Nilai Tukar Rupiah Ditutup Merosot ke Level Rp14.480 per USD
Optimisme pertumbuhan ekonomi di Indonesia tak terlepas dari rasa optimisme terhadap perkembangan ekonomi secara global pada 2021 akan tumbuh positif hingga 5 persen, setelah terkontraksi 3,8 persen pada tahun sebelumnya.
Nilai tukar atau kurs Rupiah ditutup melemah 35 poin ke level Rp14.480 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp14.445 per USD. Sedangkan untuk perdagangan besok, Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup melemah di rentang Rp14.430 hingga Rp14.530 per USD.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, secara fundamental, Rupiah masih stabil meski ditutup melemah. Berbagai data perekonomian tercatat masih positif seperti PMI manufaktur yang berada di atas level ekspansif 50 atau 50,9 persen dan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di level ekspansif yakni 50.
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Kapan Indonesia mendevaluasi nilai tukar rupiah untuk pertama kalinya? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Bagaimana nilai IDR ditentukan? Perubahan nilai IDR dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik, seperti inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik, dan faktor-faktor global seperti kondisi pasar internasional.
"Selain data manufaktur, realisasi investasi dan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada 2021 lebih tinggi dibandingkan posisi tahun sebelumnya," ujar Ibrahim dalam riset harian, Jakarta, Selasa (30/3).
Dari beberapa indikator ekonomi yang mengalami tren perbaikan, membuat pemerintah tetap optimis terhadap target pertumbuhan ekonomi nasional dapat tercapai dikisaran 4,5 persen sampai 5,3 persen. Walaupun Pemerintah juga memprediksi pertumbuhan ekonomi pada Kuartal Pertama 2021 masih berada di zona negatif.
Optimisme pertumbuhan ekonomi di Indonesia tak terlepas dari rasa optimisme terhadap perkembangan ekonomi secara global pada 2021 akan tumbuh positif hingga 5 persen, setelah terkontraksi 3,8 persen pada tahun sebelumnya. Sinyal pemulihan ini terlihat dari perbaikan ekonomi di banyak negara, termasuk Tiongkok dan Amerika Serikat (AS).
"Hal ini didukung stimulus fiskal dan moneter serta mulai meningkatnya mobilitas manusia dan aktivitas perekonomian akibat masyarakat sudah divaksinasi, sehingga nantinya akan hidup berdampingan dengan Covid-19," jelas Ibrahim.
Program Vaksinasi
Di sisi lain, pemerintah pada 2021 ini juga akan berfokus pada program vaksinasi massal dan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro yang akan terus diperluas ke provinsi-provinsi lain.
Hal ini akan turut menjaga momentum pemulihan kesehatan dan ekonomi, khususnya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam melakukan konsumsi dan investasi melalui berbagai strategi di tahun 2021.
Di samping, itu Bank Indonesia terus melakukan intervensi di pasar valas, obligasi dan SUN diperdagangan DNDF terhadap mata uang Garuda agar terus terjaga dan stabil dan cenderung menguat didukung kebijakan stabilisasi Bank Indonesia. Rupiah secara fundamental masih undervalue di bawah Rp15.000 per USD dan berpotensi sampai akhir tahun masih akan menguat.
(mdk/idr)