948, ia bersama Menteri Agama saat itu K.H. Masjkur, mempelopori penulisan Al-Qur’an pusaka. Di tahun 1950 ia memimpin majalah Mimbar Agama yang menjadi majalah resmi Departemen Agama.
Karya-karya Gemilang
Ketika KH. Wahid Hasyim wafat, Abu Bakar Aceh berniat untuk membuatkan biografi. Setelah bukunya selesai menjadi jembatan dirinya untuk mendekatkan diri dengan kalangan pesantren di Indonesia.
Meski dirinya dekat dengan kalangan Reformis-Modernis Islam selama berada di Yogyakarta tidak menghalangi dirinya untuk membangun hubungan yang harmonis dengan komunitas pesantren. Bahkan di beberapa tulisannya, ia menulis kekagumannya terhadap kehidupan dan banyak menimba ilmu dari tradisi keilmuan di pesantren.
Ada banyak karya yang ditulis Abu Bakar Aceh, dan menjadi salah satu sumber ilmu bagi kehidupan masyarakat khususnya di bidang agama Islam. Selain itu, sosoknya juga menjadi contoh bagi para cendekiawan lainnya untuk bisa mendalami ilmu.
Abu Bakar wafat di Jakarta pada tanggal 17 Desember 1979 dan dimakamkan di TPU Karet Bivak. Selama hidupnya, ia banyak memberikan wawasan dan jendela ilmu yang baru bagi generasi penerusnya. Tentu saja, sosoknya sangat patut untuk dikenang dan menjadi contoh.