Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 14.334 per USD
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) dibuka melemah di perdagangan hari ini, Senin (11/3). Pagi ini, Rupiah dibuka di level Rp 14.334 per USD atau melemah dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 14.314 per USD.
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) dibuka melemah di perdagangan hari ini, Senin (11/3). Pagi ini, Rupiah dibuka di level Rp 14.334 per USD atau melemah dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 14.314 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah bergerak sedikit menguat usai pembukaan. Tercatat, saat ini nilai tukar berada di Rp 14.319 per USD.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah sangat penting untuk Indonesia? Rupiah (IDR) termasuk dalam golongan mata uang dengan daya beli terendah. Hal ini semakin menunjukan urgensi pelaksanaan redenominasi rupiah di Indonesia.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyebutkan, Rupiah memang mengalami tekanan selama satu minggu terakhir ini. Hal itu disebabkan guncangan yang tengah terjadi di ekonomi global dan membuat USD menguat.
"Perkembangan di ekonomi global mendorong terjadinya risk off terhadap sentimen pasar keuangan global dan mendorong menguatnya Dolar nya AS (USD)," kata Perry di kompleks gedung BI, Jakarta, Jumat (8/3).
Dia mengungkapkan ada 4 faktor utama yang mendorong terjadinya kondisi tersebut. Yang pertama adalah membaiknya beberapa indikator di AS terutama sektor manufaktur AS. Hal itu membuat sentimen positif untuk ekonomi AS meningkat.
Faktor kedua adalah melemahnya ekonomi di Eropa serta tingkat inflasinya yang rendah. Hal tersebut otomatis membuat Euro menjadi melemah. Sehingga ini mendorong semakin kuatnya dolar AS terhadap berbagai mata uang negara lain.
"Kondisi ekonomi Eropa yang memang masih lemah, inflasi rendah oleh karena itu akan perpanjang stimulus moneter, jadi dovish statement dan stimulus moneter buat mata uang Euro melemah," ujarnya.
Faktor selanjutnya adalah kenaikan harga minyak yang terjadi karena berbagai faktor. Di antaranya adalah sanksi yang dijatuhkan terhadap Venezuela membuat harga minyak WTI meningkat.
"Keempat, faktor risiko geopolitik. Memang seminggu terakhir lebih negatif seperti tidak tercapai kesepakatan AS dan Korea Utara. Kemudian ketidak jelasan Brexit dan kehausan politik lainnya," ujarnya.
Dia menyatakan, ke empat faktor tersebut berhasil menekan nilai tukar mata uang di banyak negara di berbagai belahan dunia. Termasuk Indonesia.
"Saya tegaskan tekanan Rupiah lebih banyak karena faktor eksternal dan faktor domestik semuanya bagus. Inflasi rendah, ekonomi survei ekspektasi konsumen membaik, aliran modal asing baik, cadangan devisa meningkat," tutupnya.
Baca juga:
Per 6 Maret, Bank Indonesia Catat Rp 59,9 Triliun Dana Asing Masuk RI
Bos BI Sebut 4 Faktor Buat Rupiah Merosot ke Level Rp 14.332 per USD
Nilai Tukar Rupiah Terus Merosot ke Level Rp 14.250 per USD
BI Sebut Rupiah Masih Berpotensi Menguat Terhadap USD
Ekspektasi Kesepakatan Perang Dagang Buat Rupiah Melemah ke Rp 14.146 per USD