Myanmar bakal salip ekonomi Indonesia saat pasar bebas ASEAN
Murahnya upah buruh di Myanmar membuat investor asing memalingkan investasinya dari Indonesia.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengkhawatirkan pesatnya kemajuan perekonomian Myanmar belakangan ini. Pertumbuhan Myanmar menjadi ancaman untuk Indonesia saat pasar bebas Asia Tenggara atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) diimplementasikan di 2015 mendatang.
Ketua Bidang Otomotif Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (DPN Apindo), Soebronto Laras, mengatakan Myanmar saat ini gencar membuka diri untuk investor asing agar menanamkan modalnya dan membuka lapangan kerja di Myanmar.
"Apalagi sekarang tenaga kerja di sana yang termurah. Perbedaannya dengan Indonesia sangat jauh, di Myanmar cuma Rp 700.000 per bulan sedangkan di Indonesia kan tahu sendiri bisa Rp 2,4 juta. Saya tahu karena saya pernah ke sana tiga bulan lalu," ujar Soebronto ketika berdiskusi dengan wartawan di Kantor Apindo, Jakarta, Rabu (16/4).
Kondisi ini membuat Myanmar berpotensi besar merebut investor asing yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Kondisi ini berbeda dengan beberapa tahun lalu di mana investor enggan membeli lahan di Myanmar karena masih menganut negara tertutup. Namun sejak resmi dibuka, perlahan investor asing mulai tertarik menanamkan modal di Myanmar.
"Jepang saja sudah masuk beli lahan dan membuka fasilitas di Myanmar. Ini sedang dipacu karena bisa membuka lapangan pekerjaan," tegasnya.
Tidak hanya itu, China yang saat ini juga tengah terancam tak dapat masuk ke Indonesia karena ada permasalahan di perdagangan bebas, telah melirik Myanmar sebagai negara tujuan investasi barunya.
"Kalau China nggak bisa masuk tentu memukul pengusaha kecil di Indonesia. Mereka akan merasa kehilangan. Tapi China bisa masuk ke Myanmar, jadi nanti barang yang diekspor ke kita bukan lagi Made In China, tapi Made In Myanmar," tukas dia.